cover
Contact Name
Pandu Febriyanto
Contact Email
inovasiproses@akprind.ac.id
Phone
+6285642058253
Journal Mail Official
inovasiproses@akprind.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Inovasi Proses
ISSN : -     EISSN : 23386452     DOI : https://doi.org/10.34151/jip
Core Subject : Engineering,
Jurnal Inovasi Proses merupakan Jurnal Nasional Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016" : 7 Documents clear
PELAPISAN KITOSAN PADA BUAH STROBERI (FRAGARIA VESCA) SEBAGAI UPAYA MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia, buah stroberi merupakan salah satu hasil holtikultura yang mempunyai harga jual yang cukup tinggi. Pada umumnya buah stroberi dipasarkan pada suhu ruang, sehingga terjadi penurunan kualitas buah dalam penyimpanannya. Penurunan kualitas buah dapat dikarenakan oleh reaksi enzimatis, reaksi kimia, dan aktifitas mikroorganisme. Salah satu cara menghambat penurunan kualitas buah yaitu dilakukan pelapisan pada buah menggunakan kitosan yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur pada komoditi pangan yang tidak berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelapisan kitosan pada stroberi yang dilapisi kitosan pada konsentrasi kitosan dan lama pencelupan pelapisan tertentu terhadap umur simpan buah stroberi. Buah stroberi di peroleh dari buah segar yang dijual di pasaran, kemudian dilapisi dengan larutan kitosan yang mempunyai konsentrasi tertentu (0%, 0,5%, 1%, 1,5%, 2%), dan waktu pencelupan tertentu (5 menit, 10 menit, 15 menit). Larutan kitosan dibuat dengan melarutkan kitosan ke dalam larutan asam asetat 1%. Proses pelapisan dilakukan dengan cara pencelupan yang dilakukan dengan dua kali pencelupan, kemudian buah stroberi yang dilapisi kitosan dikeringkan dan disimpan. Buah yang sudah dilapisi kitosan dianalisa kecepatan pengeringan, susut bobot dan Total Plate Count (TPC) untuk mengetahui pengaruh pelapisan terhadap umur simpan buah stroberi. Dari hasil percobaan pelapisan buah stroberi menggunakan larutan kitosan, menunjukkan kondisi yang optimum dicapai pada pelapisan dengan konsentrasi 2% dan waktu pencelupan 15 menit menghasilkan kecepatan pengeringan yang paling rendah, susut bobot yang kecil (bobot awal 7,184 g, setelah 4 hari 6,271 g), dan serta ketahanan yang maksimal terhadap mikrobia hingga dapat bertahan dalam kurun waktu 4 hari dengan jumlah mikrobia 7,3×101 CFU/g.
PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN ALTERNATIF METIL ESTER DARI MINYAK JELANTAH PADA SINTESIS METIL ESTER SULFONAT (MES) SEBAGAI OIL WELL STIMULATION AGENT (OWSA)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan minyak jelantah guna penggorengan yang dilakukan berulang-ulang semakin dibatasi oleh Dinas Kesehatan karena memacu adanya bibit penyakit kanker dari minyak jelantah tersebut. Padahal di dalam minyak jelantah masih banyak terkandung senyawa trigliserida dan asam lemak bebas yang dapat dikonversikan menjadi metil ester. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, banyak penelitian yang telah mempelajari proses pemanfaatan minyak jelantah menjadi metil ester yang selanjutnya digunakan sebagai biodiesel. Namun yang terjadi saat ini, industri migas lebih membutuhkan metil ester sebagai Oil Well Stimulation Agent dalam proses recovery minyak bumi dengan mengubah metil ester menjadi metil ester sulfonat (MES). Penelitian ini dilakukan dengan memvariasi empat variabel yaitu variabel suhu proses sulfonasi 80oC, 90oC, 100oC, 110oC, dan 120oC, lama proses sulfonasi pada 4 jam, 4,5 jam, 5 jam, 5,5 jam, dan 6 jam, rasio mol (1,07 ;1,29 ; 1,50 ; 1,73 ; 1,95) dan kecepatan pengadukan (200 rpm, 300 rpm, 400 rpm, 500 rpm, 600 rpm). Metil ester yang dihasilkan dari minyak jelantah dicampur dengan natrium bisulfit sebagai bahan pensulfonasi yang dimasukkan kedalam labu leher tiga kemudian dipisahkan dengan vacuum filter lalu di lakukan proses pemurnian dan penetralan. Dari percobaan yang dilakukan tercapai kondisi terbaik pada suhu 100-110oC dengan lama reaksi sulfonasi 4-4,5 jam. Pada kondisi terbaik didapatkan nilai angka asam dan bilangan penyabunan berturut-turut sebesar 2,6215-3,4752 mg KOH/ 1 g MES dan 30-40 mg KOH/ 1 g MES. Sedangkan kualitas MES ditinjau dari parameter analisis tegangan antar muka (IFT) sebesar 15,32 mN/m dan 16,82 mN/m hasil ini sesuai dengan kualitas MES di pasaran. Kondisi terbaik pada rasio mol 1:1,5 dengan kecepatan pengadukan yang tinggi 600 rpm. Pada kondisi rasio mol terbaik didapatkan nilai angka asam dan bilangan penyabunan sebesar 2,884 mg KOH/ 1 g lemak MES dan 13-64 mg KOH/ 1 g lemak MES. Dan kondisi terbaik dari kecepatan pengadukan didapat nilai angka asam 2,8-3,6 mg KOH/ 1 g lemak dan 13-28 mg KOH/ 1 g lemak.
PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN JUMLAH RAGI TERHADAP PERSENTASE HASIL DALAM PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH TALOK (KERSEN) MENGGUNAKAN RAGI TAPE DAN RAGI ROTI (Saccharomyces cerevisiae)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol merupakan salah satu solusi untuk mengurangi eksploitasi energi fosil yang dihasilkan dari fermentasi biomassa.Pembuatan bioetanol dapat dilakukan terhadap tanaman berpati atau yang mengandung karbohidrat, glukosa dan selulosa, salah satunya adalah buah talok (kersen).Penggunaan buah talok dapat menambah ragam bahan dasar pembuatan bioetanol yang ekonomis dan mudah diperoleh. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bioetanol dari buah talok secara fermentasi menggunakan ragi tape dan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae). Penentuan kondisi fermentasi optimum meliputi jumlah ragi dan waktu fermentasi. Tahapan dalam proses pembuatan bioetanol meliputi preparasi bahan (pembuatan sampel dan starter), fermentasi dengan menggunakan ragi tape dan ragi roti (Saccharomyces cerevisiae), distilasi dan pengujian produk secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan menggunakan bahan baku buah talok dan air (perbandingan 2:1) sebanyak 95 mL dan penambahan NPK 0,03% dari gula dalam sampel, urea 0,08% dari gula dalam sampel, dan starter 10 mL diperoleh kondisi optimum pada waktu fermentasi selama 10 hari dengan penambahan ragi sebanyak 1,4 gram. Pada kondisi tersebut diperoleh persentase hasil sebesar 1,69% massa. Untuk bahan baku buah talok dan air (perbandingan 2:1) sebanyak 90 mL dan penambahan NPK 0,03% dari gula dalam sampel, urea 0,08% dari gula dalam sampel, dan starter 5ml diperoleh kondisi optimum fermentasi bioetanol dari buah talok menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae adalah 5 hari dan jumlah ragi sebanyak 0,4 gram. Pada kondisi tersebut diperoleh persentase hasil sebesar 2,5113% massa.
PENGAMBILAN PEKTIN DARI LIMBAH INDUSTRI RUMAHAN SARI BUAH (Variabel Berat Bahan dan Konsentrasi Pelarut)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pektin secara luas digunakan dalam pengolahan makanan khususnya untuk mengubah buah-buahan yang memiliki nilai yang rendah menjadi produk-produk berkualitas baik seperti selai, jelly, dan permen. Pektin juga memiliki banyak aplikasi dalam produk makanan dan obat-obatan sebagai agen pembentuk gel dan agen penstabil. Analisa pektin berupa kadar metoksil anatara 3-7% dan kadar poligalakturonat antara 30-90 %. Hasil limbah sari buah berbentuk potongan-potongan kecil pada kulit buahnya sedangkan ampas dari sari buah berbentuk seperti bubur. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan kulit dan ampas buah hasil dari limbah industri rumahan sari buah sebagai sumber pektin. Limbah sari buah diperoleh dari industri rumahan Q-ta jus buah kemudian dicuci dan dikeringkan dengan sinar matahari sampai kadar air bahan baku 88,476 %. Ada dua langkah kerja dalam penelitian ini. Langkah kerja pertama yaitu bahan kering ditimbang dengan berat yang bervariasi (30 g, 40 g, 50 g, 60 g, 70 g) dan diblender dengan air 500 mL kemudian dimasukkan ke labu leher tiga, ditambahkan pelarut H2SO4 98% (0,25 N, 0,05 N, 0,1 N, 0,15 N, 0,25 N). Ekstraksi dilakukan pada suhu 80oC dengan kecepatan pengadukan 300 rpm selama 90 menit. Hasilnya disaring dengan kertas saring diperoleh filtrat diendapkan dengan etanol 96% dengan perbandingan 1:1. Endapan disaring sehingga didapat pektin basah yang selanjutnya dikeringkan sampai berat konstan. Langkah kerja kedua yaitu bahan kering ditimbang dengan berat 50 gram dan diblender dengan air 500 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu leher tiga, ditambahakan pelarut H2SO4 98% (0,1N). Ekstraksi dilakukan pada suhu yang berubah (50, 60, 70, 80, 90)oC digunakan kecepatan pengadukan 300 rpm dan dengan waktu yang berubah (30, 60, 90, 120, 150) menit. Hasil ekstraksi disaring menggunakan kertas saring dan filtrat di endapkan dengan etanol 96% dengan perbandingan 1:1. Endapan disaring sehingga didapat pektin basah yang selanjutnya dikeringkan hingga berat konstan. Dari hasil percobaan pengambilan pektin dari limbah industri rumahan sari buah yang telah dilakukan diperoleh kondisi optimal pada variabel berat bahan 50 gram, konsentrasi pelarut 0,1 N, waktu ekstraksi 90 menit, dan suhu ekstraksi 80oC dengan persentase pektin sebesar 7,944%. Analisa hasil diperoleh kadar metoksil sebesar 5,931% dan kadar poligalakturonat sebesar 67,971%.
PEMBUATAN BIOETANOL DARI BONGGOL JAGUNG
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati, misalnya tebu, nira sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, jagung, jerami, dan kayu.Beberapa varietas unggul jangung dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri) (anonim1 , 2011). Dan sampai tahun 2010 produksi jagung skala nasional mencapai 80.000 ton. Proses pembuatan bioetanol dari bonggol jagung ini melalui 3 proses, yaitu hidrolisis dengan asam (H2SO4 0,5N), fermentasi dengan ragi roti (fermipan), dan distilasi pada suhu 100oC. Penelitian dilakukan dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pemanas,pengaduk, dan pendingin balik. Dengan menggunakan 40gram serbuk tongkol jagung, pada proses hidrolisis dengan volume H2SO4 0,5N 300mL,dan pengadukan 140rpm dengan variasi waktu hidrolisis (0,5 jam, 1 jam,1,5 jam, 2 jam, dan 2,5 jam) dan suhu (80oC, 90oC, 100oC, 110oC, dan 120oC). Lalu pada proses fermentasi, dilakukan penambahan ragi sebanyak 3 gram dan urea 0,1 gram. Dengan lama fermentasi 2 hari.Lalu didistilasi dengan suhu 100oC selama 2-3jam.Dalam penelitian ini juga mempelajari pengaruh penambahan ragi dan waktu fermentasi terhadap kadar etanol. Penambahan ragi (fermipan) 1–5 gram sedangkan waktu fermentasi 1-5 hari. Hasil analisis kadar etanol dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut, dengan waktu hidrolisis 0,5 jam dan suhu 100oC kadar etanol 0,056%. Dengan waktu hidrolisis 1 jam dan suhu 100oC kadar etanol 0,101%. Dengan waktu hidrolisis 1,5 jam dan suhu 100oC kadar etanol 0,18%. Dengan waktu hidrolisis 2 jam dan suhu 100oC kadar etanol 0,26%. Dengan waktu hidrolisis 2,5 jam dengan suhu 100oC kadar etanol 0,22%. Dengan waktu 2 jam dan suhu 80oC kadar etanol 0,83%. Dengan waktu 2 jam dan suhu 90oC kadar etanik 0,99%. Dengan waktu hidrolisis 2 jam dan suhu 100oC kadar etanol 1,01%. Dengan waktu hidrolisis 2 jam dan suhu 110oC kadar etanol 0,94%. Dengan waktu hidrolisis 2 jam dan suhu 120oC kadar etanol 0,9%.Berdasarkan hasil penelitian, kondisi optimal penambahan ragi diperoleh dengan kadar 0,43% yaitu pada penambahan ragi 3 gram sedangkan waktu fermentasi yang optimal dengan kadar etanol 0,66% dengan waktu fermentasi 3 hari
PEMBUATAN REGULAR PORTLAND SEMEN DARI CAMPURAN ABU VULKANIK GUNUNG MERAPI DAN BATUAN KAPUR (DARI JUWANGI DAN GUNUNG KIDUL)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semen Portland merupakan bahan yang umum dipakai dalam pekerjaan konstruksi, proses pembuatannya antara lain dengan mencampurkan bahan – bahan yang bersifat silika, kapur dan beberapa bahan lain seperti clay, abu, dan pasir besi ke dalam sebuah kiln atau tungku pemanas pada suatu suhu tertentu sampai terbentuk bahan yang apabila dicampur dengan air dapat mengeras. Komposisi bahan utama yang umum digunakan dalam pembuatan semen portland adalah batu kapur, abu, dan clay. Dalam penelitian ini hendak dicari seberapa jauh pemanfaatan batu kapur yang berasal dari Kecamatan Juwangi dan Gunung Kidul dengan dipadukan abu vulkanik Gunung Merapi untuk menghasilkan semen portland seperti yang umum ada di pasaran. Abu vulkanik Gunung Merapi sebagaimana umum diketahui memiliki kandungan SiO2 yang cukup tinggi yaitu 50-55% b/b, sehingga layak untuk diteliti lebih jauh tentang pemanfaatannya dalam pembuatan Semen Portland. Penelitian ini diawali dengan melakukan analisa kimia dari bahan baku yang digunakan yaitu, batu kapur, abu vulkanik Gunung Merapi, clay, dan pasir besi. Semen yang dihasilkan kemudian dianalisa secara kimia dan fisika untuk kemudian dibandingkan dengan hasil analisis kimia maupun fisika dari semen yang umum ada di pasaran. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa produk semen yang dihasilkan belum dapat memenuhi standar semen yang ada di pasaran baik dari hasil analisis kimia, fisika, maupun aplikasinya di lapangan.
Pengambilan Zat Warna Antosianindari Ekstraksi Kulit Buah Rambutan (Niphelium Lappaceum L) sebagai Pewarna Alami Makanan Pengganti Pewarna Sintetis (Variabel Suhu Ekstraksi dan Waktu Ekstraksi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman rambutan merupakan tanaman lokal yang banyak ditemukan di Indonesia. Selain memiliki tampilan buah yang menarik, kulit buah rambutan mengandung senyawa antosianin sebagai pigmen yang membuat warna kulitnya merah tua. Pada saat ini penggunaan zat pewarna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pengolahan pangan, khususnya jenis pewarna sintetis, maka dari itu diperlukan pewarna alami pengganti pewarna sintetis.Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti pewarna sintetis adalah kulit buah rambutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan zat warna antosianin dari kulit buah rambutan dan jumlah antosianin yang terekstrak. Penelitian ini dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol dengan suhu ekstraksi yang divariasikan (50°C, 55°C, 60°C, 65°C dan 70°C) dan waktu ekstraksi yang divariasikan (120 menit, 135 menit, 150 menit, 165 menit, dan 180 menit) pada bahan baku kulit buah rambutan 25 gram dengan volume pelarut 156,3 mL dan kecepatan pengadukan 300 putaran/menit. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang paling baik yaitu dengan kondisi operasi suhu ekstraksi 55°C dan waktu ekstraksi 180 menit dengan jumlah antosianin terekstrak sebesar 19,39 mg. Diharapkan dari hasil penelitian ini zat warna antosianin dari kulit buah rambutan dapat dimanfaatkan sebagi pewarna alami pengganti pewarna sintetis.

Page 1 of 1 | Total Record : 7