cover
Contact Name
Fenny Sumardiani
Contact Email
jurnallitbang@gmail.com
Phone
+6285712816604
Journal Mail Official
jurnallitbang@gmail.com
Editorial Address
Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Jalan Salak No.22, Bogor 16151 E-mail : jurnallitbang@gmail.com Website : http://bpatp.litbang.pertanian.go.id
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
ISSN : 02164418     EISSN : 25410822     DOI : http://dx.doi.org/10.21082
Core Subject : Agriculture,
Jurnal ini memuat tinjauan (review) mengenai hasil-hasil penelitian pertanian pangan hortiikultura, perkebunan, peternakan, dan veteriner yang telah diterbitkan, dikaitkan dengan teori, evaluasi hasil penelitian dan atau ketentuan kebijakan, yang ditujukan kepada pengguna meliputi pengambil kebijakan, praktisi, akademisi, penyuluh, mahasiswa dan pengguna umum lainnya. Pembahasan dilakukan secara komprehensif serta bertujuan memberi informasi tentang perkembangan teknologi pertanian di Indonesia, pemanfaatan, permasalahan dan solusinya. Ruang lingkupnya bahasan meliputi bidang ilmu: pemuliaan, bioteknologi perbenihan, agronomi, ekofisiologi, hama dan penyakit, pascapanen, pengolahan hasil pertanian, alsitan, sosial ekonomi, sistem usaha tani, mikro biologi tanah, iklim, pengairan, kesuburan, pakan dan nutrisi ternak, integrasi tanaman-ternak, mikrobiologi hasil panen, konservasi lahan.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 35, No 3 (2016): September 2016" : 5 Documents clear
Peranan Sifat Fisikokimia Sorgum Dalam Diversifikasi Pangan Dan Industri Serta Prospek Pengembangannya Suarni Suarni
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 3 (2016): September 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.862 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v35n3.2016.p99-110

Abstract

ABSTRACTSorghum utilization for foods and industries from semi-finished materials (milled grains, flour, starch) should be based on the character of physicochemical properties. This is supported by results of research that each sorghum variety has physicochemical properties and different functional bioactive compounds. This is a first step for selecting sorghum varieties appropriate with desired products. There are many technology innovations of industry and food products, including liquid sugar and bioethanol from sweet sorghum stem. To promote sorghum as prospective food and industry diversification materials, research support, science and technology, and policy are required. The availability of superior sorghum varieties supported by technological innovation of food processing industry makes it potential commodity to be developed.Keywords: Sorghum, physicochemical properties, food diversification, industryabstrakPemanfaatan sorgum untuk pangan dan industri dari bahan setengah jadi (sorgum sosoh, tepung, dan pati) sebaiknya berlandaskan pada karakter sifat fisikokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap varietas sorgum memiliki sifat fisikokimia dan komponen bioaktif fungsional yang berbeda. Informasi ini dapat menjadi pertimbangan awal dalam memilih varietas sorgum sesuai dengan produk yang diinginkan. Berbagai inovasi teknologi produk pangan dan industri berbasis sorgum, termasuk gula cair dan bioetanol dari batang sorgum manis telah dihasilkan. Untuk mempromosikan sorgum sebagai bahan diversifikasi pangan dan industri yang prospektif, diperlukan dukungan riset, iptek, dan kebijakan. Tersedianya varietas unggul sorgum, yang didukung dengan inovasi teknologi pengolahan pangan dan industri yang memadai, menjadikan komoditas ini potensial untuk dikembangkan. 
Penanganan Pascapanen Untuk Peningkatan Mutu Dan Daya Saing Komoditas Kakao S. Joni Munarso
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 3 (2016): September 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.068 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v35n3.2016.p111-120

Abstract

ABSTRACTDetermination of cocoa production growth rate of 3.9% per year must be complemented by increasing competitiveness of cocoa in order to assure that cocoa production could provide added value and prosperity for farmers. The weakness of Indonesian cocoa in market competition mainly occurs due to the low quality of cocoa beans, caused by high levels of nonfermented beans (>3%) and impurity content (>2%). Meanwhile, the market also implemented food safety requirements as well as taste preferences that need to be anticipated by implementing fermentation process. Technology for fermentation of cocoa beans has already been available, but innovation on policy still seems to need improvement. Fermentation institution needs to be built, including through revitalization of processing unit by making it as business entities, which are well managed to obtain  economical, social and environmental benefit optimally. Farmers and traders also need to implement good agricultural and good handling practices. Therefore, guidance of implementation and intensive assistanceneed to be prepared. Consequently, agricultural activities are needed to be revitalized.Keywords: Cocoa, postharvest handling, quality, competitivenessabstrakPenetapan laju pertumbuhan produksi kakao sebesar 3,9% per tahun harus diimbangi dengan peningkatan daya saing agar produksi kakao mampu memberikan nilai tambah dan kesejahteraan bagi petani. Kelemahan kakao Indonesia dalam persaingan di pasar global terutama adalah mutu biji rendah karena tingginya kadar biji tidak difermentasi (> 3%) serta kadar kotoran (> 2%). Selain itu, pasar juga menerapkan persyaratan keamanan pangan yang ketat dan preferensi cita rasa konsumen yang perlu diantisipasi antara lain dengan menerapkan proses fermentasi. Inovasi teknologi fermentasi biji kakao telah tersedia, namun inovasi kebijakan masih perlu penyempurnaan. Kelembagaan fermentasi perlu dibangun, di antaranya melalui revitalisasi unit pengolahan hasil (UPH) dengan menjadikan UPH sebagai unit bisnis yang dikelola secara terorganisir untuk mendapat manfaat ekonomis, sosial, dan lingkungan secara optimal. Penerapan kaidah praktik pertanian dan penanganan yang baik juga perlu dilakukan oleh petani maupun pedagang pengumpul. Untuk itu panduan pelaksanaan dan pendampingan secara intensif perlu disiapkan. Penerapan praktik pertanian dan pengolahan yang baik perlu didukung dengan revitalisasi penyuluhan.
Peran Konservasi Dan Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Beras Merah Dalam Pemuliaan Tanaman Higa Afza
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 3 (2016): September 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v35n3.2016.p143-153

Abstract

ABSTRACTThe long duration of cultivation of local red rice (more than 134 days) and its tall stem (average above 164 cm) led to a decline of farmers' preferences to grow red rice. In fact, based on research, red rice demonstrated anti-oxidants higher than that of white rice and good for glucose dietary. Currently only a small portion of red rice are grown extensively to meet the consumption needs of the community that increasingly aware the superiority of red rice. While the majority of red rice varieties which are not constantly planted would be threatened by genetic erosion. Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development has mandate for ex situ preservation of food crops, including red rice. Until now, a total of 54 varieties have been collected through exploration in almost all regions in Indonesia.Broad plant genetic diversity conserved will contribute to plant breeding program.Keywords: Red rice, conservation, characterization, plant breeding, genetic resourceAbstrakKarakteristik padi beras merah yang memiliki umur dalam (lebih dari 134 hari) dan postur tanaman yang tinggi (rata-rata 164 cm) menyebabkan preferensi petani untuk membudidayakan padi beras merah cenderung menurun. Menurut hasil penelitian, beras merah mengandung antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih serta dianjurkan untuk diet gula. Saat ini hanya sebagian kecil plasma nutfah padi beras merah yang ditanam secara luas untuk memenuhi kebutuhan, khususnya kalangan masyarakat yang makin menyadari keutamaan kandungan gizi beras merah. Sementara sebagian besar plasma nutfah padi beras merah tidak ditanam secara terus-menerus sehingga akan mengalami erosi genetik. Oleh karena itu, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian sebagai lembaga yang memiliki mandat pelestarian tanaman pangan, terus mela-kukan konservasi ex-situ. Hingga kini 54 varietas/galur padi beras merah telah dikumpulkan melalui eksplorasi dari hampir seluruh daerah di Indonesia dan telah dikarakterisasi. Dengan adanya keragaman genetik padi beras merah yang berasal dari berbagai daerah di tanah air, diharapkan program pemuliaan tanaman dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
Kandungan Bahan Aktif TanKandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan Dan Khasiatnya Untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuhaman Pegagan dan Khasiatnya untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh Sutardi, Sutardi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 3 (2016): September 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v35n3.2016.p121-130

Abstract

ABSTRACTPegagan (Centella asiatica (L) Urban) is a herb that is usually used as traditional medicine for various types of diseases. The plant contains three bioactive compounds, namely triterpenoid, steroid, and saponin, antioxidants those are beneficial for health. Pegagan plant is useful as a raw material for anti-dementia and anti-stress, drugs for weak nerves, fever, bronchitis, diabetes, psichoneurosis, hemorrhoids, and high blood pressure, and for increasing appetite and maintain the vitality. Pegagan also contains mineral salts such as potassium, sodium, magnesium, calcium and iron, phosphorus, essential oils, pectine, amino acids and vitamin B, and bitter substance vellarine. Based on the contents of active compounds and its use for increasing human health, information on phytochemicals and the body,s immune system, as well as prospect of pegagan development in Indonesia is required.Keywords: Centella asiatica, triterpenoid, steroid, saponin, medicine traditional, immuneAbstrakPegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menyem-buhkan berbagai penyakit. Pegagan mengandung bahan aktif alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan triterpenoid. Tiga golongan bioaktif, yaitu triterpenoid, steroid, dan saponin termasuk antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Bahan aktif tersebut merupakan bahan baku obat tradisional yang bermanfaat sebagai antipikun, antistres, obat lemah syaraf, demam, bronkhitis, kencing manis, psikoneurosis, wasir, dan tekanan darah tinggi, serta untuk menambah nafsu makan dan menjaga vitalitas. Tanaman pegagan juga mengandung garam mineral antara lain kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi, fosfor, minyak atsiri, pektin, asam amino, vitamin B, dan zat pahit vellarine. Berdasarkan kandungan bahan aktif dan manfaatnya bagi kesehatan, diperlukan informasi mengenai fitokimia dan manfaatnya bagi sistem imun tubuh, serta prospek pengembangan tanaman pegagan di Indonesia.
Tumbuhan Indonesia Potensial Sebagai Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Hama Kumbang Bubuk Jagung ( Sitophilus Spp.) M. Sudjak Saenong
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 3 (2016): September 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v35n3.2016.p131-142

Abstract

ABSTRACTIndonesia has an abundant flora diversity. More than 400 thousand species of plants have been identified having chemical compounds and 10 thousand species of them contain secondary metabolites that are potential as a raw material of biopesticide.  The results of the study indicated that secondary metabolite compounds were able to control insect pest population. The nature and mode of action of bio-material in protecting the plants can be as antiphytopathogenic compounds (antibiotics), phytotoxic compoundsor plant growth regulator (phythotoxins, hormones and the like), and active compounds against insects (the hormone of insects, pheromones, antifeedant, repellent, attractant and insecticide). This paper discusses the use of plant-based insecticides for controlling maize weevil (Sitophilus spp.) on corn during storage. In addition to corn, this pest also damages other important food crops such as rice, sorghum and wheat. To overcome this pest, bio-insecticide could be an option. The results showed that secondary metabolites could suppress the development of pest insect populations. The secondary metabolites  in crops include volatile compounds such as essential oils, citral, geraniols, tannins, piperines, acetogenins, azadirachtin, saponin, asarone, akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, kalameon, kalamediol, alfamirin, kaemfasterol, salannine, nimbin, nimbidin, acetogenin, and some acidic groups such as cyanide, oleanollel acid and galoyonat acid. Alkaloid almost undetectable in all the tested plants, in addition to other flavonoids that have a direct impact on the lives of insect pests.Keywords: Plants, botanical insecticide, Sitophilus spp., cornAbstrakIndonesia mempunyai keragaman flora yang sangat besar. Lebih dari 400 ribu jenis tumbuhan telah teridentifikasi bahan kimianya dan 10 ribu di antaranya mengandung metabolit sekunder yang potensial sebagai bahan baku pestisida nabati. Hasil-hasil penelitian menunjukkan senyawa metabolit sekunder dapat mengendalikan populasi serangga hama. Sifat dan mekanisme kerja bahan nabati tersebut dalam melindungi tanaman dapat sebagai antifitopatogenik (antibiotik pertanian), fitotoksik atau mengatur pertumbuhan tanaman (fitotoksin, hormon, dan sejenisnya), dan bahan aktif terhadap serangga (hormon serangga, feromon, antifidan, repelen, atraktan, dan insektisida). Tulisan ini membahas pemanfaatan insektisida nabati dalam pengendalian hama kumbang bubuk (Sitophilus spp.) pada jagung selama penyimpanan. Selain pada jagung, hama ini juga merusak komoditas tanaman pangan penting lainnya seperti padi, sorgum, dan gandum. Untuk mengatasi hama tersebut, pemanfaatan insektisida nabati dapat menjadi salah satu pilihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan metabolit sekunder dapat menekan perkembangan populasi serangga hama. Kandungan metabolit sekunder pada tanaman antara lain adalah senyawa atsiri seperti minyak atsiri, sitral, geraniol, tanin, piperin, asetogenin, azadirahtin, saponin, asaron, akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, kalameon, kalamediol, alfamirin, kaemfasterol, salanin, nimbin, nimbidin, asetogenin, dan beberapa kelompok asam seperti asam sianida, asam oleanolat, dan asam galoyonat. Komponen alkaloid hampir terdapat dalam semua tanaman yang diuji, selain flavonoid lainnya yang berdampak langsung terhadap kehidupan serangga hama.  

Page 1 of 1 | Total Record : 5