cover
Contact Name
Laelatul Qodaryani
Contact Email
jsdlbbsdlp@gmail.com
Phone
+6285641147373
Journal Mail Official
jsdlbbsdlp@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Jln. Tentara Pelajar no 12, kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Ciwaringin, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16114
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Sumberdaya Lahan
Core Subject : Agriculture,
Jurnal ini memuat artikel tinjauan (review) mengenai hasil-hasil penelitian yang telah diterbitkan, dikaitkan dengan teori, evaluasi hasil penelitian lain, dengan atau mengenai kebijakan. Ruang lingkup artikel tinjauan ini meliputi bidang: tanah, air, iklim, lingkungan pertanian, perpupukan dan sosial ekonomi sumberdaya lahan.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 2 (2019)" : 6 Documents clear
PENGENDALIAN KERACUNAN BESI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT BUKAAN BARU Masganti, Masganti; Susilawati, Ani; Khairullah, Izhar; Anwar, Khairil
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.135 KB) | DOI: 10.21082/jsdl.v13n2.2019.103-113

Abstract

Abstrak. Kebutuhan beras nasional meningkat dari tahun ke tahun akibat pertambahan penduduk, peningkatan kebutuhan energi harian individu, dan masih rendahnya diversifikasi konsumsi sumber karbohidrat serta keinginan untuk menjadi lumbung pangan dunia (LPD) pada tahun 2045. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi nasional adalah melalui perluasan areal tanam dengan memanfaatkan lahan rawa pasang surut yang luasnya mencapai 8,92 juta hektare. Peningkatan luas tanam padi di lahan rawa pasang surut diantaranya dapat dilakukan melalui pembukaan lahan baru, baik dengan memanfaatkan lahan sawah terlantar maupun yang belum dimanfaatkan. Akan tetapi pembukaan lahan baru sering dihadapkan pada keracunan besi, sehingga tanaman padi tidak tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keracunan besi dapat menurunkan produksi padi 30-100%, tergantung ketahanan varietas, intensitas keracunan, fase pertumbuhan, dan status kesuburan tanah.  Keracunan besi merupakan penyakit fisiologis tanaman dengan penyebab utama adalah konsentrasi Fe2+ yang tinggi dalam larutan tanah karena kondisi reduktif. Hal itu terkait dengan drainase yang jelek, nilai Eh yang rendah, defisiensi  K, Ca, Mg, P, Zn, dan Mn, dan oksigen tanah yang rendah. Pengendalian keracunan besi untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan rawa pasang surut bukaan baru dapat dilakukan melalui teknologi pengelolaan air, ameliorasi, pemupukan, pengaturan waktu tanam, dan penggunaan varietas yang toleran. Abtract. National rice demand is increasing from year to year due to population growth, increasing individual daily energy needs, and the  low diversification of consumption of carbohydrate sources and the desire to become a world food barn (LPD) in 2045. One effort to increase national rice production is through expansion planting area utilizing tidal swamp land which covers an area of 8.92 million hectares. Increasing the area of rice planting in tidal swamps can be done through the opening of new land, either by using abandoned or untapped rice fields. However, new land clearing is often faced with iron poisoning, so that rice plants do not grow and produce optimally. Iron poisoning can reduce rice production by 30-100%, depending on the variety resistance, poisoning intensity, growth phase, and soil fertility status. Iron poisoning is a physiological disease of plants with the main cause being high concentrations of Fe 2+ in soil solutions due to reductive conditions. This is related to poor drainage, low Eh values, deficiency of K, Ca, Mg, P, Zn, and Mn, and low soil oxygen. Control of iron poisoning to increase rice productivity in the new openings tidal swamps can be done through water management technology, amelioration, fertilization, planting time management, and the use of tolerant varieties.
RAGAM KONTEKS SKALA DALAM PERSPEKTIF KAJIAN SUMBERDAYA LAHAN Cahyana, Destika; Barus, Baba; Darmawan, Darmawan; Mulyanto, Budi; Sulaeman, Yiyi
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.042 KB) | DOI: 10.21082/jsdl.v13n2.2019.115-124

Abstract

Abstrak. Kini isu ?skala? menjadi penting kembali dibahas oleh komunitas sumberdaya lahan. Awalnya sumberdaya lahan terbatas dikaji oleh disiplin ilmu tanah, ilmu geografi, dan ilmu kartografi, tetapi sekarang berkembang dikaji oleh disiplin ilmu lingkungan, ilmu iklim, ilmu statistik, serta ilmu teknologi dan informasi. Kajian sumberdaya lahan yang awalnya untuk kepentingan ilmu pertanian kini menghadapi problem yang lebih luas seperti perubahan iklim, krisis energi, keanekaragaman hayati, keseimbangan ekosistem, hingga perkembangan kota. Pada era ini perjumpaan ilmu tanah dengan disiplin ilmu lain tidak dapat dihindarkan karena telah menjadi keniscayaan untuk melayani kepentingan umat manusia yang lebih luas. Berkaitan dengan itu istilah ?skala? yang digunakan pada disiplin ilmu tanah, ilmu geografi, dan ilmu kartografi seringkali membingungkan ketika berjumpa dengan istilah ?skala? pada kajian sumberdaya lahan kontemporer. Skala dapat dipahami dalam beragam konteks: 1) skala informasi pada peta, 2) skala level pada berbagai proses, dan 3) skala pada angka pengukuran. Tiga konteks skala tersebut belum termasuk skala pada dimensi lain yaitu skala waktu yang tidak akan dibahas pada artikel ini. Abstract. At present the issue of 'scale' becomes important to be rediscussed by scientists in land resources community. Initially, land resources were only studied by the limited disciplines, such as soil science, geography, and cartography, but now it is studied by the disciplines of environmental science, climate science, statistics, and technology and information science.  At the beginning, the study of land resources was to support agricultural science, but at the present the study is to addresss broader problems such as climate change, energy crises, biodiversity, ecosystem balance, and urban development. In this era, the encounter of soil science with other scientific disciplines is inevitable because it has become a necessity to serve the broader of humanity interest. Related to that issue, the term of 'scale' used in the disciplines of soil, geography and cartography is often confusing when meeting to other different disciplines. There are at least 3 different contexts that use the term 'scale' in contemporary land resource studies i.e : 1) scale of information on maps, 2) scale of levels in various processes, and 3) scale of measurement numbers. These three contexts of scale are not included  scale of time another dimensions that will not be discussed in this article.
PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING IKLIM KERING MELALUI IMPLEMENTASI PANCA KELOLA LAHAN Heryani, Nani; Rejekiningrum, Popi
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.287 KB) | DOI: 10.21082/jsdl.v13n2.2019.63-71

Abstract

Abstrak. Wilayah lahan kering beriklim kering pada umumnya memiliki curah hujan rendah kurang dari 2000 mm/tahun. Keterbatasan air dan kesuburan tanah yang rendah menjadi kendala dalam pengembangan lahan jenis ini. Selain itu kondisi lahan pada umumnya berbukit dan bergunung dengan solum tanah dangkal dan berbatu. Salah satu upaya peningkatan produktivitas lahan ini adalah melalui aplikasi panca kelola lahan kering iklim kering guna mendukung swasembada pangan, meliputi: pengelolaan air; pemupukan berimbang; pengelolaan bahan organik, ameliorasi dan konservasi tanah; integrasi tanaman ternak; dan penguatan kelembagaan tani. Produktivitas lahan dan indeks pertanaman yang rendah di lahan kering iklim kering memungkinkan untuk ditingkatkan melalui pemberian irigasi suplemen. Sumber irigasi suplemen dapat berasal dari bangunan panen air berupa embung, dam parit, long storage, pemanfaatan air sungai, air tanah dangkal dan dalam. Aplikasi irigasi hemat air bagi tanaman sangat diperlukan pada kondisi air terbatas. Pemupukan berimbang dengan teknologi nano; pengelolaan hara terpadu yang mengkombinasikan pupuk anorganik dengan pupuk organik dan pupuk hayati; pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak dan sebaliknya kotoran ternak untuk bahan organik bagi tanaman; serta pendampingan dan pembinaan kelembagaan secara intensif perlu dilakukan untuk keberlanjutan pertanian lahan kering iklim kering. Abstract. Dryland with dry climate areas generally characterized by low rainfall of less than 2000 mm/year. Water limitations and low soil fertility become obstacles in the development of this type of land. In addition, land conditions are generally have a hilly and mountainous area, shallow solum and rocky soil. One of the efforts to increase land productivity is through the application of five land management of dry land with dry climate area to support food self-sufficiency, such as: water management; balanced fertilization; organic matter management, amelioration and soil conservation; livestock crop integration; and strengthening farmer institutions. Low land productivity and cropping index in dry land with dry climate area makes it possible to increase through the aplication of supplementary irrigation. Sources of supplement irrigation were come from water harvesting infrastructures such as water reservoir, channel reservoir, long storage, river water utilization, shallow and deep ground water. Water saving irrigation are very necessary in limited water conditions. Balanced fertilization with nano technology; integrated nutrient management that combines inorganic fertilizers with organic fertilizers and biological fertilizers; utilization of crop waste for animal feed and vice versa livestock manure for organic material for plants; and intensive institutional assistance and guidance, needs to be carried out for the sustainability of dry land with dry climate agriculture.
Cover JSDL Vol 13 No. 2 Laelatul Qodaryani, S. Kom
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.357 KB)

Abstract

Cover JSDL Vol 13 No. 2
Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Produksi Pertanian Nono Sutrisno; Adang Hamdani
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jsdl.v13n2.2019.73-88

Abstract

Abstrak. Indonesia memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar, tetapi pemanfaatannya masih rendah, yaitu sekitar 20 persen dari potensi yang ada. Terdapat pengaruh negatif bila pemanfaatan air hanya sedikit, yaitu dapat mengakibatkan banjir dan longsor pada saat musim hujan serta kekeringan Musim Kemarau (MK). Tujuan dari penulisan ini adalah menyampaikan hasil kajian optimalisasi pemanfaatan sumber daya air untuk meningkatkan produksi pertanian yang dilakukan melalui  panen air dengan prinsip eco-efficient  agar air tersedia sepanjang tahun dan berkelanjutan. Salah satu pemanfaatan sumberdaya air secara optimal adalah untuk meningkatkan produksi pertanian pada lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan dan lahan kering.  Implementasinya dilakukan dengan jalan meningkatkan ketersediaan air dan menerapkan efisiensi penggunaan air sehingga dapat memperpanjang masa tanam atau meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan ekstensifikasi pertanian. Sampai saat ini, sudah cukup banyak infrastruktur air yakni embung, dam parit, dan long storage yang dibangun oleh Kementerian Pertanian. Disamping itu Kementerian PUPR dalam kurun waktu 2015-2019, telah menargetkan pembangunan 65 bendungan untuk mendukung ketahanan air dan ketahanan pangan. Secara keseluruhan saat ini terdapat 230 bendungan yang mencukupi bagi 11 persen layanan lahan irigasi seluas 7,2 juta ha.  Hal ini berarti, air irigasi dari bendungan dapat mengairi lahan sawah sepanjang tahun. Untuk mendukung optimalisasi sumber daya air, diperlukan ketersediaan air sepanjang tahun dan berkelanjutan. Pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara menyeluruh dari DAS tersebut, baik blue water  maupun green water dan pengelolaannya harus tepat yaitu menerapkan konservasi lahan dan air di hulu dan pendistribusian secara hemat dan adil. Optimalisasi penggunaan sumber daya air untuk pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan seperti menjaga ekosistem sungai tetap baik, mengantisipasi kerusakan sumber daya air dan memanfaatkan secara efisien tidak berlebihan. Abstract. Indonesia has a huge potential of water resources, but it is untapped efficiently with only around 20 percent utilized. There is a negative effect if only a small amount of water is used, which can result in floods and landslides during the rainy season and dry season dryness. The purpose of this paper is to deliver a study of optimizing the use of water resources to increase agricultural production carried out through water harvesting with the principle of eco-efficient so that water is available throughout the year and is sustainable. One of the optimal utilization of water resources is to use it for agricultural production in irrigated paddy fields, rainfed lowland and dry upland. It is implemented by increasing water availability and using water efficiently which is in turn it can extend the planting period or increase the cropping index and agricultural extensification. Recently, The Ministry of Agriculture has built adequate water management infrastructures such as reservoirs, ditch dams, and long storages. In addition, within the 2015-2019 periods, the Ministry of PUPR targeting the construction of 65 dams to support water and food security. There are currently 230 dams had been built which are sufficient to irrigate  11 percent of irrigated land or 7.2 millions hectares. This means that the water from dams can irrigate paddy fields continouosly throughout the year. To optimize the use of water resources, water availability is sustainably needed throughout the year. Water resources management must be carried out thoroughly within the watershed, both for blue water and green water. It must be precisely excetuted by implementing land and water conservation in upstream followed by distribution in an efficient and equitable manner. Optimizing the use of water resources for agriculture aims to increase agricultural production while still taking into account environmental sustainability such as maintaining a good river ecosystem, anticipating damage to water resources and utilizing efficiently not excessively.
Pestisida Nabati: Prospek Pengendali Hama Ramah Lingkungan Mas Teddy Sutriadi; Elisabeth Srihayu Harsanti; Sri Wahyuni; Anicetus Wihardjaka
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Center for Agriculture Land Resource Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jsdl.v13n2.2019.89-101

Abstract

Abstrak. Hama tanaman mengancam stabilitas produksi pertanian akibat kehilangan hasil dan penurunan produktivitas tanaman. Penurunannya berkisar antara 20-95%, bahkan bisa menyebabkan gagal panen atau puso pada serangan yang masif. Keberadaan hama dan penyakit dalam budidaya tanaman harus disikapi dengan bijaksana. Organisme pengganggu tanaman (OPT) dikendalikan secara terpadu mengikuti konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Penggunaan pestisida kimiawi merupakan pilihan terakhir dengan memperhatikan kondisi ambang ekonomi di lapangan. Tulisan ini bertujuan menginformasikan penggunaan bahan tumbuhan sebagai pestisida nabati dalam pengendalian hama pada budidaya tanaman  pertanian, khususnya tanaman pangan. Indonesia memiliki berbagai tumbuhan sebagai sumberdaya hayati bahan pengendali hama, baik berupa biji, daun, akar, dan batang. Bahan baku pestisida nabati yang tersedia melimpah di agroekologi lahan sawah tadah hujan adalah daun/biji mimba, biji mahoni, gulma babandotan (Ageratum zonycoides). Bahan-bahan tersebut dapat diekstrak dan dicampur, serta ditambahkan asap cair (produk samping proses pirolisis arang hayati dari limbah pertanian) dan urin sapi. Hasil penelitian yang telah dilakukan Balingtan memperlihatkan bahwa pemberian insektisida nabati meningkatkan hasil gabah kering panen lebih tinggi berturut-turut sebesar 10,8%; 24,8%; dan 48,7% untuk varietas Mekongga, Situ Bagendit, dan Ciherang, dibandingkan tanpa insektisida nabati. Penambahan urin sapi selain sebagai bahan pengendali hama juga berperan dalam memperbaiki ketersediaan hara terutama nitrogen. Abtract. Plant pest threatens the stability of agricultural production due to the yield loss and the decreasing crops productivity. The loss could reach 20-95% or even totally loss when it is massivaly attacked. The existence of pest dan desease on plant cultivation has to be addressed wisely. Plant-disturbing organism is controlled in an integrated way by following the concept of Integrated Pest Management (IPM).  The use of chemical pesticide is the last option with consideration of the economic threshold condition at the field. The objective of this paper is to inform the use of plant as the bassic matterial of botanical insecticide in controling agricultural-plant cultivation, especially for food crop. Indonesia has various resources of plants as biologically pests controller, in the form of seeds, leaves, roots and stems. Raw materials of the botanical insecticide are abundantly available in rainfed rice agroecology, i.e.neem leaves / seeds, mahogany seeds, and ageratum (Ageratum zonycoides) Those materials are extracted and mixed, then is added with the liquid smoke (side product of pyrolysis process of biocharcoal from agricultural waste) and cow urine. The research that was conducted by Indonesian of Agricultural Environment Research Institute shows that the application of botanical insecticide produced higher dried harvesting grain consecutively by 10.8%; 24.8%; and 48.% for Mekongga, Situ Bagendid, and Ciherang variety, compare to those without botanical insecticide. The addition of cow urine also improves the nutrient availability, especially for the nitrogen content.

Page 1 of 1 | Total Record : 6