cover
Contact Name
Dr. dr. Puspa Wardhani, SpPK
Contact Email
admin@indonesianjournalofclinicalpathology.org
Phone
+6285733220600
Journal Mail Official
majalah.jicp@yahoo.com
Editorial Address
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML)
ISSN : 08544263     EISSN : 24774685     DOI : https://dx.doi.org/10.24293
Core Subject : Health, Science,
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML) is a journal published by “Association of Clinical Pathologist” professional association. This journal displays articles in the Clinical Pathology and Medical Laboratory scope. Clinical Pathology has a couple of subdivisions, namely: Clinical Chemistry, Hematology, Immunology and Serology, Microbiology and Infectious Disease, Hepatology, Cardiovascular, Endocrinology, Blood Transfusion, Nephrology, and Molecular Biology. Scientific articles of these topics, mainly emphasize on the laboratory examinations, pathophysiology, and pathogenesis in a disease.
Articles 17 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 3 (2016)" : 17 Documents clear
ESTIMATED BLOOD LOSS IN OPEN HEART SURGERY (Taksiran Kehilangan Darah di Bedah Jantung Terbuka) Riesti Ekasanti; Rachmawati Muhiddin; Mansyur Arif
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1232

Abstract

Taksiran kehilangan darah merupakan perkiraan kehilangan darah di setiap tindakan pembedahan. Permintaan darah untukpersiapan pembedahan elektif sering tidak sesuai dengan jumlah darah yang ditransfusikan selama tindakan tersebut karena belum adapanduan mengenai jumlah permintaan darah untuk tata langkah bedah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui taksiran kehilangandarah pada pembedahan jantung terbuka dan kesesuaian dengan permintaan darah dalam kegiatan tersebut. Penelitian dilakukan secaraobservasional retrospektif seraya mengambil data rekam medis di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassarantara bulan Januari 2009−Desember 2012. Sebanyak 32 pasien yang menjalani bedah jantung terbuka didapatkan dengan presentasilaki-laki sebanyak 22 pasien (68,75%) dan perempuan sebanyak 10 orang (31,25%). Jumlah taksiran kehilangan darah bedah jantungterbuka rerata 2,80 kantong darah lengkap (980 mL) dan permintaan darah untuk kegiatan tersebut rerata sebanyak 4,00 kantong(1400 mL). Antara jumlah permintaan darah persiapan bedah dan taksiran kehilangan darah (p=0,149) terdapat ketidaksesuaian.Taksiran kehilangan darah di bedah jantung terbuka di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar di RSUP dr. Wahidin SudirohusodoMakassar adalah 2,80 kantong darah lengkap (980 mL), yang tidak sesuai dengan jumlah permintaan darah persiapan bedah.
FACTORS IN ACUTE TRANSFUSION REACTION (Faktor Reaksi Transfusi Darah Akut) Wiwi Payung; Rachmawati A.M; Mansyur Arif
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1245

Abstract

Data kejadian reaksi transfusi darah akut di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan belum pernah dilaporkan. Pencatatan danpelaporan tentang kejadian reaksi transfusi darah akut di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar baru terlaksana mulai bulanJanuari 2014. Begitu pun dengan faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian reaksi transfusi darah akut belum pernahditeliti sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian reaksi transfusi darah akut.Rancangan penelitian adalah kajian potong lintang. Sampel sebanyak 93 subjek, masa waktu antara bulan Januari–Juni 2014 di RSUPDr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Variabel yang diteliti antara lain diagnosis, riwayat transfusi darah sebelumnya, komponen darahyang ditransfusikan dan golongan darah. Metode menghitung yang digunakan adalah diskriptif dan analitik. Metode mendiskriptifkandilakukan dengan perhitungan sebaran kekerapan. Metode menganalitik dilakukan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat dan MultipleLogistic Regression. Pasien yang mengalami reaksi transfusi darah akut ada 43 orang. Faktor yang berpengaruh adalah diagnosisp=0,765, riwayat transfusi darah sebelumnya p=0,563, komponen darah yang ditransfusikan p=0,046, golongan darah p=0,018.Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan, bahwa golongan darah merupakan faktor kebahayaan utama reaksi transfusi darah akut.Yaitu golongan darah O berkebahayaan 2,7 kali lebih besar untuk mengalami reaksi transfusi darah akut dibandingkan dengan golongandarah yang bukan.
SPECIFIC IGE IMMUNOBLOT METHOD IN ALLERGIC RHINITIS (IgE Spesifik Menurut Metode Imunoblot di Rinitis Alergi) Izzuki Muhashonah; Aryati Aryati; Dwi Reno Pawarti; M. Robi’ul Fuadi; Janti Trihabsari
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1240

Abstract

Rinitis alergi merupakan penyakit bukan akibat non-infeksi yang ditemukan antara 10−30% penduduk dewasa dunia dan dapatmenyebabkan penurunan mutu kehidupan seseorang. Rinitis alergi merupakan manifestasi alergi tipe 1 atau tipe cepat yang dimediasioleh IgE. Pemeriksaan utama rinitis alergi adalah Skin Prick Test (SPT) dan IgE spesifik. Pemeriksaan IgE spesifik mempunyai kepekaandan kekhasan yang menyerupai SPT, tidak memerlukan tenaga terlatih dan menyebabkan anafilaktik. Penelitian ini untuk mengetahuiadakah kesesuaian nilai diagnostik IgE spesifik menurut metode imunoblot dengan SPT di pasien rinitis alergi dengan mengujinya.Rancangan penelitian adalah potong lintang yang dilakukan terhadap pasien yang datang di Unit Rawat Jalan THT-KL RSUDDr. Soetomo pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2014. Pasien dikelompokkan berdasarkan diagnosis rinitis alergi dan yang nonalergidan non-infeksi serta ditetapkan secara klinis, ada riwayat alergi, pemeriksaan fisik, serta tingkat jumlah keseluruhan IgE serumdan atau eosinofil darah. Pemeriksaan SPT dilakukan dengan memakai ekstrak alergen dari Stallergens dan IgE spesifik menurut metodeimunoblot memakai Foresight®. Dalam kajian ini didapatkan empat puluh tiga pasien didiagnosis rinitis akibat alergi. Hasil IgE spesifikmenurut metode imunoblot positif terdapat di 36 (84%) pasien dengan pola alergen terbanyak D1/D2 29 (67%). Kepekaan dan kekhasandiagnostik IgE spesifik menurut metode imunoblot berturut-turut adalah 72,34% dan 46,15%. Kesesuaian nilai diagnostik IgE spesifikmenurut metode imunoblot dengan SPT mempunyai koefisien kappa 0,158. Didasari telitian ini tidak didapatkan kesesuaian antaraIgE spesifik menurut metode imunoblot dengan SPT. Di ketahui pula bahwa IgE spesifik menurut metode imunoblot dapat digunakanbersama-sama dengan SPT dalam mendiagnosis rinitis akibat alergi.
CORRELATION OF MONOCYTE COUNT, MLR AND NLCR WITH PRESEPSIN LEVEL IN SIRS (Hubungan Jumlah Monosit, MLR dan NLCR dengan Kadar Presepsin pada SIRS) Nurmalia PS; N. Suci W; Imam BW
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1234

Abstract

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) mempunyai kebahayaan tinggi terjadi sepsis dan kematian. Nilai jumlahkeseluruhan leukosit merupakan salah satu peramal pasien SIRS dengan bakteriemia. Pemeriksaan jumlah monosit, angka bandinglimfosit Monocyte-Lymphocyte Ratio (MLR), Neutrophil-Lymphocyte Count Ratio (NLCR) dapat diketahui dengan pemeriksaan leukosit.Presepsin telah diteliti untuk mencerminkan kondisi sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan hubungan jumlahmonosit, MLR dan NLCR dengan presepsin di SIRS lewat pembuktian. Ada 34 pasien SIRS di ICU RSUP Dr. Kariadi, diambil secaraberturutan antara selama bulan Januari−Februari 2014. Pemeriksaan darah rutin dengan hematology analyzer. MLR dan NLCR dihitung secara manual. Kadar presepsin ditentukan dengan metode Chemiluminescent Enzyme Immunoassay (CLEIA). Uji kenasabanPearson untuk hubungan MLR dan NLCR dengan presepsin. Uji kenasaban Spearman untuk jumlah monosit dengan presepsin. Kadarpresepsin subjek penelitian 286–15687 pg/mL. Terdapat 23(67,8%) subjek yang mempunyai jumlah monosit dalam rentang nilai rujukan.24(70,6%) dan memiliki jumlah neutrofil absolut lebih besar dari rentang nilai rujukan, sedangkan 21(61,8%) mempunyai jumlahlimfosit absolut dalam rentang nilai rujukan. Hubungan jumlah monosit dengan presepsin mempunyai nilai r= -0,204; p=0,247;yang terkait MLR dengan presepsin r=0,163; p=0,358; sedangkan NLCR dengan presepsin r=0,345; p=0,046. Didasari telitian ini,dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah monosit dan MLR dengan presepsin, selain itu didapatkan pulahubungan positif berarti antara NLCR dan presepsin di SIRS.
ROLE OF SIGNAL TRANSDUCTION ERK1/2 ON THE PROLIFERATION OF ENDOTHELIAL PROGENITOR CELL (EPC) OF PATIENTS WITH STABLE ANGINA PECTORIS INDUCED BY GROWTH FACTORS (Peran Transduksi Sinyal ERK1/2 terhadap Persiapan Proliferasi Endothelial Progenitor Cell (EPC) Pasien Angina Pektoris Stabil yang Diinduksi oleh Faktor Pertumbuhan) Yudi Her Oktaviono; Djanggan Sargowo; Mohammad Aris Widodo; Yanni Dirgantara; Angliana Chouw; Ferry Sandra
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1235

Abstract

Sel Progenitor Endotel (EPC) merupakan kelompok sel yang memiliki kekuatan angiogenik yang kemudian dikenal sebagai pilihanpengobatan seluler untuk mengimbas perbaikan lapisan intima pembuluh darah. Berdasarkan beberapa kajian sebelumnya, jumlahEPC di pasien angina pektoris stabil lebih rendah dibandingkan dengan individu yang sehat. Di samping itu, EPC juga dikenal sebagaiperamal independen terhadap perjalanan penyakit jantung koroner. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran transduksiisyarat ERK1/2 terhadap proliferasi EPC yang diambil dari darah tepi pasien angina pektoris stabil dengan imbasan pemberian faktorpertumbuhan. Penelitian ini merupakan kajian percobaan melalui uji laboratoris dengan pendekatan atau rancangan control grouptime series design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Prodia Stem Cell Indonesia di Jakarta pada bulan Januari 2014. Sampeldarah tepi diambil dari delapan (8) subjek relawan pasien angina pektoris stabil yang memenuhi patokan kesertaan dan sebagaipembanding digunakan delapan (8) unit darah tepi yang diambil dari orang yang bukan pasien angina pektoris. Metode sel mononuklear(MNC) dari delapan (8) pasien angina pektoris stabil diisolasi selama satu (1) atau tiga (3) hari di medium tertentu dengan atautanpa penambahan suplemen. EPC yang dihasilkan dan dicat dengan metode pengecatan imunofluoresens untuk mendeteksi CD34,Vascular Endothelial Growth Factor Receptor 2 (VEGFR-2) dan CD133. Pemeriksaan proliferasi sel XTT digunakan untuk menilaipertumbuhan EPC setelah kultur antara 1−3 hari, sedangkan perhitungan Colony Forming Unit (CFU) digunakan untuk menilai fungsiEPC kelompok yang terbentuk setelah dikultur antara 1−3 hari. Analisis western blot dilakukan untuk mendeteksi aktifasi ERK1/2.Hasil mengecat imunofluoresens mengukuhkan seluruh petanda membran EPC termasuk CD34, VEGR2 dan CD133. Jumlah rerata EPCyang berdaya hidup di pasien angina pektoris stabil lebih rendah dibandingkan dengan pembandingnya, yaitu masing-masing 5,77×103dan 23,40×103. Jumlah EPC baik kelompok pasien angina pektoris stabil dan yang pembanding meningkat secara bermakna denganperangsangan faktor pertumbuhan. Hasil western blot menunjukkan bahwa ERK1 diekspresikan lebih tinggi pasien angina pektoris stabildibandingkan pembanding. Fosforilasi ERK2 terdeteksi di kelompok pembanding dan menguat secara bermakna seiring waktu denganperangsangan faktor pertumbuhan. Fosforilasi ini dihambat oleh U0126. Di pasien angina pektoris stabil, fosforilasi ERK2 terdeteksipada perangsangan faktor pertumbuhan setelah kultur selama tiga (3) hari.
NEOPTERIN AND CD4+ T-LYMPHOCYTES IN STAGE I HIV INFECTION (Neopterin dan Limfosit T-CD4+ di Infeksi HIV Stadium I) Harianah Harianah; Endang Retnowati; Erwin Astha Triyono
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1246

Abstract

Aktivasi sistem imun memegang peran yang sangat penting di infeksi HIV. Hal ini dapat diketahui dengan salah satu pengukuranneopterin dalam cairan tubuh manusia sebagai pemeriksaan untuk pemantauan aktivitas imun seluler, yang dapat dikerjakan denganmudah dan peka. Neopterin merupakan hasil katabolik guanosine triphosphate (GTP), yaitu nukleotida purin tertentu, yang memilikigolongan kimiawi yang dikenal sebagai pteridin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan kenasaban antara kadarneopterin dan jumlah limfosit T-CD4+ darah di pasien HIV. Penelitian bersifat analitik pengamatan dengan rancangan potong lintang.Sampel terdiri dari 32 pasien yang terinfeksi HIV stadium I yang datang di Unit Perawatan Intermediit Penyakit Infeksi RSUD Dr.Soetomo Surabaya antara bulan Juli−September 2014. Pemeriksaan neopterin dengan metode ELISA dan memeriksa jumlah limfositT-CD4+ menggunakan metode flowcytometry (BD FACSCaliburTM). Hasil menganalisis secara statistik menggunakan uji kenasaban dariPearson dan dilanjutkan dengan uji regresi. Kadar neopterin penderita yang terinfeksi HIV cenderung meningkat dengan rerata 14,74nmol/L sedangkan jumlah limfosit T-CD4+ menurun dengan rerata 231,81 sel/μL. Keberadaan kenasaban negatif antara neopterindan limfosit T-CD4+ darah di infeksi HIV stadium I. Penurunan limfosit T-CD4+ disertai peningkatan kadar neopterin di pasien yangterinfeksi HIV stadium I.
THE AUTOMATIC MICRODILUTION-BROTH IN SENSITIVITY TESTING OF ACINETOBACTER BAUMANNII ISOLATES (Microdilution-Broth Otomatis Dalam Uji Kepekaan Isolat Acinetobacter Baumannii) Dyah Artini; Osman Sianipar; Umi S Intansari
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1237

Abstract

Acinetobacter baumannii (A.baumannii) merupakan bakteri Gram negatif, non-fermentatif dan non-motil yang seringkali menjadipenyebab infeksi pada manusia. Infeksi A.baumannii di Indonesia adalah sebanyak 25,8%. Belakangan ini telah dikembangkan metodemicrodilution-broth untuk uji kepekaan antimikrobia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketidaktepatan metode microdilutionbrothotomatis (Viteks2) dibandingkan dengan metode uji E (M.I.C.E.TM) secara mengukurnya. Penelitian potong lintang ini dilakukanterhadap 76 isolat klinik A.baumannii yang diperoleh dari pasien yang dirawat inap di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Uji kepekaanmeropenem dilakukan terhadap isolat klinik tersebut dengan menggunakan metode microdilution-broth otomatis (Viteks2) dan uji E(M.I.C.ETM). Patokan peka ≤4 ug/mL, intermediet 8 ug/mL dan resisten ≥ 16 ug/mL serta dilakukan perhitungan ketidaktepatan ujikepekaan meropenem metode microdilution-broth otomatis Viteks2. Isolat klinik A.baumannii sebagian besar diperoleh dari pasienrawat bukan gawat darurat 72,4% dan diikuti oleh yang berada di bangsal rawat yang gawat darurat dan poliklinik secara berturutturut21,1% dan 6,5%. Sumber sampel sebagian besar adalah nanah, darah dan air kemih berturut-turut 44,7%, 19,7% dan 14,5%.Metode microdilution-broth otomatis (Viteks2) menunjukkan 56,6% peka, 42,1% resisten dan 1,3% intermediet, sedangkan M.I.C.ETMmenunjukkan 59,2% peka, 38,2% resisten dan 2,6% intermediet. Kesalahan kecil jika hasil M.I.C.ETM adalah Resisten (R)/Peka (P) danViteks2 adalah intermediet (I) atau M.I.C.ETM adalah I dan Viteks2 adalah R atau P. Kesalahan utama jika uji E M.I.C.ETM adalah P danViteks2 adalah R. Secara berturut-turut kesalahan kecil dan utama adalah 2,63% dan 2,63% (kurang dari 10%). Metode microdilutionbrothotomatis (Viteks2) cukup tepat dalam menentukan uji kepekaan Meropenem terhadap A.baumannii.

Page 2 of 2 | Total Record : 17


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2025) Vol. 31 No. 3 (2025) Vol. 31 No. 2 (2025) Vol. 31 No. 1 (2024) Vol. 30 No. 3 (2024) Vol. 30 No. 2 (2024) Vol. 30 No. 1 (2023) Vol. 29 No. 3 (2023) Vol. 29 No. 2 (2023) Vol 29, No 1 (2022) Vol. 29 No. 1 (2022) Vol 28, No 3 (2022) Vol. 28 No. 3 (2022) Vol 28, No 2 (2022) Vol. 28 No. 2 (2022) Vol. 28 No. 1 (2021) Vol 28, No 1 (2021) Vol. 27 No. 3 (2021) Vol 27, No 3 (2021) Vol. 27 No. 2 (2021) Vol 27, No 2 (2021) Vol. 27 No. 1 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol 26, No 3 (2020) Vol. 26 No. 3 (2020) Vol 26, No 2 (2020) Vol. 26 No. 2 (2020) Vol 26, No 1 (2019) Vol. 26 No. 1 (2019) Vol. 25 No. 3 (2019) Vol 25, No 3 (2019) Vol. 25 No. 2 (2019) Vol 25, No 2 (2019) Vol 25, No 1 (2018) Vol. 25 No. 1 (2018) Vol 24, No 3 (2018) Vol. 24 No. 3 (2018) Vol. 24 No. 2 (2018) Vol 24, No 2 (2018) Vol 24, No 1 (2017) Vol. 24 No. 1 (2017) Vol. 23 No. 3 (2017) Vol 23, No 3 (2017) Vol. 23 No. 2 (2017) Vol 23, No 2 (2017) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22, No 3 (2016) Vol 22, No 2 (2016) Vol 22, No 1 (2015) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 1 (2014) Vol 20, No 3 (2014) Vol 20, No 2 (2014) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2013) Vol 19, No 2 (2013) Vol 19, No 1 (2012) Vol. 19 No. 1 (2012) Vol. 18 No. 3 (2012) Vol 18, No 3 (2012) Vol 18, No 2 (2012) Vol 18, No 1 (2011) Vol. 18 No. 1 (2011) Vol 17, No 3 (2011) Vol 17, No 2 (2011) Vol 17, No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2010) Vol 16, No 2 (2010) Vol 16, No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2009) Vol 15, No 2 (2009) Vol 15, No 1 (2008) Vol 14, No 3 (2008) Vol 14, No 2 (2008) Vol 14, No 1 (2007) Vol 13, No 3 (2007) Vol 13, No 2 (2007) Vol 13, No 1 (2006) Vol 12, No 3 (2006) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12, No 1 (2005) More Issue