cover
Contact Name
Pandu Febriyanto
Contact Email
inovasiproses@akprind.ac.id
Phone
+6285642058253
Journal Mail Official
inovasiproses@akprind.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Inovasi Proses
ISSN : -     EISSN : 23386452     DOI : https://doi.org/10.34151/jip
Core Subject : Engineering,
Jurnal Inovasi Proses merupakan Jurnal Nasional Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016" : 7 Documents clear
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN, PENAMBAHAN SODA KUE, SUHU PEREBUSAN, DAN WAKTU PEREBUSAN PADA PEMBUATAN SUSU BIJI KECIPIR
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pembuatan susu nabati dari biji kecipir sama dengan proses pembuatan susu kedelai. Biji kecipir yang sudah dibersihkan direndam menggunakan air panas dan digiling menggunakan blender. Hasil dari penggilingan diperas menggunakan kain dan direbus. Pada tahap akhir bakal susu disterilisasi agar terhindar dari kuman. Dari hasil analisa protein diperoleh kadar protein tertinggi pada variabel waktu perendaman 13 jam sebesar 3,254% dan pada variabel penambahan soda kue 3,2 gram sebesar 2,90%. Sedangkan pada variabel suhu perebusan 100oC sebesar 6,24% dan waktu perebusan 50 menit sebesar 2,62%. Pembuatan susu nabati dengan bahan baku biji kecipir pada variabel waktu perendaman 14 jam diperoleh viskositas sebesar 0,01987 cm/gr.det dan pada penambahan soda kue 3,4 gram sebesar 0,01159 cm/gr.det. Sedangkan pada suhu perebusan 100oC diperoleh viskositas sebesar 0,01394 cm/gr.det dan pada waktu perebusan 50 menit sebesar 0,01478 cm/gr.det.
PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT NANAS
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol merupakan salah satu solusi untuk mengurangi eksploitasi energi fosil yang dihasilkan dari fermentasi biomassa. Pembuatan bioetanol dapat dilakukan terhadap tanaman berpati atau yang mengandung karbohidrat, glukosa dan selulosa. Salah satunya adalah kulit nanas. Penggunaan kulit nanas dapat menambah ragam bahan dasar pembuatan bioetanol yang ekonomis dan mudah diperoleh. Kulit nanas yang diperoleh diperkecil ukurannya kemudian dibersihkan. Kulit nanas dengan perbandingan berat divariasikan (1:1 gram/L, 1:2 gram/L, 1:3 gram/L, 1:4 gram/L, 1:5 gram/L), kemudian dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang ditambahkan 100 ml katalis H2SO4. Hidrolisis dilakukan pada suhu yang divarisikan (80°C, 90°C, 100°C, 110°C,120°C) dengan waktu 90 menit. Selanjutnya hidrolisat didetoksifikasi dengan Ca(OH)2 dan difermentasi dengan proses anaerob. Fermentasi dilakukan pada suhu ruang dalam waktu 3 hari. Hasil fermentasi disaring dan filtrat didistilasi pada suhu ±100°C sampai distilat tidak menetes lagi. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kondisi optimal pada variabel suhu hidrolisa 100 oC dengan kadar glukosa 2,414% dan kadar etanol 0,312% dan perbandingan bahan 1:2 gram/L dengan kadar glukosa 2,44% dan kadar etanol 0,989%.
EVALUASI TRANSFER MASSA PERISTIWA PELEPASAN OBAT DARI EDIBLE FILM PEKTIN DENGAN PLASTICIZER GLISEROL SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN OBAT
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pektin merupakan senyawa polisakarida dengan berat molekul tinggi yang banyak terdapat pada tumbuhan. Limbah kulit buah jeruk yang mengandung pektin berpotensi besar sebagai bahan dasar pembuatan edible film untuk pelapis bahan pangan dan media sistem penghantaran obat (SPO). Sediaan obat dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai karakteristik melepaskan obat dengan waktu dan lokasi yang tepat. Keuntungan sistem penghantaran obat yaitu dapat mengurangi frekuensi pemberian obat, mengurangi jumlah total obat yang dibutuhkan untuk mendapatkan respon terapeutik yang diinginkan, dan mengurangi efek sampingnya. Penelitian ini menggunakan contoh obat asam salisilat. Untuk mengontrol kualitas pelepasan obat pada edible film pektin, plasticizer gliserol umumnya ditambahkan pada pektin selama pembuatan film. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh gliserol terhadap sifat mekanik dan transfer massa pelepasan obat dari edible film. Tahapan proses penelitian meliputi : (1) pembuatan edible film dengan konsentrasi gliserol (0; 5; 10; dan 15% v gliserol / v larutan), (2) pemasukan obat, (3) pelepasan obat dari film. Karakteristik fisik edible film yang diukur seperti ketebalan, kuat tarik, persen pemanjangan, dan swelling. Performa pelepasan obat dari edible film dianalisis menggunakan larutan buffer (pH 7,4) dan diukur konsentrasi pelepasan obat dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil edible film yang terbentuk memiliki ketebalan antara 0,061-0,125 mm. Penambahan gliserol mempengaruhi karakteristik mekanik dari edible film. Saat gliserol ditambahkan secara meningkat, nilai kuat tarik film menjadi menurun, nilai persen pemanjangan film meningkat, dan nilai swelling meningkat. Penambahan gliserol dapat meningkatkan nilai efisiensi pemasukan obat. Efisiensi pemasukan obat tertinggi adalah 78,86 % pada konsentrasi gliserol 15%. Kecepatan pelepasan obat mengalami peningkatan dengan penambahan konsentrasi gliserol, yang ditunjukkan melalui kenaikan konsentrasi obat yang terlepas ke cairan dengan interval waktu cepat. Nilai persentase obat dalam film yang dapat release ke cairan rata-rata sebesar 95,30%.
PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang putih yang mempunyai nama ilmiah Allium sativum L.selama ini banyak digunakan sebagai penyedap masakan dan mulai merambah pada bidang kesehatan, namun daya simpan bawang putih tidak lama, karena semakin lama disimpan maka umbinya menjadi layu dan dapat mengalami pembusukan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengawetkan bawang putih dalam bentuk tepung dengan pengeringan, yang memiliki keunggulan dapat disimpan lebih lama dan praktis. Sebelum proses pengeringan dilakukan, mula-mula bawang putih dipotong dengan variasi bentuk, melintang dan membujur. Pengeringan dilakukan dengan rangkaian alat pengeringan, yang berupa oven pengering dengan bantuan aliran udara pada suhu proses tertentu (40oC, 50oC, 60oC, 70oC dan 80oC).Pengeringan dilakukan sampai bahan mencapai nilai tertentu dan konstan. Dari seluruh kegiatan penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin besar kecepatan pengeringan dan waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan semakin sedikit. Hasil yang terbaik diambil berdasarkan kualitas produk yang mengacu pada warna, waktu proses pengeringan dan kecepatan pengeringan. Maka diperoleh kondisi operasi terbaik pada suhu 70oC dengan bentuk melintang. Pada suhu 70oC, warna produk kuning pucat dengan kadar pati 35,44% (dasar kering), dengan waktu pengeringan yang diperlukan selama 252 menit dan memiliki periode kecepatan pengeringan tinggi yang cukup lama.
PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK KUBIS (BRASSICA OLERACEA) MENJADI PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN CARA FERMENTASI (Variabel Rasio Bahan Baku dan Lama Waktu Fermentasi)
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pupuk cair organik merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik. Bahan baku berasal dari bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti buah-buahan dan sisa sayuran misalnya wortel, labu, sawi, selada,kubis dan kulit jeruk. Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik dapat digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan. Limbah organik kubis sebanyak 1500 gram dilakukan proses penyaringan kemudian diambil filtratnya yakni sebanyak 750 mL. Filtrat yang dihasilkan akan difermentasi dengan variasi rasio bahan baku (limbah kubis:EM4) dan variasi lama waktu fermentasi. Hasil fermentasi yang merupakan pupuk cair organik dilakukan analisis hasil yakni analisis kadar Nitrogen dengan metode Kjeldahl, kadar Fosfor sebagai P2O5 dianalisis dengan metode Vanadat-Molibdat dan analisis kadar Kalium sebagai K2O serta analisis kadar C-organik dengan menggunakan metode Walkley & Black. Pada penelitian ini diperoleh kondisi optimum yang dicapai pada lama waktu fermentasi 25 hari dengan rasio bahan baku 2:1. Dengan menggunakan kondisi proses tersebut, diperoleh persentase hasil kadar Nitrogen sebesar 1,5935%; kadar Fosfor sebagai P2O5 sebesar 0,08556%; kadar Kalium sebagai K2O sebesar 0,08840% dan C-organik sebesar 1,4480%.
RE-EKSTRAKSI ASPAL BUTON KABUNGKA DENGAN MENGGUNAKAN SOLVEN KONDENSAT BENSIN
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aspal adalah suatu material yang berwarna coklat tua hingga hitam, berbentuk padat atau semi padat yang terdiri atas bitumen-bitumen yang terdapat di alam atau dapat diperoleh juga melalui residu minyak bumi (Kirk dan Othmer, 1995).Aspal alam yang sangat melimpah di Indonesia menjadi tolok ukur dalam penelitian ini dikarenakan sebagian besar aspal yang digunakan sebagai pelapis jalan adalah aspal yang diperoleh dari residu minyak bumi (aspal minyak) yang tergolong mahal dan masih kita impor hingga sekarang.Di dalam penelitian ini pembuatan aspal dilakukan menggunakan metode ekstraksi dengan menggunakan hasil distilasi dari bahan bakar minyak (premium RON 88) atau disebut dengan kondensat bensin sebagai solven. Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal yang didapat dari bitumen-bitumen aspal yang diekstraksi terlebih dahulu. Dalam penelitian re-ekstraksi untuk aspal pengujian nilai penetrasi digunakan aspal hasil ekstraksi dari bitumen sebanyak 3 kg dan kondensat bensin sebanyak 6 liter, sedangkan untuk penelitian aspal re-ekstraksi dengan variasi jumlah solven digunakan aspal hasil ekstraksi bitumen seragam sebanyak 25 gram dan variasi jumlah solven beragam mulai dari 50 mL, 75 mL, 100 mL dan 125 mL. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lamanya waktu pemanasan aspal hasil re-ekstraksi dari aspal hasil ekstraksi bitumen sehingga didapat aspal re-ekstraksi untuk pengujian nilai penetrasi nol sesuai dengan syarat Direktorat Jenderal Bina Marga dan dapat mengetahui hasil dari penelitian re-ekstraksi dengan berbagai solven, perbandingan jumlah solven dan aspal hasil ekstraksi bitumen untuk mendapatkan hasil aspal re-ekstraksi yang maksimal . Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, untuk percobaan aspal re-ekstraksi dengan variasi jumlah solven didapat, semakin banyak solven yang ditambahkan akan semakin banyak pula hasil recovery aspal yang didapat. Dan untuk percobaan re-ekstraksi aspal untuk tes uji penetrasi didapat, semakin lama waktu yang diperlukan untuk memanaskan aspal maka akan didapat nilai penetrasi sebesar nol. Pemanasan dengan suhu 240oC yang dilakukan di dalam penelitian bertujuan untuk menghilangkan solven yang masih tersisa di dalam campuran aspal dan solven, sehingga didapat hasil aspal re-ekstraksi untuk pengujian aspal nilai penetrasi nol dan aspal re-ekstraksi variasi jumlah solven.
PELAPISAN KITOSAN PADA BUAH TOMAT (Solanum Lycopersicum syn. Lycopersicum Esculentum) SEBAGAI UPAYA MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN
Jurnal Inovasi Proses Vol. 1 No. 2 (2016): September 2016
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) yaitu merupakan tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Buah dan sayuran umumnya tidak bisa bertahan lama disimpan, begitupun dengan tomat yang rentan akan kerusakan dan masalah lain yang sering timbul pada tomat. Untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kesegaran produk buah – buahan dapat digunakan selaput pelindung (coating) pada kulit buah. Penelitian ini dilakukan dengan cara tomat segar dilapisi kitosan yang telah dilarutkan dalam asam asetat 1% dengan berbagai variasi konsentrasi kitosan 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% serta dengan variasi waktu pencelupan 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Hasil dari percobaan ini dianalisa dengan laju pengeringan, susut bobot dan total plate count (TPC). Pada percobaan ini diperoleh hasil berdasarkan perlakuan pelapisan kitosan variasi konsentrasi pencelupan pada konsentrasi 2% dan variasi waktu pencelupan pada waktu 15 menit. Data diperoleh dengan analisa susut bobot, laju pengeringan dan total plate count (TPC).

Page 1 of 1 | Total Record : 7