cover
Contact Name
Febby J. Polnaya
Contact Email
febbyjpolnaya@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
jbdpunpatti@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN
Published by Universitas Pattimura
ISSN : 18584322     EISSN : 2620892X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN (Journal of Agriculture) first published in 2003 by the Department of Agriculture, Faculty of Agriculture, Pattimura University. Jurnal Budidaya Pertanian is an official publication of the Agriculture Faculty, Pattimura University, publishes primary research paper, review article, policy analysis, and research notes and preliminary results in all areas of agronomy. Manuscripts could be written either in English or in Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian" : 14 Documents clear
Pengaruh Bobot Biji terhadap Pertumbuhan Semai Petai (Parkia speciosa Hassk.) Ni Luh Putu Indriyani; Deni Emilda
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.56

Abstract

One of the horticultural commodities included in the national seed provision program in 2018 is a stinking bean. The aim of the research was to determine the effect of seed weight on stink bean seedling growth. The research was conducted at Sumani Research Station, Indonesian Tropical Fruit Research Institute, from September to December 2017. A Complete Randomized Block Design was used in this study consisted of 5 treatments and 4 replications. The treatments were stink bean seed weights, namely: A) 1.5-1.8 g; B) 1.9-2.2 g; C) 2.3-2.6 g; D) 2.7-3 g; and E) > 3 g. The observed variables were plant height, stem diameter, leaf number, leaflet number, total dry weight of plants, length of roots, and a number of living seedlings. Data analysis used analysis of variance (ANOVA) and was proceeded with HSD test at α 5% if these treatments given gave significantly different effects. The results showed that the stink bean seed weight significantly affected the growth parameters of seedlings, including plant height, stem diameter, leaflet number, dry weights (of roots, upper parts of plants, and total) at 12 weeks after sowing. The seedlings from seeds weighing >3 g had the highest plant height, stem diameter, leaflet number, and dry weight (of roots, upper parts of plants, and total) compared to those seedlings from smaller seeds. Keywords: stink bean, seed weight, seedling growth ABSTRAK Salah satu komoditas hortikultura yang termasuk dalam program perbenihan nasional pada tahun 2018 adalah petai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot biji terhadap pertumbuhan semai petai. Penelitian dilakukan di KP Sumani, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, mulai bulan September sampai Desember 2017. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan adalah bobot biji petai, yaitu: A) 1,5-1,8 g; B) 1,9-2,2 g; C) 2,3-2,6 g; D) 2,7-3 g; dan E) > 3 g. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah anak daun,bobot kering total tanaman, panjang akar dan jumlah benih hidup. Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda BNJ 5% jika perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata. Penelitian menunjukkan bahwa bobot biji petai berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan, seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah anak daun, bobot kering (akar, bagian atas tanaman dan total) pada umur 12 minggu setelah semai. Semaian dari biji dengan bobot > 3 g mempunyai tinggi tanaman, diameter batang, jumlah anak daun dan bobot kering (akar, bagian atas tanaman dan total) yang terbesar dibandingkan bibit-bibit dari biji-biji yang lebih kecil. Kata kunci: bobot biji, pertumbuhan bibit, petai
Efek Urine Sapi terhadap Keberhasilan Cangkok Salak Sri Hadiati; Tri Budiyanti; Mizu Istianto; Melli Firiani
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.61

Abstract

Propagation of snake fruit (Salacca zalacca) plants can be done by layering with the advantage that the plant is identical to its parent, the fruiting age is earlier and the type of male or female plant can be known in advance. For the purpose of propagation, it was necessary to get the proper concentration of cow urine on snake fruit propagation by layering. This research was carried out in April-December 2017 in Bintan Regency Seed Unit, Riau Islands. The materials used for the layering were lateral shoots of Sari Intan snake fruit which had 3 to 4 leaves. This design research used was a Randomized Block Design, consist of five treatment levels of cow urine concentrations, i.e. 0 (control), 10%, 20%, 30%, and 40%, with three replication. Every treatment consisted of 5 shoots. The variables researched were leaf number, plant height, primary root number and length, root weight, percentage of successful layering, percentage of seedlings that had dry shoots. The results indicated that the number of primary roots and height of snake fruit seedlings increased by application of 20% cow urine. Thus, the use of cow urine at the right concentration of 20% in snake fruit layering could increase its success. Keywords: cow urine, layering, plant propagation, Salacca zalacca ABSTRAK Perbanyakan tanaman salak (Salacca zalacca) bisa dilakukan melalui cangkok dengan keuntungan yaitu hasil buahnya sama dengan induknya, umur berbuah lebih cepat serta jenis salak jantan atau betina dapat diketahui sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi urine sapi yang tepat pada perbanyakan salak secara cangkok. Penelitian telah dilakukan pada bulan April-Desember 2017 di Balai Benih Kabupaten (BBK) Bintan, Kepulauan Riau. Bahan yang digunakan untuk cangkok yaitu tunas anakan salak Sari Intan yang berdaun 3-4 pelepah. Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri atas lima level konsentrasi urine sapi, yakni 0 (kontrol), 10%, 20%, 30%, dan 40%, dengan pengulangan tiga kali. Setiap perlakuan terdiri atas 5 tunas anakan. Peubah yang diamati meliputi jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah dan panjang akar primer, bobot akar, persentase benih hidup, persentase benih mengalami kekeringan pada pucuk daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah akar primer dan tinggi bibit salak dapat meningkat dengan pemberian urine sapi pada konsentrasi 20%. Dengan demikian, penggunaan urine sapi dengan konsentrasi yang tepat yakni pada konsentrasi 20% pada pencangkokan salak dapat meningkatkan keberhasilannya. Kata kunci: cangkok, perbanyakan, Salacca zalacca, urine sapi
Pengaruh Jumlah Mata Entres terhadap Pertumbuhan Benih Sambung Pucuk Tiga Varietas Mangga Komersial Rebin Rebin; Karsinah Karsinah; Ni L P Indriyani
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.71

Abstract

Mango propagation by grafting usually uses scions 15-20 cm in length consisting of 3-4 buds. This method is less efficient because producing mass plant materials requires a considerable number of scion sources. To increase the efficiency of the scion use, grafting propagation technique with scions that have less than three buds (short scion) is needed. The research aimed to obtain information about the use of the most efficient number of scion bud(s) on mango propagation through grafting technique. The study was carried out at Cukurgondang Experimental Field, Pasuruan, East Java, from January to December 2018. The experiment was arranged in a factorial Randomized Block Design with two factors and three replications. The factor I was the number of buds on scion for grafting, consisting of 3 levels, i.e., P1 (1 bud), P2 (2 buds), and P3 (3 buds) as a control. Factor II was the variety of scion, consisting of 3 types, i.e., V1 (Garifta Merah), V2 (Agri Gardina 45), and V3 (Gadung 21). Each experimental unit consisted of 15 plant materials. The results indicated that there was no interaction between the number of scion bud(s) with the variety for all observational variables. Scion with 1 bud was the most efficient treatment compared to those with 2 and 3 buds for propagation by grafting. So that with the finding of useful technology in producing mango plant materials, the number of plant materials that can be provided in the same unit of time can be increased. Keywords: grafting, mango, propagation, scion bud ABSTRAK Perbanyakan mangga dengan sambung pucuk biasanya menggunakan entres yang panjangnya 15-20 cm yang terdiri dari 3-4 mata tunas. Cara ini kurang efisien karena untuk memproduksi benih secara masal memerlukan sumber entres yang sangat banyak. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan entres maka diperlukan teknik perbanyakan sambung pucuk dengan menggunakan entres dengan jumlah mata kurang dari 3 mata (entres pendek). Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan jumlah mata entres yang paling efisien pada perbanyakan mangga melaui teknik sambung pucuk. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cukurgondang, Pasuruan, Jawa Timur mulai Januari sampai Desember 2018. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor I adalah jumlah mata entres untuk sambung pucuk terdiri dari tiga level, yaitu: P1 (1 mata), P2 (2 mata), dan P3 (3 mata) sebagai kontrol. Faktor II adalah varietas batang atas terdiri dari tiga level, yaitu: V1 (Garifta Merah), V2 (Agri Gardina 45) dan V3 (Gadung 21). Setiap unit percobaan terdiri dari 15 benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan jumlah mata entres dengan perlakuan varietas untuk semua parameter pengamatan. Entres satu mata merupakan perlakuan yang paling efisien dibandingkan dengan entres 2 dan 3 mata dalam perbanyakan mangga dengan sambung pucuk. Dengan diperolehnya teknologi yang efisien dalam memproduksi benih mangga, maka jumlah benih yang dapat diproduksi dalam satuan waktu yang sama menjadi lebih banyak. Kata kunci: mata entres, mangga, perbanyakan, sambung pucuk
Aplikasi Insektisida Nabati Berbahan Utama Tumbuhan Rawa Dalam Mengendalikan Hama Utama Padi Di Lahan Rawa Pasang Surut Syaiful Asikin; Yuli Lestari
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.102

Abstract

Based on integrated pest control, the use of toxic chemicals or chemical pesticides/insecticides is the last alternative if other components are no longer able to control, then pesticides/insecticides can be used. Currently, plant-based insecticides are being developed in controlling plant pests. Unwise and continuous use of chemical pesticides/insecticides will cause environmental pollution problems that result in pest outbreaks, pest resistance, and resurgence, ridding of non-targeted pests and natural enemies of plant pests and bad effects on consumers and pets. About 350-500 species of plants have the potentials to become sources of plant-based insecticides, from that number around 90-100 species of swamp plants have the potentials to be used as biological insecticides in controlling rice and vegetable/horticulture pests. Some of the plant species that extracts were used in this study were ‘jingah’, ‘tapak liman’, ‘simpur’ and ‘kamandrah’. This study was arranged in an experiment using a randomized block design (RBD) with 5 replications. The treatments given included extracts of 4 types of swamp plants plus 3 control treatments, namely control 1 (without pest control), control 2 (BGA plant-based insecticide treatment), and control 3 ('Dimehipo' chemical insecticide). From the results of the study it could be concluded that extracts for ‘jingah’, ‘tapak liman’, ‘simpur’ and ‘kamandrah’ were effective in controlling the main rice pests in the tidal swamp land. As for the yield of dried grain harvest in the swamp, plant extracts 4.54-4.62 and control of chemical insecticides 4.63 t/ha, BGA biological insecticide. For convenience for use, Jingahextracts need to be considered because this jingah plant extract can cause allergies and itching when exposed to the skin and is very disturbing for the user. Keywords: application, rice pest, tidal swamp, vegetable insecticide ABSTRAK Berdasarkan pengendalian hama terpadu, penggunaan bahan kimia beracun atau pestisida/insektisida kimiawi merupakan alternatif terakhir apabila komponen lainnya tidak mampu lagi, baru pestisida/insektisida dapat digunakan. Bahkan sekarang ini mulai dikembangkan pestisida/insektisida nabati dalam mengendalikan hama tanaman. Penggunaan pestisida/insektisida kimiawi yang kurang bijak dan terus-menerus akan menyebabkan masalah pencemaran lingkungan yang berakibat terjadinya ledakan hama, terjadinya resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya hama bukan sasaran dan musuh alami hama tanaman, serta pengaruh buruk bagi konsumen dan hewan peliharaan. Di lahan rawa ditemukan sekitar 350-500 jenis tumbuhan/tanaman yang berpotensi sebagai insektisida nabati, dari jumlah tersebut sekitar 90-100 jenis tumbuhan rawa berpotensi sebagai bahan pembuatan insektisida nabati dalam mengendalikan hama padi, hama sayuran/hortikultura. Beberapa jenis tumbuhan tersebut yang ekstraknya digunakan pada penelitian ini adalah jingah, tapak liman, kamandrah dan pulai. Penelitian dilakukan dengan percobaan yang menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima ulangan. Perlakuan yang diberikan meliputi ekstrak empat macam tumbuhan rawa dan ditambah dengan 3 perlakuan kontrol, yaitu kontrol 1 (tanpa pengendalian), kontrol 2 (perlakuan insektisida nabati BGA) dan kontrol 3 (insektisida kimiawi Dimehipo). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tumbuhan-tumbuhan jingah, tapak liman, simpur dan tumbuhan kamandrah efektif dalam mengendalikan hama utama padi di lahan rawa pasang surut. Hasil gabah kering panen dengan aplikasi ekstrak tumbuhan rawa adalah sebesar 4,54-4,62 t/ha dan kontrol insektisida kimia 4,63 t/ha, insektisida nabati BGA. Untuk kenyamanan bagi penggunakan maka ekstrak tumbuhan jingah perlu dipertimbangkan karena ekstrak tumbuhan jingah ini dapat menimbulkan alergi dan gatal-gatal kalau terkena kulit dan sangat mengganggu bagi pengguna. Kata kunci: hama padi, insektisida nabati, rawa pasang surut

Page 2 of 2 | Total Record : 14