cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Rekayasa Teknik Sipil
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 17 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2020)" : 17 Documents clear
PENERAPAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL SEBAGAI PENGENDALIAN MUTU BATA RINGAN WIDYA PUTRI, TRISNA; SURYANTO HS, MAS
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bata ringan adalah beton ringan jenis autoclaved aerated concrete (AAC) yang berbentuk block. Selain berfungsi sebagai penutup dinding, ukuran yang lebih besar dan berat yang lebih ringan dari bata pada umumnya menjadikan bata ringan lebih diminati oleh para konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk memahami permasalahan mutu yang sering terjadi pada produk bata ringan dengan ketebalan 10 cm, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan atau kecacatan pada produk bata ringan, dan untuk memahami bagaimana pemecahan masalah mutu yang dihadapi perusahaan untuk memproduksi bata ringan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini diawali dengan mengambil 100 data sekunder. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi data menggunakan check sheet, diagram pareto, histogram, dan peta kendali. Dalam mencari penyebab cacat mutu bata ringan menggunakan diagram sebab-akaibat melalui metode brainstorming dengan bantuan pihak Quality Assurance, dan untuk mencari faktor yang berpengaruh menggunakan diagram pencar. Selanjutnya yaitu menerapkan langkah perbaikan dengan mengumpulkan 100 data primer, lalu menganalisa data menggunakan Check Sheet, Diagram Pareto, Diagram Pencar, Standarisasi SOP, (Flow Chart), dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gompal dan retak merupakan permasalahan mutu tertinggi pada bata ringan dengan prosentase sebesar 1,7%. Penyebab dari gompal dan retak ini adalah standar setting time saat produksi bata ringan yang berbeda-beda. Sehingga langkah perbaikan yang diambil adalah menetapkan standar waktu setting time menjadi 3 jam 35 menit. Setelah menerapkan langkah perbaikan angka kecacatan gompal dan retak mengalami penurunan sebesar 45,84%, yang awalnya memiliki prosentase 1,7% kemudian turun menjadi 0,78%. Kata Kunci: Masalah Mutu, Bata Ringan, Statistical Process Control
PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR BAUT SAMBUNGAN PADA KUAT LENTUR BALOK BAMBU PETUNG LAMINASI ARI SUMANTRI, WIRA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Baut merupakan salah satu alat pengekang yang digunakan untuk menyusun sambungan kayu. Sambungan dapat dikategorikan bagian yang sangat lemah sehingga seringkali terjadi kegagalan atau mengalami kerusakan struktur yang disebabkan kegagalan sambungan. Kegagalan sambungan terjadi akibat adanya rusak atau pecahnya kayu dan terjadi pembengkokan pada baut serta lendutan yang sudah melewati nilai toleransi. Berdasarkan PKKI 1961 jarak minimum antar baut pada satu baris adalah 4D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak antar baut pada kuat lentur balok bambu petung laminasi serta kekakuan batang yang dihasilkan pada setiap variasi jarak antar baut. Metode penelitian ini menggunakan metode uji lentur two point loading. Variasi jarak antar baut sambungan balok bambu petung laminasi yang digunakan yaitu 60 mm, 80 mm, 100 mm. Hasil penelitian menunjukkan variasi jarak antar baut mempengaruhi beban maksimum yang dihasilkan, semakin panjang jarak antar baut semakin besar beban maksimum yang dihasilkan. Ditinjau dari kuat lentur dan nilai kekakuan pada lendutan izin ,maka variasi jarak antar baut 100 mm menghasiilkan nilai kekakuan terbear yakni 533,31 N/mm serta kuat lentur terbesar yakni 21,63 MPa. Dengan demikian semakin besar nilai kekakuan akan semakin besar kuat lentur yang dihasilkan balok bambu laminasi. Kata kunci: Bambu laminasi, kekakuan, kuat lentur Abstract Bolt is one of the restraints used to arrange wood joints. Connection can be categorized as very weak parts so that that connection failures often occur. Connection failures occurs due to damage or broken wood and behind of the bolt and deflection has passed the tolerance value. Based on PKKI 1961 the minimum distance between volts on the line is 4D. This study aim at determine the effect of variations in the distance between bolts on the flexural strength of petung bamboo laminated beams and the stiffness of the rod produced at each variation in distance between bolts. This research method uses two point loading flexural test method. The variations in the distance between the bolts of connection between petung bamboo beams used are 60 mm, 80 mm and 100 mm. The results showed that variations in the distance between bolts affected the maximum load produced, the longer the distance between bolts the greater the maximum load produced. Judging from the flexural strength and stiffness value, the variation of the distance between the 100 mm bolts produces a higher stiffness value of 533,31 N/mm and the largest flexural strength of 21,63 MPa. Thus the greater the stiffness value, the greater the flexural strength produced by laminated bamboo beams. Keywords: Bamboo laminate, flexural strength, stiffness
PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR BAUT SAMBUNGAN PADA KUAT LENTUR BALOK BAMBU PETUNG LAMINASI ARI SUMANTRI, WIRA
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Baut merupakan salah satu alat pengekang yang digunakan untuk menyusun sambungan kayu. Sambungan dapat dikategorikan bagian yang sangat lemah sehingga seringkali terjadi kegagalan atau mengalami kerusakan struktur yang disebabkan kegagalan sambungan. Kegagalan sambungan terjadi akibat adanya rusak atau pecahnya kayu dan terjadi pembengkokan pada baut serta lendutan yang sudah melewati nilai toleransi. Berdasarkan PKKI 1961 jarak minimum antar baut pada satu baris adalah 4D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jarak antar baut pada kuat lentur balok bambu petung laminasi serta kekakuan batang yang dihasilkan pada setiap variasi jarak antar baut. Metode penelitian ini menggunakan metode uji lentur two point loading. Variasi jarak antar baut sambungan balok bambu petung laminasi yang digunakan yaitu 60 mm, 80 mm, 100 mm. Hasil penelitian menunjukkan variasi jarak antar baut mempengaruhi beban maksimum yang dihasilkan, semakin panjang jarak antar baut semakin besar beban maksimum yang dihasilkan. Ditinjau dari kuat lentur dan nilai kekakuan pada lendutan izin ,maka variasi jarak antar baut 100 mm menghasiilkan nilai kekakuan terbear yakni 533,31 N/mm serta kuat lentur terbesar yakni 21,63 MPa. Dengan demikian semakin besar nilai kekakuan akan semakin besar kuat lentur yang dihasilkan balok bambu laminasi. Kata kunci: Bambu laminasi, kekakuan, kuat lentur Abstract Bolt is one of the restraints used to arrange wood joints. Connection can be categorized as very weak parts so that that connection failures often occur. Connection failures occurs due to damage or broken wood and behind of the bolt and deflection has passed the tolerance value. Based on PKKI 1961 the minimum distance between volts on the line is 4D. This study aim at determine the effect of variations in the distance between bolts on the flexural strength of petung bamboo laminated beams and the stiffness of the rod produced at each variation in distance between bolts. This research method uses two point loading flexural test method. The variations in the distance between the bolts of connection between petung bamboo beams used are 60 mm, 80 mm and 100 mm. The results showed that variations in the distance between bolts affected the maximum load produced, the longer the distance between bolts the greater the maximum load produced. Judging from the flexural strength and stiffness value, the variation of the distance between the 100 mm bolts produces a higher stiffness value of 533,31 N/mm and the largest flexural strength of 21,63 MPa. Thus the greater the stiffness value, the greater the flexural strength produced by laminated bamboo beams. Keywords: Bamboo laminate, flexural strength, stiffness
PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN (STUDI KASUS JALAN LINGKAR TIMUR, KAB.SIDOARJO, JAWA TIMUR) ANISYA PUTRI, FEBRY
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN (STUDI KASUS JALAN LINGKAR TIMUR, KAB.SIDOARJO, JAWA TIMUR) Nama : Febry Anisya Putri NIM : 15050724029 Program Studi : S-1 Teknik Sipil Jurusan : Teknik Sipil Fakultas : Teknik Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya Pembimbing : Purwo Mahardi, S.T., M.Sc. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Sidoarjo akan melakukan perencanaan teknis peningkatan jalan di Lingkar Timur Sidoarjo. Adapun proyek dengan biaya sebesar Rp. 208.105.921.821,- dengan panjang 8,6 Km memiliki harga per kilometer sebesar Rp. 24 Miliar. Dimana umumnya sebuah perencanaan jalan beton per kilometer membutuhkan biaya sekitar Rp. 10 miliar. Oleh karena itu, salah satu alternatif agar biaya lebih efisien tanpa mengurangi nilai fungsi dan kualitasnya, yaitu dilakukan sebuah penerapan value engineering pada pembangunan jalan Lingkar Timur tersebut. Dalam melakukan penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu tahap informasi, tahap analisis fungsi, tahap kreatifitas, tahap evaluasi, tahap pengembangan, dan tahap presentasi. Dari hasil penerapan value engineering dapat dijelaskan bahwa terdapat tiga item pekerjaan berbiaya tinggi yaitu pekerjaan perkerasan rigid, pekerjaan sheet pile, dan pekerjaan drainase. Alternatif yang didapatkan dari pekerjaan perkerasan rigid yaitu perkerasan beton dengan tebal pelat 27cm, tulangan memanjang dan melintang diameter 8mm jarak 150mm, dowel diameter 36mm jarak 300mm panjang 450mm, dan tie bar diameter 16mm jarak 750mm panjang 700mm, dengan penghematan biaya sebesar Rp. 18.325.565.449,51 atau sebesar 8% dari biaya pekerjaan perkerasan rigid. Pada pekerjaan sheet pile alternatif yang terpilih yaitu Talud dimensi L=6m, dengan penghematan biaya sebesar Rp. 39.386.315.158,44 atau sebesar 32% dari biaya pekerjaan sheet pile. Untuk pekerjaan drainase alternatif yang terpilih yakni U-ditch ukuran 60x80-120cm+Cover (G 10 ton) dengan penghematan biaya sebesar Rp.12.239.640.328,78 atau sebesar 13% dari biaya pekerjaan drainase. Sehingga total penghematan yang didapat dalam proyek ini adalah sebesar Rp.26.032.346.229,73 atau 12,6% dari biaya awal proyek. Kata Kunci : Value Engineering, Perkerasan Kaku, Lingkar Timur Sidoarjo, Penghematan Biaya.
PENGARUH JARAK ANTAR PAKU TERHADAP KUAT LENTUR BALOK KAYU LAMINASI-MEKANIK KAYU MERANTI DAN KAYU SENGON Bagus Aditya, Reza; , SUPRAPTO
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Balok laminasi merupakan produk rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih lapisan kayu (lamina) yang saling direkat dalam arah serat longitudinal. Selain menggunakan perekat, balok laminasi juga dapat menggunakan paku atau baut maupun kombinasi antara perekat antara perekat dengan baut atau paku sebagai penghubung antar laminannya. Balok jenis ini dikenal dengan balok laminasi mekanik. Kajian penggunaan paku sebagai bahan perekat pada balok laminasi kayu meranti dan kayu sengon pada dasarnya merupakan upaya untuk mengantisipasi masalah yang timbul pada balok laminasi jika menggunakan perekat lem, sehingga proses laminasi dapat terjadi dengan sempurna dan peningkatan sifat mekanik seperti kuat lentur dan modulus elastisitas bisa tercapai serta dapat menjadi pertimbangan untuk merekomendasikan penggunaan balok laminasi kayu meranti dan kayu sengon sebagai bahan baku alternatif yang ditinjau dari aspek teknologi dan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak paku terhadap kuat lentur balok kayu laminasi-mekanik kayu meranti dan kayu sengon. Metode pengujian lentur yang digunakan adalah ?one point landing dengan variasi jarak paku 10cm, 15cm, 20cm, 25cm, dan 30cm. Dimensi benda uji adalah 4cmx6cm dengan tebal masing-masing lamina adalah 2cm dengan panjang balok 150cm. Penyusunan lamina yang digunakan adalah pada daerah tekan dan tarik menggunakan kayu meranti sedangkan pada bagian tengah menggunakan kayu sengon. Hasil penelitian menunjukan bahwa jarak paku mempengaruhi kuat lentur balok laminasi. Pengaruh jarak paku pada balok laminasi menunjukan bahwa semakin panjang jarak paku yang digunakan maka semakin kecil kuat lenturnya. Kerusakan yang terjadi juga menunjukan bahwa semakin panjang jarak paku yang digunakan maka kerusakan yang terjadi semakin mengarah ke geser. Ditinjau dari kekuatan lentur jarak paku yang paling optimum digunakan adalah jarak paku 10cm dengan kuat lentur sebesar 618,75 kg/cm² karena pada jarak tersebut besaran kuat lentur mendekati kekuatan bahan dasar lapis terluar balok laminasi-mekanik yaitu kayu meranti sebesar 98%. Kata kunci : Balok Laminasi-Mekanik, Kuat lentur, Jarak Paku
PENGARUH PEMANFAATAN COPPER SLAG SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT HALUS PADA BETON MUTU TINGGI HANGGARA PUTRA, DIMAS; FIRMANSYAH SOFIANTO, MOCHAMAD
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penggunaan copper slag sebagai bahan pengganti aggregat halus dapat meningkatkan kuat tekan pada pembuatan beton. Copper slag merupakan hasil peleburan tembaga yang mempunyai susunan kimia Silicon Dioxide (SiO2) sekitar 30 ? 36%, Iron Oxide (FeO) mencapai 45 ? 55%, Calcium Oxide (CaO) sekitar 2 ? 7 %, Alumunium Oxide (Al2O3) sekitar 3 ? 6%. Karena bentuknya menyerupai pasir alam maka dapat dipakai sebagai substitusi pasir.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan copper slag sebagai substitusi agregat halus dan fly ash 30% sebagai tambahan dari semen pada beton mutu tinggi . Variasi copper slag sebagai substitusi pasir adalah sebesar 30%, 35%, 40% dan 45%. Peningkatan penggunaan proporsi copper slag dapat meningkatkan berat volume beton, kuat tekan beton dan kuat tarik belah beton. Dari hasil pengujian, variasi 40% merupakan nilai optimum berat volume beton dengan nilai sebesar 2522,41 kg/m3. Kuat tekan optimum juga terjadi pada variasi 40% begitu juga dengan kuat tarik belah. Nilai kuat tekan sebesar 46,09 MPa dan nilai kuat tarik belah sebesar 8,96 MPa. Kata Kunci: Copper Slag, Fly Ash, Beton Mutu Tinggi, Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah. Abstract The use of copper slag as a substitute for fine aggregate can increase the compressive strength in making concrete. Copper slag is the result of copper smelting which has a chemical composition of Silicon Dioxide (SiO2) around 30-36%, Iron Oxide (FeO) reaches 45 - 55%, Calcium Oxide (CaO) around 2-7%, Aluminum Oxide (Al2O3) around 3-6%. Because of its shape resembling natural sand it can be used as substitution of sand. This study was conducted to determine the use of copper slag as substitution of fine aggregate and 30% fly ash in addition to cement in high strength concrete. The variation of copper slag as substitution of sand is 30%, 35%, 40% and 45%. Increasing the use of copper slag proportion can increase the volume weight of concrete, compressive strength of concrete and tensile strength of concrete. From the test results, the 40% variation is the optimum value of the concrete volume weight with a value of 2522.41 kg/m3. The optimum compressive strength also occurs at 40% variation as well as split tensile strenght. Compressive strength value of 46.09 MPa and split tensile strength value of 8.96 MPa. Keywords: Copper Slag, Fly Ash, High Strength Concrete, Compressive Strength, Split Tensile Strength.
KELAYAKAN EKONOMI PEMBANGUNAN PERUMAHAN MEDOKAN AYU ASRI KOTA SURABAYA DAMAR APRIANTO, GIRINDRA; AGUS YUDHA PRAWIRA ADISTANA, GDE
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permintaan kebutuhan masyarakat adanya tempat tinggal di Kota Surabaya relatif cukup tinggi. Oleh karena itu, di wilayah Surabaya Timur yang memiliki distribusi kawasan perumahan dengan persentase 12% dari luas wilayah Kota Surabaya akan dibangun sebuah perumahan yaitu Perumahan Medokan Ayu Asri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya proyek tersebut dari segi ekonomi dan mengetahui tingkat sensitivitasnya dari beberapa parameter. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Analisa yang digunakan adalah analisa desain dan konsep pembangunan, perhitungan biaya investasi, perhitungan biaya pengeluaran proyek, perhitungan pendapatan proyek, perhitungan arus kas masuk dan keluar. Perhitungan tersebut kemudian di analisa kelayakan ekonomi dan analisa sensitivitasnya dengan menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), dan Payback Periode (PP). Hasil perencanaan rumah pada pembangunan perumahan medokan ayu asri didesain siteplan dengan luas 3,6 hektare, desain rumah tipe 36 luas tanah 72m2 dan tipe rumah 54 luas tanah 90m2, luas tempat ibadah 425 m2, luas taman 2590 m2. Dari siteplan yang direncanakan luas fasum 13.453 m2 (37%), luas efektif 22.547 m2 (63%) dengan luas keseluruhan lahan 36.000 m2. Rumah dengan tipe 36/72 anggaran biayanya sebesar Rp 200,900,000.00 dan untuk tipe rumah 54/90 sebesar Rp 274,300,000.00. Didapat 97 unit untuk tipe 54/90 dan 130 unit untuk tipe 36/72, dengan pembayaran awal seharga Rp 90,018,400 dan angsuran seharga Rp 3,635,300.00, 180 kali atau 15 tahun cicilan, sedangkan untuk tipe 36/72 dan untuk tipe 54/90 pembayaran awal seharga Rp 118,730,000.00 untuk angsuran seharga Rp 4,814,400.00 180 kali atau 15 tahun cicilan. Pembangunan Perumahan Medokan Ayu Asri layak untuk diinvestasikan dengan nilaiNet Present Value NPV sebesar Rp 522,939,554.36 > 0 dan nilai Internal Rate of ReturnIRR 6,44%> 6%, untuk waktu kembali dari payback period (PP) yaitu tahun ke-17 bulan ke-1. Dengan menggunakan analisa sensitivitas proyek Perumahan Medokan Ayu tidak layak jika biaya investasi mengalami kenaikan biaya sebesar 2,32%, Pendapatan mengalami penurunan sebesar -9,17%, Biaya pengeluaran mencapai kenaikan sebesar biaya hingga 8,91%. Demand for people needs for housing in Surabaya City is relatively high. Therefore, in the east Surabaya Region whichis has a residential area distribution with a percentage of 12% of the total area the city of Surabaya, a housing estate Medokan Ayu Asri, will be built. This study aims to determine the feasibility of the project in terms of economics and determine the level of sensitivity in several parameters. This research uses descriptive analytical method. The analysis used is the analysis of design and development concepts, calculation of investmen cost, calculation of project expenditure cost, calculation of project income, calculation of cash inflows and outflows. The calculation is then economic feasibilityanalysis and sensitivityanalysis using the Internal Rate Return (IRR), Net Present Value (NPV), and Payback Period (PP). Housing planning result in Medokan Ayu Asri were designed in siteplan with an area of 3.6 hectares, house type 36 in 72 m2 land area and house type 54in 90m2land area, worship place which has a surface area 425 m2 and garden surface area has 259 m2. From the planned siteplan, the public facilities surface area 13453 m2 (37%), the effective area is 22,547 m2 (63%) with an overall area of 36,000 m2. House with type 36/72 costs Rp 200,900,000.00 and for house type 54/90 it costs Rp 274,300,000.00. Obtained 97 units for type 54/90 and 130 units for type 36/72, with initial payment of Rp 90,018,400 and installment for Rp 3,635,300.00, 180 times or 15 years instalment, while for 36/72 type and type 54/90 for the initial payment of Rp 118,730,000.00 for installment of Rp 4,814,400.00 180 or 15 years installments. Housing development Medokan Ayu Asri deserves to be invested with NPV value of Rp 522,939,554.36 > 0 and IRR value of 6.44% >6%, for the return from payback period (PP) which is the 17th year of the 1st mounth.The sensitivity analysist the Medokan Ayu Asri Housing project is not feasible if investment costs have increased by 2.32%, income has decreased by -9.17%, expenses have increased by 8.91%.
PENGARUH VARIASI KETEBALAN LAPIS KAYU BALOK LAMINASI MERANTI-SENGON-MERANTI PADA PENYUSUNAN DENGAN KOMPOSISI BALANCED TERHADAP TEGANGAN LENTUR FIKRIYA, DLIYAUL; , SUPRAPTO
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Balok laminasi merupakan produk rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih lapisan kayu lamina yang saling direkat dalam arah serat longitudinal. Sumber daya alam berupa kayu sangat potensial untuk dipakai sebagai bahan bangunan. Kayu memiliki beberapa kelebihan antara lain: ringan, tahan terhadap gempa, mudah dalam pelaksanaannya. Penggunaan kayu sebagai bahan struktural diantaranya adalah untuk keperluan bahan bangunan rumah atau bangunan lain, pembuatan kuda-kuda, rangka jembatan hingga hanggar pesawat terbang. Untuk berbagai keperluan struktural tersebut dibutuhkan dimensi kayu yang cukup besar dengan bentang yang panjang. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kayu dengan dimensi yang diinginkan adalah dengan teknik laminasi. dalam pembuatan balok laminasi, penyusunan setiap lapisan dapat diatur sedemikian rupa sehingga bisa meningkatkan sifat-sifat kekuatan kayu yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi kayu isian (kayu Sengon) yang paling optimal terhadap tegangan balok laminasi. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji dengan tingkat penyusunan seimbang dimana lapisan atas dan bawah balok laminasi memiliki dimensi sama, yaitu menggunakan kayu Meranti dan kayu isian menggunakan kayu Sengon. Benda uji dibuat dengan variasi penambahan kayu isian Sengon setinggi 20%, 27%, 33%, 38 dan 42% dari tinggi balok dengan panjang bentang 90 cm, masing-masing variasi dibuat 3 benda uji. Pengujian lentur dilakukan dengan beban terpusat ditengan bentang balok yang didukung tumpuan sendi dan rol Selain data kuat lentur, lendutan benda uji juga diukur dengan meletakkan dial gauge pada masing-masing ¼, ½, dan ¾ bentang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tebal kayu isian Sengon maka kekuatan balok laminasi semakin tinggi yang digambarkan dengan beban yang diterima oleh balok semakin meningkat. Pada penambahan kayu isian Sengon setinggi 20% dan 27% dari total ketinggian balok laminasi, kekuatan lentur yang terjadi melebihi kekuatan lentur dari balok utuh kayu penyusun, baik kekuatan utuh Meranti maupun Sengon. Penambahan kayu isian Sengon setinggi 33% hingga 42% dari total ketinggian balok laminasi terjadi penurunan kekuatan lentur. Kekuatan lentur yang optimum adalah pada penyusunan dengan penambahan kayu isian Sengon kurang dari 27% dari total ketinggian balok laminasi. Lendutan yang terjadi pada masing-masing balok masih pada kondisi elastis grafik menunjukkan kondisi yang linier, dan pada saat balok sudah tidak elastis penambahan beban dan lendutan sudah tidak seimbang lagi, beban sudah tidak dapat bertambah lagi, namun lendutan masih terus bertambah sampai balok mengalami keruntuhan total, semakin tebal kayu isian sengon, maka lendutan yang terjadi semakin kecil, dan semakin besar kekakuan, begitu pula sebaliknya jika semakin besar kekakuan beban yang bisa diterima semakin besar. Seluruh variasi balok laminasi kerusakan awal dimulai dari rusaknya kayu Meranti pada sisi lapisan terluar, balok dengan penambahan isian Sengon 20%, 27%, 33% dan 38% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh lentur, sedangkan pada balok dengan penambahan isian Sengon 42% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh geser.Kata Kunci: Balok laminasi, Penyusunan seimbang, Tegangan lentur
PENGARUH VARIASI KETEBALAN LAPIS KAYU BALOK LAMINASI MERANTI-SENGON-MERANTI PADA PENYUSUNAN DENGAN KOMPOSISI BALANCED TERHADAP TEGANGAN LENTUR FIKRIYA, DLIYAUL; , SUPRAPTO
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Balok laminasi merupakan produk rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih lapisan kayu lamina yang saling direkat dalam arah serat longitudinal. Sumber daya alam berupa kayu sangat potensial untuk dipakai sebagai bahan bangunan. Kayu memiliki beberapa kelebihan antara lain: ringan, tahan terhadap gempa, mudah dalam pelaksanaannya. Penggunaan kayu sebagai bahan struktural diantaranya adalah untuk keperluan bahan bangunan rumah atau bangunan lain, pembuatan kuda-kuda, rangka jembatan hingga hanggar pesawat terbang. Untuk berbagai keperluan struktural tersebut dibutuhkan dimensi kayu yang cukup besar dengan bentang yang panjang. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kayu dengan dimensi yang diinginkan adalah dengan teknik laminasi. dalam pembuatan balok laminasi, penyusunan setiap lapisan dapat diatur sedemikian rupa sehingga bisa meningkatkan sifat-sifat kekuatan kayu yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi kayu isian (kayu Sengon) yang paling optimal terhadap tegangan balok laminasi. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji dengan tingkat penyusunan seimbang dimana lapisan atas dan bawah balok laminasi memiliki dimensi sama, yaitu menggunakan kayu Meranti dan kayu isian menggunakan kayu Sengon. Benda uji dibuat dengan variasi penambahan kayu isian Sengon setinggi 20%, 27%, 33%, 38 dan 42% dari tinggi balok dengan panjang bentang 90 cm, masing-masing variasi dibuat 3 benda uji. Pengujian lentur dilakukan dengan beban terpusat ditengan bentang balok yang didukung tumpuan sendi dan rol Selain data kuat lentur, lendutan benda uji juga diukur dengan meletakkan dial gauge pada masing-masing ¼, ½, dan ¾ bentang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tebal kayu isian Sengon maka kekuatan balok laminasi semakin tinggi yang digambarkan dengan beban yang diterima oleh balok semakin meningkat. Pada penambahan kayu isian Sengon setinggi 20% dan 27% dari total ketinggian balok laminasi, kekuatan lentur yang terjadi melebihi kekuatan lentur dari balok utuh kayu penyusun, baik kekuatan utuh Meranti maupun Sengon. Penambahan kayu isian Sengon setinggi 33% hingga 42% dari total ketinggian balok laminasi terjadi penurunan kekuatan lentur. Kekuatan lentur yang optimum adalah pada penyusunan dengan penambahan kayu isian Sengon kurang dari 27% dari total ketinggian balok laminasi. Lendutan yang terjadi pada masing-masing balok masih pada kondisi elastis grafik menunjukkan kondisi yang linier, dan pada saat balok sudah tidak elastis penambahan beban dan lendutan sudah tidak seimbang lagi, beban sudah tidak dapat bertambah lagi, namun lendutan masih terus bertambah sampai balok mengalami keruntuhan total, semakin tebal kayu isian sengon, maka lendutan yang terjadi semakin kecil, dan semakin besar kekakuan, begitu pula sebaliknya jika semakin besar kekakuan beban yang bisa diterima semakin besar. Seluruh variasi balok laminasi kerusakan awal dimulai dari rusaknya kayu Meranti pada sisi lapisan terluar, balok dengan penambahan isian Sengon 20%, 27%, 33% dan 38% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh lentur, sedangkan pada balok dengan penambahan isian Sengon 42% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh geser.Kata Kunci: Balok laminasi, Penyusunan seimbang, Tegangan lentur
PENGARUH VARIASI KETEBALAN LAPIS KAYU BALOK LAMINASI MERANTI-SENGON-MERANTI PADA PENYUSUNAN DENGAN KOMPOSISI BALANCED TERHADAP TEGANGAN LENTUR FIKRIYA, DLIYAUL; , SUPRAPTO
Rekayasa Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Rekayasa Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Balok laminasi merupakan produk rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih lapisan kayu lamina yang saling direkat dalam arah serat longitudinal. Sumber daya alam berupa kayu sangat potensial untuk dipakai sebagai bahan bangunan. Kayu memiliki beberapa kelebihan antara lain: ringan, tahan terhadap gempa, mudah dalam pelaksanaannya. Penggunaan kayu sebagai bahan struktural diantaranya adalah untuk keperluan bahan bangunan rumah atau bangunan lain, pembuatan kuda-kuda, rangka jembatan hingga hanggar pesawat terbang. Untuk berbagai keperluan struktural tersebut dibutuhkan dimensi kayu yang cukup besar dengan bentang yang panjang. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kayu dengan dimensi yang diinginkan adalah dengan teknik laminasi. dalam pembuatan balok laminasi, penyusunan setiap lapisan dapat diatur sedemikian rupa sehingga bisa meningkatkan sifat-sifat kekuatan kayu yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi kayu isian (kayu Sengon) yang paling optimal terhadap tegangan balok laminasi. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji dengan tingkat penyusunan seimbang dimana lapisan atas dan bawah balok laminasi memiliki dimensi sama, yaitu menggunakan kayu Meranti dan kayu isian menggunakan kayu Sengon. Benda uji dibuat dengan variasi penambahan kayu isian Sengon setinggi 20%, 27%, 33%, 38 dan 42% dari tinggi balok dengan panjang bentang 90 cm, masing-masing variasi dibuat 3 benda uji. Pengujian lentur dilakukan dengan beban terpusat ditengan bentang balok yang didukung tumpuan sendi dan rol Selain data kuat lentur, lendutan benda uji juga diukur dengan meletakkan dial gauge pada masing-masing ¼, ½, dan ¾ bentang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tebal kayu isian Sengon maka kekuatan balok laminasi semakin tinggi yang digambarkan dengan beban yang diterima oleh balok semakin meningkat. Pada penambahan kayu isian Sengon setinggi 20% dan 27% dari total ketinggian balok laminasi, kekuatan lentur yang terjadi melebihi kekuatan lentur dari balok utuh kayu penyusun, baik kekuatan utuh Meranti maupun Sengon. Penambahan kayu isian Sengon setinggi 33% hingga 42% dari total ketinggian balok laminasi terjadi penurunan kekuatan lentur. Kekuatan lentur yang optimum adalah pada penyusunan dengan penambahan kayu isian Sengon kurang dari 27% dari total ketinggian balok laminasi. Lendutan yang terjadi pada masing-masing balok masih pada kondisi elastis grafik menunjukkan kondisi yang linier, dan pada saat balok sudah tidak elastis penambahan beban dan lendutan sudah tidak seimbang lagi, beban sudah tidak dapat bertambah lagi, namun lendutan masih terus bertambah sampai balok mengalami keruntuhan total, semakin tebal kayu isian sengon, maka lendutan yang terjadi semakin kecil, dan semakin besar kekakuan, begitu pula sebaliknya jika semakin besar kekakuan beban yang bisa diterima semakin besar. Seluruh variasi balok laminasi kerusakan awal dimulai dari rusaknya kayu Meranti pada sisi lapisan terluar, balok dengan penambahan isian Sengon 20%, 27%, 33% dan 38% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh lentur, sedangkan pada balok dengan penambahan isian Sengon 42% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh geser.Kata Kunci: Balok laminasi, Penyusunan seimbang, Tegangan lentur

Page 1 of 2 | Total Record : 17