cover
Contact Name
I Putu Udiyana Wasista
Contact Email
udiyanawasista@isi-dps.ac.id
Phone
+628179704492
Journal Mail Official
damar@isi-dps.ac.id
Editorial Address
Program Studi Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali 80235
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Damar Pedalangan
ISSN : -     EISSN : 27982823     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Damar adalah media publikasi artikel ilmiah dalam bidang ilmu teater tradisional seni pedalangan dan pewayangan. Sebagai akronim DAlang-MAya-Rahasia, DAMAR dalam pagelaran wayang adalah api energinya, bayu, urip, electron-proton-neutron, Agni(api)-Gangga(air)-Maruta (angin) (Agama) seperti matahari sumber pengetahuan dan kehidupan. Formulasi Dharma Pewayangan “Panunggalaning wayang ring jnana ening” [Pengetahuan murni ditemukan dalam wayang] adalah doktrin rahasia, situs interelasi kehidupan fisik dengan metafisik. Selain mengakomodasi seni rupa, desain dan seni pertunjukan, Damar Seni pedalangan dan pewayangan mengandung seni cipta konseptual, seni ripta /sanggit/ kawi dalang, dan seni widya/filsafat.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 1 (2022): April" : 7 Documents clear
Pakeliran Inovatif “Satya Hredaya” (Kesetiaan Dewi Sawitri Mengubah Takdir) Kadek Candy Cintya Dewi; Ni Komang Sekar Marhaeni
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 1 (2022): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewi Sawitri adalah seorang perempuan yang memiliki kesetiaan abadi terhadap suaminya, mampu mengalahkan waktu kematian sehingga suaminya dapat hidup kembali. Mengambil cerita Dewi Sawitri yang menonjolkan karakter tokoh seorang perempuan, mengingat penggarap sendiri juga seorang perempuan dapat memudahkan untuk mengekspresikan cerita yang mengisahkan kesetiaan Dewi Sawitri. Cerita ini bersumber dari kitab Mahabharata dikarang oleh Bhagawan Byasa yang terdiri dari delapan belas parwa disebut Astadasaparwa. Salah satu cerita yang terdapat dalam Wana Parwa adalah kisah Dewi Sawitri yang bertemakan Kesetiaan. Kisah Dewi Sawitri yang memberikan inspirasi kepada penggarap untuk mengangkat cerita ini ke dalam sebuah pertunjukan pakeliran inovatif. Inovatif artinya melakukan sebuah inovasi dengan menambahkan ide-ide baru yang belum pernah ada. Pada hakekatnya gagasan membuat pakeliran inovatif ini bertujuan untuk membuat sebuah kreatifitas baru yang dituangkan dalam pertunjukan wayang kulit Bali melalui sebuah proses kreatif yang berkelanjutan. Pada garapan pakeliran ini penggarap memakai kelir layar lebar dengan berukuran panjang 5 meter dan lebar 4 meter serta pemakaian scenery untuk pencahayaan yang dioprasikan melalui laptop. Scenery yang penggarap buat sebelumnya belum pernah digunakan dalam garapan pakeliran. Dalam garapan ini, penggarap menggunakan gamelan selonding sebagai pengiring garapan yang dikombinasikan dengan gamelan batel. Menciptakan sebuah karya seni tentu memerlukan proses dan metode penciptaan yang panjang. Dalam pembuatan garapan ini, ada 3 tahapan yang penggarap gunakan yaitu: Penjajagan (eksplorasi), Percobaan (improvisasi) dan Pembentukan (forming) meskipuan dalam pembuatan garapan penggarap tidak memakai tahapan secara berurutan. Penggarap mempunyai harapan dengan menonton kisah Dewi Sawitri ini mampu menginspirasi masyarakat umum bagaimana pentingnya kesetiaaan dalam sebuah hubungan.
Pakeliran Inovatif “Sungsang Budi”
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 1 (2022): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Garapan Pakeliran Inovatif yang berjudul Sungsang Budi mengisahkan tentang perjalanan Anggada ke Alengka Pura, dengan mengusung tema keteguhan hati. Kisah Anggada menginspirasi penggarap untuk mengangkat cerita ini kedalam pakeliran inovatif. Inovatif memiliki arti inovasi atau ide-ide baru yang belum pernah ada. Pada garapan Sungsang Budi ini ada beberapa hal yang memiliki makna inovasi di antaranya; memakai kelir, layar putih dengan panjang 4 meter x 1,5 meter dengan menggunakan pencahayaan lampu dan scenery sebagai pendukungnya. Penggunaan scenery yang disajikan oleh penggarap dalam garapan ini belum pernah digunakan dimanapun termasuk dalam garapan pakeliran. Gerapan ini menggunakan iringan gamelan Semara Pagulingan, dalam menciptakan sebuah karya seni tentunya memerlukan proses atau metode penciptaan yang panjang, dalam garapan ini penggarap melewati tiga tahapan yaitu eksploration, improvitation, forming. Penggarap berharap dengan mengangkat kisah perjalanan Anggada ini mampu menginspirasi masyarakat umum menerapkan bagaimana pentingnya nilai moral, cinta, taat, kesetiaan, dan keteguhan hati.
Transformasi Kakawin Bharata Yuddha ke Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Parwa Lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja I Putu Gede Budhi Danaswara; Ni Diah Purnamawati
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 1 (2022): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengangkat dua pokok masalah yaitu : 1) Bagaimana transformasi kakawin Bharata Yuddha ke dalam pertunjukan wayang kulit parwa lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja ? 2) Bagaimana sanggit atau kawi dalang dalam pertunjukan wayang kulit parwa lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja ? Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan dua teori yaitu teori triadic interplay (trisandi) dan teori kawi dalang. Metode-metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Seluruh data diolah menggunakan teknik deskriptif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: 1) Transformasi sastra Kakawin Bharata Yuddha menjadi bentuk (genre/form), 2) Transformasi sastra Kakawin Bharata Yuddha menjadi cerita atau story, alur atau plot, tema atau theme, pesan sosial atau amanat dan wacana atau speech. 3) Transformasi sastra Kakawin Bharata Yuddha menjadi karakter (character). Kemudian Sanggit atau kawi dalang dalam pertunjukan wayang kulit parwa lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja yaitu : -Wimbaayana ; -Kridabasita ; -Gurnitamanta; -Natya Sancaya; -Sarasuksma; -Loka Prabha Rasmi ; -Jadmamurti ; -Lokika Sanggraha ; -Adikara.
Pakeliran Layar Lebar “I Renggan” Komang Triana Sparsa Lingga Krisna; I Gusti Putu Sudarta
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 1 (2022): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

I Renggan adalah seorang tokoh yang gemar bertapa, dan juga merupakan cucu dari Dukuh Jumpungan, semua kesaktian yang dimiliki kakeknya telah diwarisi oleh I Renggan, cerita ini bersumber dari cerita Babad Nusa Penida, di dalam cerita ini mengisahkan I Renggan dengan kapal milik kakeknya I Dukuh Jumpungan akan segera menabrak pulau Bali dan menerjang gunung Agung, Karena disebabkan ulah dari dewa Putranjaya yang sebelumnya telah merobohkan setengah dari Puncak Gunung Mundhi yang berada di Nusa Penida, dengan alasan gunung puncak Mundhi tidak boleh menyamai tinggi dari gunung Agung, segeralah I Renggan beserta anak buahnya berjumlah 1.500 orang menyiapkan kapal untuk berangkat menyerang Bali. Pada saat di tengah perjalanan penyerangan yang dilakukan oleh I Renggan banyak menghadapi rintangan yang disiasati oleh dewa Putranjaya, namun rintangan tersebut mampu dilewati oleh I Renggan, tetapi pada akhirnya I Renggan gagal karena bantuan dari dewa Baruna yang menciptakan Gurita Raksasa untuk mengalahkan I Renggan. Tema yang di angkat dalam cerita ini yaitu Rwa Bhineda, konsep keseimbangan dan keselarasan. Konsep dari karya ini menggunakan konsep pakeliran layar lebar yang berukuran panjang 5 Meter dan lebar 4 meter, ditambah dukungan pencahayaan lampu proyektor sebagai pencahayaan bayangan pada wayang, dan scenery sebagai dukungan pemberi latar tempat pada suasana adegan lakon, sedangkan pada iringan garapan ini menggunakan musik midi Studio Fl, jenis gamelan yang digunakan yaitu gamelan semarandhana. Pada proses garapan ini ada 3 tahapan yang digunakan untuk mempermudah dalam mewujudkan karya ini yaitu, tahap penjajagan (Explorasi), percobaan (Imvrofisasi), dan pembentukan (Forming), dengan tahapan-tahapan tersebut membantu penggarap dalam proses berkarya.
Karya Seni Pakeliran Inovatif “Pencok Saang” Anak Agung Gede Mayun Darmika; I Gusti Ngurah Gumana Putra
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 1 (2022): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali memiliki berbagai jenis kesenian pewayangan yang dibedakan dari cerita yang dibawakan dan reportoar yang ditampilkan, antara lain: Wayang Parwa, Wayang Ramayana, Wayang Arja, Wayang Calonarang, Wayang Gambuh, Wayang Tantri, Wayang Babad, dll. Wayang Babad dirasa merupakan wayang yang paling mewakili pencarian jati diri karena cerita yang dibawakan adalah sejarah, legenda, maupun mitos dari leluhur-leluhur orang Bali sehingga sejalan dengan diri penggarap yang merupakan orang Bali. Salah satu cerita Wayang Babad adalah cerita kemenangan Arya Jelantik melawan Ida Dalem Dukut. Mengingat cerita tersebut berlatar tempat di Klungkung (tempat kelahiran penggarap) sehingga muncul keinginan untuk menuangkannya dalam suatu garapan sebuah pertunjukan karya seni Pedalangan dengan berisikan kisah Arya Jelantik yang dipilih sebagai duta Gelgel. Sesampainya di sana, secara mengejutkan Arya Jelantik disambut hangat oleh Dalem Dukut, namun Arya Jelantik tetap ingat dengan tugasnya menghabisi Dalem Dukut sehingga Arya Jelantik langsung menantang Dalem Dukut. Pertempuran terjadi dan Arya Jelantik kewalahan, beruntung istri Arya Jelantik yang bernama Gusti Ayu Kaler memberikan sebuah senjata kecil bernama Pecok Saang yang mampu mengalahkan Dalem Dukut. Garapan ini adalah pakeliran inovatif layar tunggal dengan memanfaatkan iptek masa kini melalui penggantian fungsi blencong sebagai penerangan dengan memakai proyektor.
Garapan Inovatif “Prabu Kalianget” Nyoman Wirahadi Budiawan; I Made Marajaya
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 1 (2022): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pewayangan di era globalisasi memerlukan suatu terobosan baru agar generasi muda tartarik untuk menyaksikan pertunjukan wayang. Untuk mengkemas pertunjukan wayang agar lebih menarik dan kreatif, ada keinginan penggarap untuk menggabungkan wayang tradisi dengan sebuah teknologi digital yaitu animasi. Dengan mengambil gambar wayang yang digunakan dalam pertunjukan, selanjutnya menciptakan gerak dengan menggunakan aplikasi animasi maka terciptalah wayang animasi. Garapan ini bertujuan agar anak-anak maupun di kalangan remaja lebih antusias di dalam menonton, mempelajari dan mencintai seni pewayangan sejak dini. Ide garapan ini muncul ketika penggarap menonton film wayang yang berjudul “Kita Wayang Kita”, tontonan ini sangat menarik karena disajikan dengan konsep yang matang dan memadukan teater, wayang dan animasi. Cerita atau lakon “Prabu Kalianget” dipilih karena merupakan cerita yang bertemakan kepahlawanan dan pengorbanan, cerita ini menarik untuk dituangkan atau direalisasikan ke dalam bentuk pertunjukan seni pewayangan, yaitu dengan menggunakan konsep wayang kulit animasi, yang dikemas sedemikian rupa khususnya dalam penataan adegan pada layar dan musik pengiring. Metode penciptaan yang digunakan meminjam dari teori Alma M. Hawkins yang dimulai dari tahapan ekploration, improvisasi, dan forming. Garapan wayang animasi ini sangat disukai oleh anak-anak, remaja, dan di kalangan orang dewasa. Pemilihan cerita sangat mempengaruhi sebuah pertunjukan, karena apabila cerita yang dibawakan tanpa konflik maka pertunjukan tidak akan menarik untuk ditonton. Secara harfiah “Prabu” berarti Raja dan “Kali” berarti Dewi Durga yang melambangkan kegelapan atau kehancuran, sedangkan “Anget” berarti keadaan gembira, senang, dan sukacita. Dengan demikian makna dari Prabu Kalianget adalah seorang raja yang iklas akan kehancuran demi kesejahtraan rakyatnya.
Teater Pakeliran “Wayang Nutur Pupu Tikel” I Gusti Made Agus Adi Sedayatana; Dru Hendro
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 1 (2022): April
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program Pembelajaran Matakuliah Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang berlangsung dalam jangka waktu dua semester di luar Prodi dan di luar Perguruan Tinggi diselenggarakan dengan kerjasama mitra Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) yang memiliki relevansi, reputasi, dan dedikasi dalam memajukan pendidikan tinggi bidang seni, desain, industri kreatif dan kebudayaan. Sebagai salah satu bentuk persyaratan kelulusan sekaligus penerapan program MBKM yang telah ditetapkan di Institut Seni Indonesia Denpasar maka dilaksanakan sebuah project studi independent yang mewajibkan mahasiswa untuk melaksanakan sebuah project independent dengan luaran sebuah penciptaan karya bersama mitra kerja sebagai salah satu bentuk pengerjaan tugas akhir untuk persyaratan kelulusan Sarjana S1 Program Studi Pedalangan. Teater Pakeliran Wayang dengan judul Nutur Pupu Tikel melakukan salah satu garapan inovatif wayang pakeliran dengan adanya kolaborasi unsur teater di dalamnya. Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai bentuk karya dari Pakeliran wayang Satwa berjudul Pupu Tikel dan juga mengenai metode pelaksanaan karya yang Pakeliran wayang Satwa berjudul Pupu Tikel. Garapan teater pakeliran wayang nutur yang berjudul Pupu Tikel ini adalah garapan karya seni yang menceritakan pertempuran antara dua kesatria yang gagah serta sama-sama ahli dalam pertarungan gada yaitu Duryodana dan Bima. Garapan yang dikemas dengan percampuran seni wayang tradisional dan juga teater modern.

Page 1 of 1 | Total Record : 7