cover
Contact Name
Salman Abdul Muthalib
Contact Email
tafse@ar-raniry.ac.id
Phone
+6282165108654
Journal Mail Official
tafse@ar-raniry.ac.id
Editorial Address
Gedung Fakultas Ushuluddin Lantai I, Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, UIN Ar-Raniry, Jln. Lingkar Kampus, Kopelma Darussalam Banda Aceh, Aceh 23111
Location
Kota banda aceh,
Aceh
INDONESIA
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies
ISSN : 26204185     EISSN : 27755339     DOI : 10.22373
TAFSE: Journal of Qur’anic Studies is an open access, peer-reviewed journal that is committed to the publications of any original research article in the fields of Alquran and Tafsir sciences, including the understanding of text, literature studies, living Qur’an and interdisciplinary studies in Alquran and Tafsir. Papers published in this journal were obtained from original research papers,which have not been submitted for other publications. The journal aims to disseminate an academic rigor to Qur’anic studies through new and original scholarly contributions and perspectives to the field. Tafse: Journal of Qur’anic Studies DOES NOT CHARGE fees for any submission, article processing (APCs), and publication of the selected reviewed manuscripts. Journal subscription is also open to any individual without any subscription charges.All published manuscripts will be available for viewing and download from the journal portal for free.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2022)" : 8 Documents clear
Studi terhadap Penerapan Metode al-Hira’ dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Kota Subulussalam Abdul Wahid; Juraidah Juraidah
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.15441

Abstract

Al-Qur'an learning methods have been improving from time to time, and various methods have been applied in many Al-Qur'an learning institutions, one of which is the Al-Hira' method. As the newest method, Al-Hira has been quickly used in a number of Al-Quran learning institutions (TPA) in Subulussalam. The questions posed in this paper are related to the application of the Al-Hira learning method and the constraints involved in applying the method. This study is field research; data collection is done through interviews, observation, and documentation. The results showed that the Al-Hira' method was used because of its advantages, including the ease in preparing teaching and learning materials, as well as the ease in teaching students. However, teachers use different ways of implementing the method, including modeling and giving direct examples like reading the Qur'an first and then having students repeat it. In terms of constraints, facilities, environment, funding sources, human resources, parental participation, and students' backgrounds such as education, economy, and social status, there are several factors that influence the application of the Al-Hira' learning method.Abstrak: Metode pembelajaran Al-Qur'an semakin meningkat dari waktu ke waktu, dan berbagai metode telah diterapkan di banyak lembaga pembelajaran Al-Qur'an, salah satunya adalah metode Al-Hira'. Sebagai metode terbaru, Al-Hira telah digunakan dengan cepat di sejumlah lembaga pembelajaran Al-Quran (TPA) di Subulussalam. Pertanyaan yang diajukan dalam tulisan ini terkait dengan penerapan metode pembelajaran Al-Hira dan kendala dalam penerapan metode tersebut. Kajian ini merupakan penelitian lapangan, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Al-Hira’ digunakan karena kelebihannya, antara lain kemudahan dalam menyusun bahan ajar dan pembelajaran, serta kemudahan dalam mengajar siswa. Namun, guru menggunakan cara yang berbeda dalam menerapkan metode termasuk pemodelan seperti memberikan contoh langsung: membaca Al-Qur'an terlebih dahulu kemudian membuat siswa mengulanginya. Dari sisi kendala, fasilitas, lingkungan, sumber dana, sumber daya manusia, peran serta orang tua, dan latar belakang peserta didik seperti pendidikan, ekonomi, dan status sosial, menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan metode pembelajaran Al-Hira’.
Eksistensi Ilmu Qira’at pada Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Aceh dan Pemahaman Qira`at terhadap Peserta MTQ di Aceh Agusni Yahya; Zulihafnani Zulihafnani; Muhajirah Muhajirah
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.12769

Abstract

One of the branches contested in the Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) is qira'at sab'ah. The existence of these religious festival activities aims to broadcast the values of the Koran in people's lives so as to create generations who develop the qira`at of the Koran. However, in the qira`at sab'ah competition in Aceh, only the practice of reading was applied, not the knowledge of the science. This can be seen from the lack of mastery of the participants who took part in the qira`at sab'ah branch. This problem raises the question of how the teaching of qira`at science exists at LPTQ Aceh and the understanding of the theory of qira`at science for MTQ participants in the qira`at sab'ah branch. This research is a field study, and data is collected from interviews, observations, and documentation. The findings of this study indicate that teaching the science of qira'at is irregular, occurring only when the competition period approaches. Meanwhile, the level of understanding of qira`at sab'ah theory among MTQ participants in Aceh can be grouped into three categories: first, groups that understand the theories of qira`at science. Second, there is the group that does not understand the theories of qira`at science. Third, the group that does not understand the theories of qira'at science, but all participants are able to practice the reading taught by the teacher.Abstrak: Qira’at sab’ah merupakan salah satu cabang yang diperlombakan dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Adanya kegiatan festival keagamaan tersebut bertujuan untuk mensyiarkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi yang mengembangkan qira`at Al-Qur’an. Akan tetapi, pada perlombaan qira`at sab’ah di Aceh, hanya diterapkan praktik bacaannya, bukan pengetahuan terhadap ilmunya. Hal ini terlihat dari minimnya penguasaan peserta yang mengikuti cabang qira`at sab’ah. Permasalahan ini menimbulkan pertanyaan bagaimana eksistensi pengajaran ilmu qira`at pada LPTQ Aceh dan pemahaman tentang teori ilmu qira`at bagi peserta MTQ cabang qira`at sab’ah. Penelitian ini merupakan kajian lapangan dan data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi pengajaran ilmu qira’at bersifat tidak reguler, dilakukan hanya ketika mendekati masa perlombaan. Sedangkan tingkat pemahaman teori qira`at sab’ah pada peserta MTQ di Aceh dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, pertama, kelompok yang paham teori-teori ilmu qira`at. Kedua, kelompok yang kurang paham teori-teori ilmu qira`at. Ketiga, kelompok yang tidak paham teori-teori ilmu qira`at, akan tetapi semua peserta mampu mempraktikkan bacaan yang diajarkan oleh guru.
Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an Nurlaila Nurlaila; Mudaris Almuzammil
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.12844

Abstract

Knowledge and its practice are two things that are very related; the practice of something should be based on knowledge so that what is done is in accordance with the teachings of religion. Ironically, some people, without knowledge, dare to do something with full confidence. This paper aims to discuss the relationship between knowledge and charity in the Qur'an and how to apply these two concepts in life. This research was library research; the data was collected using the Mawdu'i method. The study showed that the verses that explain knowledge first and then practice are found in Surah Muhammad, verse 19. Practice without knowledge in Surah al-Isra verse 36. knowledge must be accompanied by practice in Surah al-Baqarah verse 44 and Surah al-Saf verses 2 and 3. Applying the concepts of knowledge and practices in life can be started by studying religion first. So that you are not wrong in doing charity, you should follow the Prophet as a good example in practice.Abstrak: Ilmu dan amal merupakan dua hal yang sangat berkaitan, pengamalan terhadap sesuatu hendaknya didasarkan pada pengetahuan, sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan ajaran dalam agama. Ironisnya, sebagian masyarakat, tanpa didasari pada pengetahuan, berani mengamalkan sesuatu dengan penuh keyakinan. Tulisan ini berupaya mengkaji hubungan antara ilmu dan amal dalam al-Qur’an serta bagaimana mengaplikasikan kedua konsep tersebut dalam kehidupan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, data dianalisis menggunakan metode mawdu’i. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayat-ayat yang menjelaskan berilmu dahulu baru beramal terdapat pada surah Muhammad ayat 19. Beramal tanpa didasari dengan ilmu pada surah al-Isra’ ayat 36. Berilmu harus disertai dengan amalan pada surah al-Baqarah ayat 44, surah al-Saf ayat 2 dan 3. Mengaplikasikan konsep ilmu dan amal dalam kehidupan dapat diawali dengan mempelajari ilmu agama terlebih dahulu, agar tidak salah dalam beramal hendaknya mengikuti Rasulullah sebagai teladan yang baik dalam beramal.
Praktik Distribusi Zakat Padi Berdasarkan Korelasi Surah al-Taubah Ayat 60 di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Zainuddin Zainuddin; Raihanul Akmal
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.12612

Abstract

In the Qur'an, surah al-Taubah, verse 60, Allah explains the groups entitled to receive zakat. However, the distribution of zakat in several areas is carried out without referring to the word of God. as happened in Gampong Mon Alue and Jruek Balee, Indrapuri District, and Aceh Besar District. Based on this, the researcher examines the process of distributing zakat in the two regions and its conformity with the word of Allah in Surah al-Taubah verse 60. This research is field research using a qualitative descriptive method. The sources of data used are the results of interviews and observations. The research results obtained were the distribution of rice zakat in several gampongs in Indrapuri District, which were distributed to only three senifs, namely the poor, the poor, and the amil. However, in fact, in the distribution process, there was still a mistake, in which the artistic rights for fardhu kifayah savings were cut, such as the purchase of shrouds and payment for burial plots. In addition, there is also a distribution of zakat to all residents of the gampong regardless of social status, so that the rich also receive part of the rice zakat that is distributed; this is done to avoid conflicts and the emergence of social jealousy among members of the community.Abstrak: Dalam al-Qur’an surah al-Taubah ayat 60, Allah telah menjelaskan golongan yang berhak menerima zakat. Akan tetapi, pendistribusian zakat di beberapa wilayah dilakukan dengan tidak mengacu pada firman Allah tersebut. Sebagaimana yang terjadi di Gampong Mon Alue dan Jruek Balee Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengkaji bagaimana proses pendistribusian zakat di kedua wilayah tersebut serta kesesuaiannya dengan firman Allah dalam surah al-Taubah ayat 60. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah hasil wawancara dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pendistribusian zakat padi di beberapa gampong yang terdapat di Kecamatan Indrapuri didistribusikan kepada tiga senif saja yaitu fakir, miskin, dan amil. Akan tetapi, pada kenyataannya dalam proses distribusi tersebut masih terdapat kekeliruan, dimana dilakukan pemotongan hak senif untuk tabungan fardhu kifayah, seperti pembelian kain kafan dan pembayaran tanah kuburan. Selain itu, juga terdapat pembagian zakat ke semua penduduk gampong tanpa melihat status sosial, sehingga orang kaya juga menerima bagian dari zakat padi yang didistribusikan, hal ini dilakukan agar terhindar dari konflik dan munculnya kecemburuan sosial sesama masyarakat.
Karakteristik Masyarakat Islam Perspektif Al-Qur’an: Analisis QS. Ali-Imran Ayat 110 Husnul Fikry; Sulaiman W; Nuraini Nuraini; Ainun Mardhiah
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.13898

Abstract

The Qur’an as a guide has not been understood by some Muslim communities. Therefore, bad behavior still occurs, so the character of Islamic society has a bad impact. This discussion is to reveal "How are the characteristics of Islamic society from the perspective of the Qur'an". Method of discussion uses a thematic interpretation approach, collecting Qur'anic verses related to "characteristics of Islamic society." The data is processed based on two sources. (a) The primary source is in the form of Qur'anic verses related to "characteristics of Islamic society" and its interpretation; (b) secondary sources that are closely related to the main material in the discussion, such as books, such as Qurani Society and Tracing the Concept of Ideal Society in the Qur'an, as well as several books of interpretation, such as the book of interpretation of Al-Mishbah, Al-Azhar, etc. The results show that the Islamic community is made up of people who have the best character, provided that they are carrying out the rules of Allah SWT. There are three reasons why Muslims are the best people. 1. Muslims are believers. 2. Muslims are people who always advocate for goodness (amar ma'rûf), and 3. Muslims are people who do not allow crimes that can damage society (nahi mungkar).Abstrak: Al-Qur’an sebagai petunjuk belum dipahami oleh sebagian masyarakat muslim. Oleh karena itu, perilaku tidak baik masih saja terjadi, sehingga karakter masyarakat Islam berdampak buruk. Pembahasan ini untuk mengungkapkan; “Bagaimana Karakteristik Masyarakat Islam Perspektif Al-Qur’an". Metode pembahasan ini menggunakan pendekatan tafsir tematik, mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan “karakteristik masyarakat Islam”. Data diolah berdasarkan dua sumber. (a) Sumber primer berupa ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan “karakteristik masyarakat Islam” dan penafsirannya, (b) Sumber sekunder yang erat kaitannya dengan bahan pokok dalam pembahasan, seperti buku; Qurani Society, Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam Alquran, serta beberapa kitab tafsir, seperti kitab tafsir Al-Mishbah, Al-Azhar, dan lain-lain. Hasil menunjukkan bahwa masyarakat Islam perspektif Alquran adalah umat yang memiliki karakter terbaik dengan syarat selagi umat Islam tersebut menjalankan aturan Allah SWT. Ada tiga alasan bahwa umat Islam adalah umat terbaik. 1. Umat Islam adalah umat yang beriman kepada Allah SWT. 2. Umat Islam adalah umat yang senantiasa menganjurkan kepada kebaikan “amar ma'rûf” dan 3. Umat Islam adalah umat yang tidak membiarkan kejahatan yang dapat merusak masyarakat “nahi mungkar.”
Pemahaman Masyarakat Gampong Lapang Kabupaten Aceh Barat terhadap Qada dan Fidiah Puasa dalam Al-Qur’an Salman Abdul Muthalib; Furqan Furqan; Oka Ridayani
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.13006

Abstract

Fasting qada (substitute) and fidiah is an obligation for people who do not fast. Terms, causes, and mechanisms for qada and fidiah have been formulated by scholars based on the Qur'an and hadith. To be accepted by Allah, one must understand and practice religious teachings correctly according to the provisions. In reality, it was found that the practice of qada and fidiah fasting in the Gampong Lapang community was different from the formulation of the ulama. This study will look at the Gampong Lapang community's understanding of qada and fidiah in the Koran and the mechanisms for their daily practice. The results of the study show that a small proportion of people have correctly understood qada, fasting, and fidiah according to the explanation of the scholars and the meaning of letters Al-Baqarah 184 and 185. While most of them are mistaken in understanding the meaning and procedures for its implementation. In their understanding, only the elderly and sick people are given relief, the fidiah applies to parents only, and all sick and traveling people may not fast because there is a fidiah. Qada will be doubled if the year has passed. There is also an understanding that only men have to double the number of days that must be Qada if the year has passed.Abstrak: Puasa qada (pengganti) dan fidiah adalah kewajiban bagi orang yang tidak berpuasa. Syarat, sebab dan mekanisme qada dan fidiah telah rumuskan ulama berdasarkan Al-Qur’an, hadis. Seseorang harus memahami dan mengamalkan dengan benar sesuai ketentuan agar praktik ajaran agama diterima Allah. Realita dalam masyarakat, ditemukan praktik puasa qada dan fidiah dalam masyarakat Gampong Lapang berbeda dengan rumusan para ulama. Kajian ini akan melihat pemahaman masyarakat Gampong Lapang terhadap qada dan fidiah dalam Al-Qur'an dan mekanisme pengamalannya sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil masyarakat telah memahami qada puasa dan fidiah dengan benar sesuai dengan penjelasan ulama dan makna surat Al-Baqarah 184 dan 185. Sementara sebagian besar keliru dalam memahami makna dan tata cara pelaksanaannya, mereka memahami bahwa hanya orang tua dan orang sakit yang diberikan keringanan, fidiah berlaku untuk orang tua saja, semua orang sakit dan bepergian boleh tidak berpuasa karena ada fidiah. Qada akan berlipat ganda jika tahun telah berlalu, ada juga yang memahami bahwa hanya laki-laki yang harus melipatgandakan jumlah hari yang diqada jika tahun telah berlalu.
Seni Baca Al-Qur’an secara Halaqah di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Nurul Mubtadi Gampong Simpang Peut Nagan Raya Muslim Djuned; Syukran Abubakar; Nya`k Merryana
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.12873

Abstract

TPQ Nurul Mubtadi is one of the recitation places in Simpang Peut Village that teaches the art of reading the Al-Qur'an with a different method from other recitation places, where the recitation is carried out in halaqah form. This paper aims to discuss the level of success in the art of reading the Quran with halaqah and the methods applied to TPQ Nurul Mubtadi in reading the Quran. This was a qualitative study with data collection techniques including observation, interviews, and documentation. This study showed that the halaqah reading of the Koran in the art of reading the Koran for TPQ Nurul Mubtadi students had a very good effect because the students were required to master the science of recitation and the basic rhythms such as bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast . Classes are held on Wednesday and Thursday nights. The method applied in the Art of Reading the Qur'an is the talaqqi or musyafahah method.Abstrak: Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Nurul Mubtadi merupakan salah satu tempat pengajian di Gampong Simpang Peut yang mengajarkan seni baca Al-Qur’an dengan metode yang berbeda dari tempat pengajian lain, di mana pengajian seni baca AL-Qur’an dilakukan dalam bentuk halaqah. Dari permasalahan tersebut, tulisan ini akan membahas sejauh mana tingkat kehasilan seni baca Al-Qur’an secara halaqah serta metode yang diterapkan pada TPQ Nurul Mubtadi dalam pembacaan Al-Qur’an. Kajian ini merupakan kajian lapangan yang bersifat kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan Al-Qur’an secara halaqah menggunakan seni baca Al-Qur’an pada santri TPQ Nurul Mubtadi sangat baik, peserta diwajibkan menguasai ilmu tajwid serta menguasai irama dasar seperti bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast. Pembelajaran dilaksanakan pada malam rabu dan kamis. Adapun metode yang diterapkan dalam Seni Baca Al-Qur’an adalah metode talaqqi atau musyafahah.
Nilai Akhlak Qur’ani dalam Kehidupan Masyarakat Lukman Hakim; Muhajirul Fadhli; Mulmustari Mulmustari
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v7i2.12687

Abstract

The rapid development of technology has had a negative influence on morals in society, religious values which were initially very strong in society have experienced a drastic decline. From these problems, this paper will look at the formulation of Qur'anic moral values in people's lives. As a literature review, data was collected through document review with descriptive analysis. The results of the study show that the concept of Qur'anic morality encourages humans to have the morals described by the texts of the Qur'an. Because a concept is meaningless if it is only in the form of theoretical value. Methods that can be used in applying morals in life are exemplary methods, habituation and coaching methods. The moral values that can be felt by humans are balance, social harmony and harmony in life. This value can be felt when the application of the morals taught by the Qur'an is practiced in everyday life.Abstrak: Perkembangan teknologi yang begitu cepat telah memberi pengaruh negatif terhadap akhlak dalam masyarakat, nilai-nilai agama yang awalnya sangat kental hidup dalam masyarakat telah mengalami penurunan yang drastis. Dari persoalan tersebut, tulisan ini akan melihat perumusan nilai akhlak qur’ani dalam kehidupan masyarakat. Sebagai kajian yang bersifat kepustakaan, data dikumpulkan melalui telaah dokumen dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep akhlak qur’ani menganjurkan manusia memiliki akhlak yang dijelaskan oleh nash-nash Al-Qur’an. Karena sebuah konsep tidak bermakna apabila hanya dalam bentuk nilai teoritis. Metode yang dapat digunakan dalam menerapkan akhlak dalam kehidupan yaitu metode keteladanan, pembiasaan dan metode pembinaan. Adapun nilai akhlak yang dapat dirasakan oleh manusia adalah adanya keseimbangan, harmoni sosial dan keselarasan dalam kehidupan. Nilai tersebut dapat dirasakan apabila penerapan akhlak yang telah diajarkan oleh Al-Qur’an dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 1 of 1 | Total Record : 8