cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 391 Documents
Model Ekonomi dan Dampak Implementasi Perjanjian Perdagangan Bebas Asean-Cina Bagi Perdagangan Gula Indonesia Rahman, Rena Yunita; Sinaga, Bonar M.; Susilowati, Sri Hery
Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.435 KB) | DOI: 10.21082/jae.v32n2.2014.127-145

Abstract

EnglishGlobalization and unfair trade including that of sugar will affect Indonesia’s sugar industry. Implementation of ASEAN-Cina Free Trade Agreement will reduce and eliminate tariff and non-tariff barriers. Currently, domestic sugar production does not meet the high demand for sugar. This study aims to forecast the impact of economic policy in agricultural sector on the performance of Indonesian’s sugar trade for the periods of 2015-2020. Indonesian Sugar Trade Model was constructed as a simultaneous equations system and estimated using a 2SLS method with a SYSLIN procedure. The forecast simulation used a NEWTON method with a SIMNLIN procedure. Elimination of import tariff will increase consumer’s surplus higher than producer’s surplus decrease. However, the net surplus will decrease because government’s tariff revenue also drops. This study suggests that in order to increase consumer’s and producer’s welfare (net surplus) in ASEAN-Cina Free Trade Area, some policies are to implement are sugar import tariff reduction, farm-gate sugar price enhancement, sugar cane plantation expansion, and State Logistics Agency’s role improvement. IndonesianGlobalisasi dan perdagangan yang tidak fair, termasuk perdagangan gula, akan mempengaruhi pengembangan industri gula di Indonesia. Implementasi perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Cina diwujudkan dengan pengurangan dan penghapusan hambatan tarif dan nontarif. Kebutuhan gula di Indonesia belum mampu dipenuhi oleh produksi gula dalam negeri. Tujuan penelitian adalah meramalkan dampak kebijakan ekonomi di sektor pertanian dan faktor eksternal terhadap kinerja perdagangan gula Indonesia pada periode 2015-2020. Model Perdagangan Gula Indonesia dibangun sebagai sistem persamaan simultan dan diestimasi menggunakan metode 2SLS dengan prosedur SYSLIN. Simulasi peramalan menggunakan metode NEWTON dengan prosedur SIMNLIN. Penghapusan tarif impor gula akan meningkatkan surplus konsumen yang lebih besar dari penurunan surplus produsen tetapi net surplus menurun karena penerimaan pemerintah dari tarif impor juga menurun. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan produsen dan konsumen gula (net surplus) dalam era perdagangan bebas ASEAN-Cina, maka kebijakan kombinasi penurunan tarif impor, peningkatan harga gula petani, peningkatan luas areal perkebunan tebu, dan penguatan peran Bulog dapat menjadi instrumen kebijakan yang tepat.
Elastisitas Konsumsi Kalori dan Protein di Tingkat Rumah Tangga Irawan, Bambang
Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.716 KB) | DOI: 10.21082/jae.v20n1.2002.25-47

Abstract

EnglishFood consumption behavior expressed in food nutrients is one of major information required for formulation of food security policy at household level. This study reveals that calories and protein consumptions are inelastic to food prices and income changes. The highest price elasticity observed for rice price, means that price policy on rice is an appropriate way to maintain household's food security. Due to the shift of food consumption pattern induced by income increase, the protein consumption is more elastic than the calories consumption. The tendency is not condusive for augmentation of household's food security because : (1) The increase of purchasing power will lead to higher increase of protein consumption than calories consumption, while, sufficiency of protein consumption is higher than calories consumption, and (2) Budget allocation for food become inefficient since food prices per unit of calories and protein are more expensive. This indicates that the efficient effort of increasing household's food security through increasing of food accessibility should be supported with the extension program of food nutrient.IndonesianPerilaku konsumsi pangan yang diukur dalam nilai gizi makanan merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan dalam merumuskan kebijakan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Penelitian ini mengungkapkan bahwa konsumsi kalori dan protein umumnya tidak elastis terhadap perubahan harga pangan dan pengeluaran pangan rumah tangga. Elastisitas harga paling besar terjadi pada harga beras, hal ini menunjukkan bahwa pengendalian harga beras merupakan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Akibat pergeseran pola konsumsi pangan yang dirangsang oleh peningkatan pendapatan, konsumsi protein umumnya lebih elastis dibandingkan konsumsi kalori. Kecenderungan demikian tidak kondusif bagi peningkatan ketahanan pangan rumah tangga karena: (1) Kenaikan daya beli rumah tangga akan meningkatkan konsumsi protein dengan laju lebih tinggi daripada kenaikan konsumsi kalori, padahal kecukupan konsumsi protein umumnya lebih baik daripada kecukupan konsumsi kalori, dan (2) Alokasi anggaran pangan rumah tangga menjadi tidak efisien karena harga pangan per unit kalori dan protein semakin mahal. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa peningkatan ketahan pangan rumah tangga secara efisien tidak cukup hanya ditempuh melalui peningkatan aksesibilitas pangan secara fisik dan ekonomik tetapi perlu didukung dengan program penyuluhan gizi makanan.
Keterbatasan Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas dalam Pendugaan Elastisitas Permintaan Input, (Suatu Tinjauan atas Model dan Penerapannya di Sektor Pertanian) Suryana, Achmad
Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.952 KB) | DOI: 10.21082/jae.v6n1-2.1987.19-28

Abstract

EnglishThe use of Cobb-Douglas profit function has been very popular to agricultural economists. This model, however, has a strict limitation. Estimates resulted by this model will always give elastic own price and output price demand elasticities for inputs, and negative cross price demand elasticities. In addition, magnitude of those elasticities follow a certain pattern. This paper shows those limitation mathematically and empirically.IndonesianPenggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas sebagai salah satu metoda kuantitatif telah dikenal para peneliti ekonomi pertanian. Di dalam menduga elastisitas permintaan input, ternyata fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini mempunyai keterbatasan. Hasil dugaan fungsi ini akan selalu memberikan elastisitas permintaan input atas harga sendiri dan harga output yang elastis, elastisitas silang yang selalu menunjukkan adanya hubungan komplementer antar input, serta besaran elastisitas silang terhadap harga input dan input tetap yang berpola. Tulisan ini menunjukkan keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada fungsi Cobb-Douglas ini secara matematik disertai bukti-bukti empirik.
Conjecturing Production, Imports and Consumption of Horticulture in Indonesia In 2050: A GAMS Simulation Through Changes in Yields Induced by Climate Change Hutabarat, Budiman; Setiyanto, Adi; Kustiari, Reni; Sulser, Timothy B.
Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3746.414 KB) | DOI: 10.21082/jae.v30n1.2012.1-23

Abstract

IndonesianPetunjuk perubahan iklim yang cepat saat ini telah diamati dan dibukukan secara meluas. Semua perubahan ini secara pasti akan menyebabkan kemerosotan jumlah dan mutu lahan, air, dan iklim mikro di tempat di pertumbuhan tanaman hortikultura. Selanjutnya, dapat diprakirakan produktivitas lahan dan hortikultura akan menurun. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh yang dipicu perubahan ini pada produksi, impor, dan konsumsi produk hortikultura. Penelitian ini menggunakan pendekatan model keseimbangan parsial pasar-jamak dalam kerangka simulasi. Semua hasil-hasil simulasi IFPRI memprakirakan bahwa produktivitas kelompok buah (pisang dan jeruk) dan sayuran (cabai dan bawang merah) meningkat dibandingkan keadaan baseline. Demikian pula, apabila perbandingan dilakukan terhadap hasil skenario tidak terjadi perubahan iklim (NoCC), kesimpulan yang berbeda akan diperoleh. Pada tahun 2050, model ini memberikan petunjuk yang berlainan dengan hasil literatur dan hipotesis yang menyatakan bahwa produksi, impor, dan konsumsi terhadap hortikultura akan menurun. Sebaliknya model mengantisipasi bahwa produksi pisang, jeruk, cabai, dan bawang akan meningkat di perdesaan Jawa dan Luar-Jawa. Namun, hasil-hasil ini harus ditafsirkan secara hati-hati berhubung kesulitan penarikan kesimpulan atas pengaruh perubahan iklim terhadap komoditas hortikultura yang berlaku secara umum, karena komoditas hortikultura jumlahnya beribu-ribu dengan sifat masing-masing yang khas. Untuk itu kajian dan penelitian yang intensif dan menyeluruh sangat diperlukan karena perubahan iklim bukanlah fenomena jangka pendek seumur tanaman, tetapi bersifat jangka panjang. Dalam kaitannya dengan indikator perdagangan, simulasi memberikan hasil yang sama bahwa impor pisang, jeruk, cabai, dan bawang akan meningkat, tetapi impor kedua komoditas terakhir tidak besar. Skenario CSIRO_A1b, CSIRO_B1, dan MIROC_A1b memproyeksikan konsumsi nasional agregat pisang, jeruk, cabai, dan bawang  akan menurun dengan perubahan iklim, tetapi meningkat menurut Skenario MIROC_B1 . Namun, terlihat ada perbedaan konsumsi komoditas-komoditas ini antarwilayah. Konsumsi rumah tangga di Jawa menurun pada 2050, penurunan ini akan sangat terasa pada keluarga miskin di Jawa. Sementara itu, konsumsi semua kelompok rumah tangga di Luar Jawa meningkat, kecuali menurut Skenario MIROC_A1b dan Skenario CSIRO_B1, di mana konsumsi keluarga miskin di Luar Jawa menurun. Makalah menyarankan agar penelitian perakitan kultivar yang dapat menyesuaikan diri dan tahan kekeringan dan juga teknik-teknik penghematan air yang sesuai untuk tanaman hortikultura atau penggunaan air secara efisien perlu ditingkatkan. Teknologi-teknologi semacam ini sangat dibutuhkan saat ini. Cara-cara penyebarluasan atau pengkomunikasian kultivar-kultivar dan teknologi-teknologi di atas ke pihak petani kecil juga perlu digali lagi agar mereka dapat memanfaatkannya. EnglishIndication of Earth’s changing climate with rapid pace currently present time has been observed and extensively documented. All these changes will undoubtedly lead to deterioration in quantity and quality of land, water, and micro-climate where the horticultural crops are grown. Subsequently, it can be anticipated that land and horticultural productivity will be depreciated. The purpose of this paper is to investigate the impact of this induced change in these horticultural crops on the production, imports, and consumption of these crops. This study adapts a multimarket model of partial equilibrium analysis to a simulation framework. All scenarios adopted by the IFPRI study predict that the yields of fruit crop group (bananas and oranges) and vegetables (chilies and shallots) would increase compared to the baseline scenarios. But by making comparison to no climate change (NoCC) scenario after simulating it from the baseline, mixed conclusions are obtained. For 2050, the model anticipates increases in the production of bananas, oranges, shallot, and chilies by rural households in Java and Off-Java. These findings have to be interpreted cautiously, because it is extremely difficult to make a general conclusion about the impact of climate change on horticulture for the fact that horticulture consists of thousands of crops, of which each of them has unique characteristics. More intensive and comprehensive studies are still required because climate change is not a short-term phenomenon of crop-cycle. In regard to net trade indicators, this study foresees that bananas, oranges, chilies and onions imports would grow but the rate of growth of chilies’ and onions’ imports are not significant. National consumption of bananas, oranges, chilies and shallot are projected to fall under Scenarios CSIRO_B1 and MIROC_A1b but it increases under Scenario MIROC_B1. However, there would be disparities in consumption of bananas, oranges, chilies and shallot among regions. Java households will experience decreases in consumption in 2050, whereas Java–poor households would suffer the most. On the other hand almost all types of Off-Java households will enjoy a positive rate of consumption changes, with the exception being the results of Scenario MIROC_A1b and Scenario CSIRO_B1 for Off-Java–poor households, which indicate a decrease in consumption. This paper recommends that more researches on assembling cultivars adaptable or tolerable to drought as well as appropriate technologies to conserve water for horticultural crops and to use the limited amount of water efficiently  are in high demand today. Best means to disseminate or communicate these cultivars and technologies to smallholding horticultural-farmers ought to be explored.
Analisis Faktor-Faktor Pendorong Migrasi Angkatan Kerja Pedesaan di Indonesia Syafa'at, Nizwar; Susilowati, Sri Hery; Hidayat, Deri
Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.859 KB) | DOI: 10.21082/jae.v17n2.1998.80-97

Abstract

EnglishThe objective of this study is to identity the push factors on labor migration from rural to urban area using the logistic function. This research is conducted in household level in the two agroecosystern and region (wet versus dry land; Jawa versus off Jawa). Total respondent is 800 household farmers. The research result show that the people move from rural to urban due to scarcity of employment and low wages in rural area, so that the economic reasons were important for labor migration from rural to urban.IndonesianPenelitian ini bertujuan untuk mengidentiflkasi faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk pedesaan melakukan migrasi ke wilayah perkotaan dengan menggunakan pendekatan fungsi logistik. Penelitian ini dilakukan di dua agroekosistem (sawah versus lahan kering) dan di dua wilayah (Jawa versus luar Jawa) dengan melibatkan 800 petani responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mendorong penduduk pedesaan melakukan migrasi ke wilayah perkotaan adalah kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya upah di wilayah pedesaan. Dengan demikian faktor ekonomi menjadi alasan utama penduduk pedesaan melakukan migrasi.
Pengelolaan Daerah Tampung Way Rarem, Lampung Utara, Suatu Analisa Sosial Ekonomi Hermanto, nFN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1759.477 KB) | DOI: 10.21082/jae.v2n1.1982.1-31

Abstract

IndonesianKelestarian fungsi Waduk Way Rarem sangat bergantung pada tingkat erosi tanah dan debit air yang dihasilkan oleh daerah tampung. Oleh karena itu daerah tampung Way Rarem perlu dijaga kelestariannya supaya dapat berfungsi sebagai pengatur erosi tanah dan aliran air. Pengelolaan daerah tampung yang ditinjau dari segi sosial ekonomi bermanfaat dalam mengidentifikasi peubah sosial, ekonomi dan kependudukan yang berperan dalam proses perubahan tataguna lahan di daerah ini. Optimasi penggunaan sumberdaya lahan yang memperhatikan pembatas erosi tanah diperlukan dalam rangka meningkatkan manfaat sosial bagi pengelolaan daerah tampung. Analisa kualitatif, yang ditunjang oleh analisa korelasi non parametrika dipergunakan dalam rangka mengidentifikasi peubah sosial, ekonomi dan kependudukan yang berperan dalam proses perubahan tataguna lahan. Metode rancangan linier dipergunakan dalam analisa optimasi penggunaan sumberdaya lahan di daerah tampung. Dari hasil analisa sosial ekonomi didapatkan tiga peubah yang sangat menentukan perubahan tataguna lahan di daerah tampung, yaitu peubah sarana sosial ekonomi (X2), status hukum atas lahan (X4) dan kepadatan penduduk (X12). Hasil optimasi penggunaan sumberdaya lahan menunjukkan bahwa kegiatan penanaman kopi seluas 19.205 (63.7%), lada seluas 7644 (25.4%) dan reboisasi seluas 1.146 ha (3.8%); masih dapat menjamin umur pakai waduk sampai dengan 60 tahun. Keuntungan sosial yang didapat dari hasil optimasi tersebut adalah 16.4 milyar rupiah.
Poverty Mapping And Poverty Analysis In Indonesia Deffi Ayu Puspito Sari; Shigekazu Kawashima
Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (837.144 KB) | DOI: 10.21082/jae.v28n1.2010.95-111

Abstract

IndonesianTulisan ini menganalisis data-data kemiskinan di Indonesia di tingkat kabupaten dan kota. Pertama, peta kemiskinan dibuat dalam pembagian kabupaten atau kota untuk memberikan gambaran visual tentang kemiskinan. Kedua, menguji hubungan antara kemiskinan berdasarkan konsumsi dan kemiskinan berdasarkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar hidup dengan analisis regresi menggunakan prinsip analisis komponen. Pendekatan ini memperjelas pengaruh tersedianya kebutuhan dasar hidup dan karakteristik kemiskinan lainnya terhadap kemiskinan berdasarkan konsumsi. Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan, dan Indeks Keparahan Kemiskinan tersebar di seluruh kabupaten dan kota, menunjukkan kecenderungan indeks kemiskinan yang lebih tinggi dan lebih parah di pulau-pulau timur Indonesia dibandingkan daerah lainnya. Tidak hanya pengeluaran untuk makanan, tapi kebutuhan dasar hidup dan sektor kerja juga sangat berhubungan dengan kemiskinan berdasarkan konsumsi. Ketersediaan kamar kecil, akses ke air bersih dan pelayanan kesehatan umum dan pendidikan, yang sering diukur sebagai dimensi kemiskinan berdasarkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar hidup, sangat mempengaruhi kemiskinan berdasarkan konsumsi. Untuk mengurangi tingkat keparahan kemiskinan, akses terhadap air bersih paling penting diantara faktor-faktor dalam kesehatan umum. Faktor pendidikan juga berkaitan dengan Indeks Keparahan Kemiskinan; kelulusan dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat atas berbanding terbalik dengan keparahan kemiskinan dan lebih berpengaruh daripada pengeluaran untuk makanan.EnglishThis paper analyzes poverty-related data in Indonesia at regency and city level. First, poverty mapping is carried out at disaggregated levels by regency or city to visually identify the prevalence of poverty. Second, the relationship between consumption-based poverty and capability-based poverty is examined using principal component regression. This approach clarifies the influence of basic needs availability and other poverty characteristics on consumption-based poverty. Poverty rate, poverty gap and severity poverty are scattered in all regencies and cities, showing the tendency that poverty indices are higher and more severe in eastern islands of the country compared to other regions. In addition to food expenditure, the basic needs and working sector are closely related to consumption-based poverty. The toilet availability, access to safe water and public health services and education, often measured as the dimensions of capability based poverty, are very important to have bearing on consumption-based poverty. To reduce severity of poverty, safe water access is especially the most important factor among other public health variables. Severity poverty also turns out to be correlated with education variables. Completion of elementary and higher education is negatively correlated with severity poverty and more important than food expenditures.
Pendugaan Fungsi Penawaran Normatif untuk Komoditas Palawija Berdasarkan Pemanfaatan Pola Tanam Optimal pada Lahan Kering di Lombok Fachrur Rozi
Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (872.196 KB) | DOI: 10.21082/jae.v12n1.1993.1-8

Abstract

The aim of the research is to reveal the opportunity of increasing regional production in Lombok Island by optimal utilization of dry land, as commodities supply alternative of palawija. The survey was done in dryland area in Lombok, during May-August 1992. The analysis was conducted using linier programming. The results showed that design of optimal cropping patterns were able to increase region's production and income. Moreover, by knowing normative supply of the product,  supply of the commodities can be manipulated by using the optimal cropping patterns.
Formulir Komentar untuk Redaksi & Penulis nFN nLN
Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.115 KB)

Abstract

Dinamika Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumah Tangga Perdesaan di Berbagai Agroekosistem Sri Hery Susilowati
Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.179 KB) | DOI: 10.21082/jae.v35n2.2017.105-126

Abstract

EnglishEmpirical evidence indicates that diversification does not always increase income level. It depends on the reasons or motivation for diversification. Economic and social problems arise if diversification is based on resource constraints. This study aims to analyze the level, direction, and determinants of income diversification of rural households. The study used micro panel data of rural households in some provinces in Indonesia. Diversification level was measured using an entropy index. The results show that agricultural sector remains the dominant income source for rural households in all agroecosystems. Diversification indices increase in all agro- ecosystems. Dry-land plantation agroecosystem has the smallest diversification index, while the highest is found in wetland followed by dry-land crop and vegetable agroecosystems. Income diversification level is influenced by household head’s age and educational level, number of working female and male household members, land occupation, household asset value. To increase income source diversification, it is necessary to improve farmers' resource capacity through education and skill enhancement, access to land utilization, capital and other productive assets as well as better quality and access to basic services and economic infrastructures.IndonesianFakta empiris menunjukkan bahwa diversifikasi tidak selalu meningkatkan pendapatan, tergantung pada latar belakang atau motif berdiversifikasi. Permasalahan ekonomi dan sosial timbul jika diversifikasi didasarkan pada keterbatasan sumber daya (push factor). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat dan arah perubahan diversifikasi, keterkaitan antara diversifikasi dan pendapatan, serta faktor-faktor yang memengaruhi diversifikasi sumber pendapatan rumah tangga. Penelitian menggunakan data panel mikro rumah tangga perdesaan di beberapa provinsi di Indonesia. Tingkat diversifikasi dianalisis menggunakan indeks entropi, sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi diversifikasi menggunakan model linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan sektor pertanian masih tetap sebagai sumber pendapatan utama rumah tangga di semua agroekosistem. Peningkatan diversifikasi terjadi di semua agroekosistem.  Agroekosistem kebun memiliki indeks diversifikasi terkecil; terbesar pada agroekosistem sawah, diikuti dengan lahan kering palawija dan sayuran. Pola diversifikasi mengarah ke spesialisasi pertanian maupun berdiversifikasi ke nonpertanian. Faktor internal rumah tangga petani yang memengaruhi tingkat diversifikasi, di antaranya umur kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, jumlah anggota rumah tangga bekerja wanita, jumlah anggota rumah tangga bekerja pria, luas garapan, dan nilai aset rumah tangga. Untuk meningkatkan diversifikasi sumber pendapatan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan rumah tangga, diperlukan peningkatan kapasitas sumber daya petani melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan, perbaikan akses penguasaan lahan, fasilitasi permodalan dan aset produktif lainnya, serta  peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar dan infrastruktur ekonomi.

Page 6 of 40 | Total Record : 391


Filter by Year

1981 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue