cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Paradigma
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)" : 9 Documents clear
JARINGAN SOSIAL MUCIKARI PASCA PENUTUPAN LOKALISASI DOLLY SURABAYA SULIANDI OKTAVIARI, NANDA
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Fenomena pelacuran atau prostitusi merupakan suatu potret aktifitas yang melibatkan banyak pihak dalam satu keterkaitan seperti mucikari, calo, serta konsumen atau pelanggan. Kegiatan pelacuran, mucikari sangatlah berperan penting. Keberadaan mucikari sebagai inti jaringan yang menghubungkan pelanggan dengan pelacur yang mempertahankan kelangsungan jaringan dan membangun jaringan. Teori yang digunakan adalah teori menurut para ahli tentang jaringan sosial terutama pada teori kapital sosial menurut James S. Coleman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnometodologi. Pendekatan etnometodologi digunakan tidak hanya bertanya atau wawancara tetapi lebih mengutamakan pada pengamatan dan pendengaran dengan maksud untuk mengetahui isi percakapan dalam interaksi yang dilakukan seseorang dalam kesehariannya. Penelitian ini dilakukan di Lokalisasi Dolly Surabaya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jaringan sosial mucikari ada sejak munculnya seorang perempuan Belanda bernama Dolly Van De Mart yang membentuk prostitusi hingga pada pasca penutupan Lokalisasi. Jaringan sosial mucikari terbentuk karena adanya kekerabatan dan turun temurun dari keluarga yang bekerja sebagai mucikari didalam prostitusi Lokalisasi Dolly. Sedangkan pasca penutupan Lokalisasi Dolly mucikari terus membentuk dan mengembangkan jaringan tersebut dengan cara terselubung. Kata Kunci: mucikari, jaringan sosial, pasca penutupan Dolly   Abstrak The phenomenon of prostitution or prostitution is a portrait of activity involving multiple parties in a relationship such as pimps, brokers, and consumers or customers. Prostitution, pimping is very important. The existence of pimping as the core network that connects customers with the hooker who maintain the continuity of the network and network building. The theory used is the theory according to experts on social networks, especially on the social capital theory according to James S. Coleman. This study used qualitative methods to approach ethnometodology. Ethnometodology approach is used not only ask questions or interviews, but more emphasis on observation and hearing with a view to determine the contents of the conversation in the interaction of a person in daily life. This research was conducted in Localization Dolly Surabaya. Collecting data in this study conducted by observation, interviews, and documentation. The results of this study indicate that social networking pimps around since the advent of a Dutch woman named Dolly Van De Mart that form of prostitution until after the closing of Localization. Social networking pimps formed because of the kinship and the generations of families working as pimps in prostitution Localization Dolly. While post-closure Localization Dolly pimps continue to shape and develop the network by way of disguise. Kata Kunci: pimps, social networks, post-closure Dolly
SOLIDARITAS GAMERS CLASH OF CLANS AGUS SHOLAHUDDIN UMAM, MUHAMMAD
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Di zaman yang semakin modern ini dunia virtual menjadi sangat berperan dalam  kehidupan  manusia.  Berbagai  macam  teknologi  diciptakan  untuk memenuhi  kebutuhan  manusia  dalam  melakukan  aktivitasnya  sehari-hari.  Salah satu  bentuk  teknologi  yang  diciptakan  yaitu  teknologi  berbasis mobile yang terdapat  pada  ponsel  pintar  atau  yang  biasa  dikenal  dengan  smartphone. Sementara itu, kemunculan tehnologi informasi dan komunikasi menimbulkan kemajuan masyarakat akan segala informasi dan gaya hidup. Game Clash of Clans muncul dengan adanya clan atau sebuah kelompok dalam dunia virtual game yang mengharuskan para anggota clan tersebut untuk mengikuti war clan (perang antar clan) dengan berbagai latar belakang penghuni clan yang berbeda-beda. Dalam sebuah clan tentunya dibutuhkan kesolidan, kekompakan serta strategi yang dibangun dalam sebuah clan yang bertujuan untuk memenangkan setiap war clan yang diadakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah kesolidan virtual dan kekerabatan antar pemain dalam sebuah clan di geme Clash of Clans yang dihasilkan dalam permainnan ini. Ruang lingkup penelitian ini adalah dunia virtual atau blogosphere melalui game Clash of Clans, dimana subjek dalam penelitian ini adalah tiga clan dalam game Clash of Clans. Data dikumpulkan melalui identifikasi kegiatan-kegiatan virtual dan fitur-fitur agresi algoritma yang berpengaruh dan berhubungan terhadap pembangunan integrasi virtual antar anggota clan dalam blogosphere. Dalam penelitian yang berjudul Solidaritas Virtual Gamers Clash of Clans  menggunakan metode kualitatif 2.0 dengan analisis hacking. Analisis ini dipilih karena sesuai dengan penelitian yang meneliti dunia virtual dalam game online terutama  game Clash of Clans. Kata kunci : Clash of Clans, solid,Blogosphere Abstract In the more modern era this virtual world becomes a very important role in human life. A wide variety of technologies created to meet the needs of humans in performing daily activities. One form of technology that was created is a technology based mobile found on smart phones or commonly known as smartphones. Meanwhile, the emergence of information and communication technology raises the advancement of society will all the information and lifestyle. Game Clash of Clans appear with their clan or a group within a virtual world game that requires members of the clan to follow the clan war (a war between clan) with diverse backgrounds occupants of different clan. In a clan course required solidity, compactness and strategies developed in a clan that is aiming to win every war clan held. This study aims to determine how a virtual solidity and kinship among the players in a clan in Clash of Clans resonance generated in this game. The scope of this study is the virtual world or the blogosphere through the game Clash of Clans, where the subjects in this study were three clan in the game Clash of Clans. Data collected through the identification of the activities of virtual and features algorithms that influence aggression and relate to the development of virtual integration between members of the clan in the blogosphere. In a study entitled Virtual Gamers Solidarity Clash of Clans, using qualitative method 2.0 with hacking analysis. This analysis was chosen because it suits the research that examines the virtual world in online games, especially Clash of Clans games   Keywords: Clash of Clans, solidarity, Blogosphere
MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DESA TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO PUTRI KUSAINI, MENTARY
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MOTIVE PELAJAR SMK BERKUNJUNG KE MUSEUM MPU TANTULAR SIDOARJO ARTIANTORO N, ARIF
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PARADIGMA PENDIDIKAN DALAM FILM 3 IDIOTS (ANALISIS WACANA SARA MILL) SYAHIRUL ALIEM, MOH.
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Pendidikan adalah sebuah proses kehidupan dan bukan persiapan untuk hidup di masa yang akan datang. Tujuan dari pendidikan adalah pembebasan untuk mengembangkan kemampuan personal atau proses humanisasi dengan memandang manusia sebagai penguasa atas dirinya sendiri sehingga menjadi manusia yang bebas. Terkait dengan apa itu pendidikan, penelitian ini secara spesifik membahas tentang paradigma pendidikan dalam film 3 (three) Idiots. Dengan menggunakan tiga paradigma pendidikan Henry Giroux, sedangkan metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan Analisis Wacana Sara Mills. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2016 – April 2017. Hasil dari penelitian ini memunculkan definisi baru dalam melihat pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan adalah merupakan kebebasan seseorang dalam berfikir, bebas menentukan masa depan, dan bebas mendapatkan ilmu pengetahuan. Pendidikan seharusnya tidak lagi menjadi arena politik dimana ideologi penguasa dijadikan kekuatan untuk menindas. Serta hak untuk mendapatkan pendidikan menjadi kewajiban masyarakat tanpa harus memandang status sosial masyarakat.                  Kata Kunci : Paradigma, Pendidikan, Film   Abstract   Education is a process of life and not preparation for living in the future. The purpose of education is exemption to develop the ability of personal or process of humanisasi by staring human as a ruler over himself so as to be human that is free. Related to what is education, this study specifically discusses the education paradigm in the movie 3 (three) Idiots. Using three paradigms of education Henry Giroux, while the research methods used is qualitative Analysis approach to Discourse with Sara Mills. The research was done in November 2016 – April 2017. The result of this research created a new definition of looking at education. Strictly speaking education is a person liberty in thinking, free to choose the future, and free get science. Education should not again be a political that any ideology that the power ruler of which will be used to oppress. And the right to obtain education is the obligation of community without be looking at community social status.                 Keywords : Paradigm, Education, Movie
PRAKTIK BULLYING DI KALANGAN PELAJAR SMPN 3 KAMAL, BANGKALAN Nursilaningsie,
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Dunia pendidikan tidak terlepas dari berbagai permasalahan sosial. Salah satu masalah yang sering terjadi di sekolah yaitu kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Kekerasan di sekolah juga sering disebut dengan bullying. Praktik bullying merupakan perilaku negatif berupa intimidasi yang sering dilakukan oleh pelajar di sekolah. Bullying menyebabkan ketidaknyamanan dan terluka pada siswa yang menjadi korban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk praktik bullying yang terjadi di kalangan pelajar SMP Negeri 3 Kamal, Bangkalan. Pada penelitian ini menggunakan teori Praktik Sosial Pierre Bourdieu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan relasionisme metodelogis Pierre Bourdieu. Subjek penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik Purposive yaitu siswa Madura sebagai pelaku praktik bullying, siswa asal desa Tajungan yang berbahasa Jawa sebagai korban praktik bullying dan guru bimbingan dan konseling. Pengambilan data di lapangan dengan melakukan observasi dan proses wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya praktik bullying di kalangan pelajar SMP Negeri 3 Kamal, antara siswa Madura dengan siswa asal desa Tajungan yang memiliki ciri khas berbahasa Jawa. Bentuk-bentuk bullying yang sering dilakukan oleh siswa Madura terhadap siswa asal desa Tajungan yaitu bullying verbal dan bullying langsung (fisik). Bentuk bullying verbal dengan cara menghina, mencemooh, mengejek, mengucilkan, menyebarkan gosip, mengintimidasi dengan cara melotot. Bentuk bullying langsung (fisik) dengan berkelahi, mendorong dan memukul. Kata kunci: Kekerasan, Bullying, Siswa, Sekolah Abstract In education world cannot be separated from various social problems. One of the problems often occurred in schools that is violence, carried out by parties who have power. Violence in the school often called bullying. Bullying is negative behavior of intimidation often held by students in the school. Bullying causes discomfort and wounded to their students who were victims of. This study aims to see how forms of bullying occurring students of SMP Negeri 3 Kamal, Bangkalan. This research uses The Social of Practice theory by Pierre Bourdieu. This is a qualitative research approach using retionalism methodology by Pierre Bourdieu. The subject of study was chosen with a purposive technique, that is Madura’s student as the bullying agents, students from Tajungan village who having typical speaking Java as the bullying victims and guidance and counseling teachers. Collection of data collected by observation and interview process. The result of the research indicated that the existence of bullying among SMP Negeri 3 Kamal’s students, between Madura’s students with student from Tajungan village who having typical speaking Java. Forms of bullying often held by Madura’s student to student from Tajungan village are verbal bullying and direct (physical) bullying. Verbal bullying like insult, scorn, mock, excommunicate, generated rumors, intimidate with a glowering manner, and direct bullying like fighting, encourage and hit. Key words: Violence, Bullying, Students, School 
FENOMENOLOGI RESISTENSI SANTRI TERHADAP TATA TERTIB PONDOK PESANTREN MUTOHAROH,
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kebanyakan Pondok Pesantren memberlakukan aturan-aturan ketat dan sangsi dengan maksud mendisiplinkan dan membentuk kepribadian santri. Tetapi kenyataannya masih adanya resistensi santri terhadap tata tertib diantaranya keluar pondok tanpa izin, tidak ikut piket, tidak sholat berjamaah. Penelitian ini mengungkap proses resistensi santri terhadap tata tertib Pondok Pesantren. Penelitian ini menggunakan teori konflik Randall Colins. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti memiliki subjek yaitu santri yang sering melakukan resistensi dan santri yang baru pertama kali melakukan resistensi. Teknik pemilihan informan yaitu dengan cara purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan in-dept interview, sedangkan pada teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Hubberman, teknik analisis ini menggunakan tiga tahap diantaranya reduksi data, display atau penyajian data dan kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa santri yang melakukan resistensi terhadap tata tertib adanya kondisi objektif santri berupa status sosial, alasan mondok, latar belakang pendidikan, kondisi orang tua, kultur. Selanjutnya adanya pola pendisiplinan tubuh santri diantaranya otoritas, nilai moral, kultur, hukuman, pembeda sangsi. Kemudian tidak terlepas dari bentuk resistensi yang dilakukan santri mulai dari terbuka dan tertutup. Selain itu proses resistensi tidak terlepas dari adanya kehidupan subjektif santri, kekuasaan mempengaruhi pengalaman subjektif santri, dan kekuasaan mengkontrol kegiatan santri. Terakhir dampak yang ditumbulkan dari resistensi dibagi menjadi dua yaitu untuk Pondok diantaranya peraturan semakin ketat, mencemarkan nama pondok dan santri sendiri mendapatkan sangsi, labelling anak nakal, kepuasan pribadi, bahan perbincangan orang lain. Kata Kunci: Resistensi, Santri, Tata Tertib, Kekuasaan 
POLA RESISTENSI MAHASISWA TERHADAP DOSEN Zainullah,
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MOTIF WARIA PENARI ULAR DALAM ACARA PESTA DI SURABAYA NIDA MAJIDAH, SARAH
Paradigma Vol 5, No 2 (2017): Vol 5 Nomer 2 (2017)
Publisher : Paradigma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Seni adalah suatu bentuk aktivitas yang mencerminkan suatu keindahan yang beragam dan dapat dimunculkan melalui ekspresi, tindakan keterampilan maupun hiburan Umumnya bentuk seni yang berkembang saat ini seni sebagai hiburan contohnya tarian ular. tari tersebutmerupakan kreasi dari tarian perut yang berasal dari Negara Timur Tengah. Tarian ini lazimnya dilakukan oleh perempuan tetapi di Surabaya justru dilakukan oleh seorang waria dalam acara pesta. Penelitian kualitatif ini membahas tentang motif sosial waria penari ular dalam acara pesta di Surabaya dengan pendekatan konsep teori Alferd Schutz. Waktu Penelitian dilakukan dari Agustus – Oktober 2016. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sebagai penari ular mulai diminati oleh para waria sejak tahun 2000. Dibalik praktiknya yang sempat menjadi kontraversi, para waria penari ular tetap bertahan sebagai penari dikarenakan berbagai motif yang terdiri dari motif sebab dan motif tujuan. Because of motif yang didapat yaitu tertarik dengan hal baru, kebutuhan sosialisasi dengan lingkungan sekitar, pengakuan masyarakat tentang waria penari ular kurang, sulit mencari pekerjaan, kondisi perekonomian dan hobi yang tertanam sejak kecil. Sedangkan dari pekerjaan sebagai penari ular para informan memiliki tujuan tersendiri untuk dapat dicapai yaitu menjadi entertainer sejati, ingin mendapatkan banyak teman, ingin dikenal masyarakat dengan ciri khas yang dimiliki, mendapatkan penghasilan lebih dan menyalurkan (mengeksplor) bakat. Kata kunci : Motif, Waria, Seni   Abstract   Art is a form of activity that reflects a diversity of beauties and can be expressed through expressions, acts of skill and entertainment Generally the art form that develops today art as entertainment for example snake dance. The dance is a creation of belly dance originating from the middle east country. This dance is usually done by women but in Surabaya it is done by a transvestite in the party. This qualitative research discusses the social motives of shemale snake dancers in a party event in Surabaya with the approach of Alferd Schutz theory concept. Time research conducted from august to october 2016. Based on the results of the study can be concluded that the work as a snake dancer began to demand by the shemale since 2000. Behind the practice that had become a contraversy, the transsexual snake dancers still survive as a dancer due to various motives consisting of motives cause and motive purpose. Because of the motive that is attracted by the new things, the need for socialization with the surrounding environment, the public recognition of shemale are less snake, difficult to find a job, economic conditions and hobbies are embedded since childhood. While the work as a snake dancer the informants have their own goals to be achieved that is to be a true entertainer, want to get many friends, want to be known by the community with their own characteristics, earn more income and channel (explore) talent.                 Keywords: Motives, shemale , Art

Page 1 of 1 | Total Record : 9