cover
Contact Name
Agus Prayitno
Contact Email
agussprayitno09@sttimanuelpacet.ac.id
Phone
+6285259879525
Journal Mail Official
agussprayitno09@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sumberan No.3 Des. Sajen Kec. Pacet Kab. Mojokerto Jawa Timur
Location
Kab. mojokerto,
Jawa timur
INDONESIA
Filadelfia : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Core Subject : Religion, Education,
Teologi dan Pendidikan Agama Kristen FILADELFIA merupakan wadah publikasi hasil penelitian di bidang teologi dan Pendidikan Agama Kristen bagi dosen di lingkungan Sekolah Tinggi Imanuel Pacet, bahkan semua pihak yang berkompeten di bidang ini dari institusi mana pun.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2023): April 2023" : 5 Documents clear
Murka Allah Dalam Perjanjian Lama Dewi Permatasari Hia
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.53

Abstract

Tulisan ini membahas tentang murka Allah dalam Perjanjian Lama. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan sumber Alkitab, buku, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan murka Allah. Murka Allah merupakan sebuah bencana alam di luar kendali manusia, seperti gempa bumi atau tsunami, dimana tak seorang pun dapat memegang tanggung jawab. Sebaliknya, peristiwa politik atau buatan manusia luar biasa lainnya dianggap sebagai force majeure. Tujuan Murka Allah adalah untuk bertindak dalam kekudusan dan kebenaran. Sehingga manusia perlu mengerjakan keselamatan supaya setiap orang tidak jatuh kedalam dosa.
SIKAP MORAL DALAM MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN Hantrini Patoo
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.79

Abstract

This article examines theologically the morals attitude in waiting for God’s coming at the and of time or what is called the parousia teaching, nomely the second presence of Jesus Christ. In the Old Testament it is known as the day of the Lord or what is referred to as the awaited coming of the Son of man, while in the New Testament it is better known as the second coming of Jesus Christ, that is what is called the parousia. In His first coming i tis like the mystery known as the kingdom of God, which then ends His first coming. Likewise, with his second presence, he becomes a just king and judge for mankind, and separates people who are diligently faithful in carrying out His law from people who are full of sin, from this writing, i tis hoped that Christians as a church will be able to develop or realize the right way of thinking and moral behavior in waiting for the Lord’s coming.The diversity of morals attitudes can be a problem so that it can pose various challenges and apportunuties for Christian ethics, especially those related to the spirituality of the people God. Moral diversity that aften accurs raises issues that are contrary to the teachings of falth as Christians, also in terms of interpretation of the bible and the process of understanding the will of God’s plan, in responding to issue like this, this paper provides conclusions that are theological reflections about how a person can understand the teachings of faith regarding the proper morals attitude before God, so that it may become the basis and guide to being accountable when the day of God arrives. That is why is abliged to understand God’s will, so that he can apply it whenever and whenever he is, Romans 12:22 . so having morals such as love, exemplalry power, living as children of light, faith and reason etc, play a very importand role in Christian ethics in arder to prepare ourseives to weicome God’s coming in the last days.
Pengenalan Gereja Yang Terlihat, Tidak Terlihat dan Gereja Surgawi Menurut St. Efraim: Gereja Dapat Dilihat Dalam Bentuk Tubuh Jasmani Manusia yaiut: Doa, Puasa Dan Babtisan nursanti waruwu
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.86

Abstract

AbsrakGereja tidak pernah lepas dari kehidupan orang percaya terutama orang yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai pendiri gereja. Pertumbuhan gereja yang begitu pesat membuat makna gereja yang sesungguhnya mulai memudar. Sebab gereja sekarang lebih fakus pada pembangunan gedung yang megah. Bahkan sampai saat ini gereja masih menjadi sebuah perdebatan yang tiada henti dibacarakan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kembali tentang makna gereja berdasarkan pandangan dari seorang bapa gereja yaitu St. Efraim dari syrian. St. Efraim melihat gereja dalam bentuk tubuh jasmani manusia seperti doa, puasa dan babtisan. Tiga hal ini menuntun orang kristen menghidupkan kembali spiritual yang mati kesipritual yang hidup. Metode yang di gunakan dalam penulisan ini adalah berelaborasi dengan pandangan dari buku-buku sekunder lainnya. Dari hasil penelitain yang ditemukan mengatakan bahwa gereja tidak bisa dipisahkan dari makna yang sesunggunya atau gereja yang terlihat tidak dapat dipisahkan dari spiritual dari gereja tersebut. Sehingga orang percaya mengetahui fungsinya sebagai gereja. Umat Allah yang di panggil keluar dari kegelapan menuju terang.Kata kunci: Gereja yang terlihat, gereja tidak terlihat, Gereja Surgawi
KIAT AYAH MENGHARMONISKAN HUBUNGAN DENGAN ANAK DI ERA DIGITAL Kosma Manurung
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.87

Abstract

The harmony of a true relationship is the dream of everyone, both those who are building relationships and those who are going to build relationships. Even fathers deep down crave a harmonious relationship with their children. Unfortunately, due to various reasons or actions that were born from a lack of understanding, the father and son's relationship was not harmonious. This article intends to offer tips that fathers can apply in harmonizing relationships with their children in the digital era. By using a qualitative narrative method and supported by literature review, it is hoped that it will be able to provide a careful and in-depth picture of narratives about the harmony of fathers and children in the Bible, the existence of children in the digital era, and father's tips in harmonizing relationships with their children. It was concluded that in order to harmonize the relationship with their children, fathers need to introduce harmony in their family, make their family an example of this harmony, make this a entrenched habit in the family, and the father becomes the main instrument in teaching and exemplifying harmony.Keharmonisan hubungan sejatinya menjadi dambaan setiap orang baik yang sedang membangun hubungan maupun yang akan membangun hubungan. Para ayah pun jauh di kedalaman hatinya mendambakan hubungan yang harmonis dengan anak-anaknya. Sayangnya karena berbagai alasan ataupun tindakan yang lahir dari kurangnya pemahaman menyebabkan hubungan ayah dan anaknya menjadi tidak harmonis. Artikel ini bermaksud menawarkan kiat yang bisa ayah terapkan dalam mengharmoniskan hubungan dengan anaknya di era digital. Dengan menggunakan metode kualitatif naratif dan dukungan kajian literatur diharapkan mampu memberikan gambaran yang cermat dan mendalam terkait narasi tentang keharmonisan ayah dan anak di Alkitab, keberadaan anak di era digital, serta kiat ayah dalam mengharmoniskan hubungan dengan anaknya. Disimpulkan bahwa untuk mengharmoniskan hubungan dengan anaknya maka para ayah perlu memperkenalkan keharmonisan di tengah keluarganya, menjadikan keluarganya contoh keharmonisan tersebut, menjadikan hal ini kebiasaan yang membudaya di keluarga, serta sang ayah menjadi istrumen utama dalam mengajarkan maupun mencontohkan keharmonisan.
IMAN YANG BERTANGGUNG JAWAB: IMPLIKASINYA BAGI KEHIDUPAN UMAT PERCAYA vinus zai
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.89

Abstract

Iman (pi'stis) adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 11:1. Iman orang percaya merupakan karya Allah Roh kudus yang telah dianugerahkan Allah terhadap umat pilihannya yang harus dipertanggung jawabkan. Iman yang bertanggungjawab tidak berpusat kepada keingianan diri sendiri namun berpusat kepada Allah sang pemberi iman.Selain anugerah Allah yang dikerjakan oleh Roh kudus dalam diri orang percaya, iman yang bertanggung jawab merupakan kepastian keselamatan di dalam diri Yesus Kristus. Iman yang bertanggung jawab tidak hanya sebatas iman semata namun harus bertumbuh, berbuah dan berkualitas. Tentunya hal ini terwujud jikalau seseorang ada kesadaran diri kepada Allah dengan kepercayaan yang berdasar pada kebenaran mutlak sehingga mampu meyakini akan kuasa, kebijaksanaan, dan kebaikan-Nya. Kesadaran akan Allah akan dituntun secara sukarela menyerahkan diri sepenuhnya untuk dipimpin oleh Tuhan.

Page 1 of 1 | Total Record : 5