cover
Contact Name
Rokhani Hasbullah
Contact Email
rokhani.h@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltep@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keteknikan Pertanian
ISSN : 24070475     EISSN : 23388439     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Keteknikan Pertanian dengan No. ISSN 2338-8439, pada awalnya bernama Buletin Keteknikan Pertanian, merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB yang terbit pertama kali pada tahun 1984, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Penulis makalah tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif dan elektrifikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian" : 10 Documents clear
Disain dan Pengujian Metering Device untuk Alat Penjatah Pupuk Granular Laju Variabel (Variable Rate Granular Fertilizer Applicator) Abdul Azis. S; Radite Praeko A. Setiawan; I Dewa Made Subrata
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.852 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Uniform Rate of fertilizer Application (URA) practice is disregarding the productive potential of the various areas within the field. Thus, some area is less fertilized and other is over fertilized. It is also an important issue recently that nitrogen from fertilizers may be subjected to lost into atmosphere or enters streams  through surface or subsurface drainage (leaching). The place with over-fertilization will be a potential source of pollution in the form of ammonia (NH3), nitrite (NO2) and nitrate (NO3) which may hazard people health. Variable rate of fertilizer applicator is a solution to overcame the negative impact of URA. It can control the appropriate of fertilizer dosage and location of application in the field. The objective of this research is to design a metering device for variable rate granular fertilizer applicator. The result of variable rate fertilizer testing with single metering device with single rotor indicated that the rate of urea, SP-36 and NPK are 0.84, 0.96  and 1.2 g/rotation respectively. The testing with double rotor indicated that the rate of urea, SP-36 and NPK are 1.14, 2.22 and 2.1 g/rotation respectively. The all of the testing result indicated that metering device which designed can be applied with urea, SP-36 and NPK fertilizer. Keywords: granular applicator, metering device, PID controller, variable rate Abstrak Praktik penerapan pupuk laju seragan (URA) umumnya dilakukan tanpa  memperhitungkan potensi hasil pada berbagai lokasi lahan. Dengan demikian, sebagian luasan akan mendapatkan pupuk yang kurang sedangkan yang lainnya berlebihan. Selain itu belakangan ini ada isu yang menyatakan bahwa terjadi kehilangan unsur nitrogen dari pupuk akibat  penguapan  ke atmosfer atau mengalir bersama aliran air drainase permukaan atau bawah permukaan. Tempat yang dosis pupuknya berlebihan akan berpotensi menjadi sumber polusi dalam bentuk ammonia (NH3), nitrit (NO2) dan nitrat (NO3) yang akan mempengaruhi kesehatan manusia.  Aplikator pupuk laju berubah (variable) adalah solusi untuk mengatasi dampak negative dari URA tersebut. Mekanisme ini dapat mengatur dosis dan lokasi pemberian pupuk secara tepat pada lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang matering device untuk aplikator pupuk butiran laju berubah. Hasil pengujian alat pemberi pupuk laju berubah  dengan matering device tunggal dan rotor tunggal menunjukkan laju pemberian pupuk urea, SP-36 dan NPK adalah berturut-turut sebesar 0.84, 0.96 dan 1.2 gr/ putaran. Pengujian dengan rotor ganda menunjukkan bahwa laju pemberian pupuk urea, SP-36 dan NPK secara berurutan sebesar 1.14, 2.22, dan 2.1 gr/ putaran. Hasil dari keseluruhan pengujian menunjukkan bahwa matering device yang dirancang dapat dipergunakan untuk penerapan pupuk urea, SP-36 dan NPK. Kata Kunci: Aplikator butiran, matering device, Kontroler PID, dan laju berubah. Diterima: 03 Maret 2011; Disetujui: 05 Juli 2011 
Pengembangan Sistem Aquisis Data Kadar Nitrogen Tanah Berbasis Sensor Infra Merah Sebagai Pedoman Penentuan Dosis Pemupukan Abdul Roni Angkat; I Wayan Astika; Lenny Saulia
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.777 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Site specific nitrogen fertilizing  needs an accurate map of soil nitrogen content. The use of sensors operated upon the soil is a promising method since the accurate soil sampling methods are costly and time consuming. The objectives of this research are to determine the relation between soil nitrogen level and near infrared spectrum using artificial neural network (ANN) and to develop soil nitrogen content data acquisition system for static dan dynamic measurement. The results showed that the 1506 nm wavelength can be used to estimate the soil nitrogen content. Furthermore it was found that static measurement showed a better correlation (R2= 0.6286) than the dynamic measurement (R2=0.3111). Combined with the developed ATMega32 microcontroller based display recorder, the precision of N content measurement achieved 0.12% wb with 0.1% wb noise. Keywords : NIR, soil nitrogen level, data acquisition, artificial neural network, precision farming Abstrak Pemupukan unsur hara nitrogen spesifik lokasi membutuhkan sebuah peta nitrogen tanah yang akurat. Penggunaan sensor untuk pengujian tanah dapat dijadikan alternatif menggantikan metode konvensional yang membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Penelitian ini bertujuan untuk membangun hubungan antara komposisi kadar nitrogen tanah dengan spektra Near Infrared (NIR) menggunakan jaringan saraf tiruan (JST) dan membuat sistem akuisisi data kadar nitrogen tanah pada pengukuran statis dan dinamis. Hasil penelitian menunjukkan panjang gelombang spesifik yang dapat digunakan untuk menduga kadar nitrogen tanah adalah pada panjang gelombang 1506 nm. Hubungan antara kadar nitrogen dan tegangan reflektan pada pengukuran statis menunjukkan hubungan yang lebih baik dengan R2 sebesar 0.6286 dibandingkan pada pengukuarn dinamis dengan R2 sebesar 0.3111. Simulasi sistem akuisisi data  kadar nitrogen tanah menggunakan mikrokontroler ATMega 32 yang dilengkapi dengan display memberikan ketelitian sebesar 0.12% berat dengan noise sebesar ±0.1 % berat. Kata kunci: NIR, kadar nitrogen tanah, akuisisi data, Jaringan Saraf Tiruan, pertanian presisi.Diterima:28 Juni 2011 ; Disetujui: 26 September 2011
Pengeringan Lidah Buaya (Aloe vera) Menggunakan Oven Gelombang Mikro (Microwave Oven) Edy Hartulistiyoso; Rokhani Hasbullah; Eka Priyana
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.872 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract. Aloe vera (Aloe vera) is known as a useful plant, both as food, cosmetics or pharmaceuticals. Due its high water content, Aloe vera should be processed immediately after harvest. This paper will discuss the drying of aloe vera using microwave oven. The drying process of 50 gr Aloe vera gel and rind using 80 Watts microwave power completed in 140 minutes to reach the final moisture content of 7% wet basis.  The drying process in microwave drying shows similar process to that of conventional drying. Dipolar rotation mechanism of water molecules at microwave drying does not affect the drying stage. It shows however shorter process time. The water removal of the drying material occurred in the early minutes until the 50th minute. This because of the high free water surface on the material, while from minute 50 to minute 140 slowed the drying process. Highest temperature of the material during the process is achieved at  57.6 oC in drying of gel and 70.7 oC in drying of  Aloe vera rind.  It is expected that there is no damage of nutritional content during drying in the this temperature range. Quality analysis of flour and tea of Aloe vera after drying by microwave showed that Aloe vera powder produced within the range of the standard, both visually and microbiologically, but indicated as low quality when viewed from acid content levels.  Whether microwave heating mechanism affects the acidity, this needs further study. Keywords : Alue vera, microwave drying, product quality   Abstrak Lidah buaya (Aloe vera) dikenal sebagai tanaman yang bermanfaat, baik sebagai bahan pangan, kosmetika ataupun obat-obatan. Kandungan air yang cukup tinggi membuat lidah buaya harus segera diproses setelah panen. Pada tulisan ini akan didiskusikan pengeringan aloe vera menggunakan oven gelombang mikro (microwave oven). Proses pengeringan 50 gr gel dan kulit lidah buaya hingga mencapai kadar air akhir 7 % bb menggunakan microwave dengan power 80 watt berlangsung 140 menit Penurunan kadar air dan laju pengeringan pada pengeringan microwave menunjukkan proses yang sama dengan pengeringan konvensional.  Mekanisme rotase dipolar molekul air pada pengeringan microwave yang berbeda dengan pengeringan konvensional tidak berpengaruh terhadap tahapan proses pengeringan. Penurunan masa bahan selama proses pengeringan terjadi pada menit-menit awal hingga menit ke-50,  hal ini terjadi karenamasih banyaknya air bebas yang berada dipermukaan bahan.  Sementara dari menit ke-50 hingga menit ke-140 proses pengeringan berlangsung melambat. Suhu tertinggi bahan selama proses yang dicapai adalah  57,6 oC pada pengeringan gel dan 70,7 oC pada pengeringankulit lidah buaya. Pada kisaran suhu tersebut diharapkan tidak terjadi kerusakan kandungan gizi lidah buaya. Pengujian mutu tepung maupun teh lidah buaya setelah pengeringan dengan microwave menunjukkan bahwa tepung lidah buaya yang dihasilkan, baik secara visual maupun kandungan mikroba masih dalam kisaran standar.  Namun jika dilihat dari kadar keasamanan masih menunjukkan hasil mutu rendah. Apakah mekanisme pemanasan dengan gelombang mikro berpengaruh secara kimiawi sehingga berpengaruh terhadap kadar keasaman, hal ini perlu kajian lebih lanjut. Kata kunci : lidah buaya, pengeringan microwave, mutu produk Diterima: 08 Juni 2011; Disetujui: 20 September  2011 
Rancangan End-effector untuk Robot Pemanen Buah Paprika I Dewa Made Subrata; Ichsan Nurfitra
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.752 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract A research on designing an end-effector for a sweet pepper (Capsicum grossum) harvesting robot has been conducted. The objectives of this research were to design an end-effector prototype for the sweet pepper harvesting robot and to examine the performance of the end-effector in actuating the harvesting work. The end-effector was constructed in such a way so that enable to perform cutting and gripping motion in one action. The end-effector was designed using aluminum materials in order to get as light mass as possible. It dimension was 28 cm in length, 14 cm in width, and about 90 grams in weight. The field test of the prototype was conducted based on the conditions of plantation inside the greenhouse. Three kinds of inclination  slope including 0o, 10o, and 20o were treated for the end-effector installation. The experimental result show that the third installation treatment ie: the end-effector with 20° inclination slope tend to produce the best performance which has the highest number of harvesting succeed. Keywords: end-effector, harvesting, sweet pepper. Abstrak Penelitian mengenai rancang bangun end-effector robot pemanen buah paprika (Capsicum grossum) telah berhasil dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun prototype end-effector untuk memanen buah paprika dan menguji unjuk kerja dari end-effector tersebut dalam melakukan pekerjaan pemanenan. End-effector tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga mampu melakukan gerak pemotongan dan pencengkraman dalam waktu bersamaan. End-effector dibuat menggunakan bahan aluminium supaya masanya menjadi ringan. End-effector mamiliki ukuran  panjang 28 cm, lebar 14 cm dan berat 90 gram. Pengujian terhadap prototype dilakukan sesuai kondisi tanaman dalam greenhouse. Tiga perlakuan nilai sudut kemiringan pemasangan yaitu: 0°, 10°, dan 20° dicobakan dalam pengujian ini. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan ketiga yaitu end-effector dipasang dengan  kemiringan 20° cenderung memberikan unjuk kerja terbaik karena memberikan keberhasilan pemanenan tertinggi. Kata kunci: End-effector, pemanenan, buah paprika.Diterima: 15 Maret 2011 ; Disetujui: 18 Juli 2011
Studi Ergonomi Pada Penyiapan Lahan Sawah Lebak Menggunakan Alat Tradisional Tajak di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Indya Dewi; M. Faiz Syuaib; Tineke Mandang
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.702 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Traditional local farmers in South Kalimantan conventionally do the field preparation by using a traditional tool named “tajak”. This typical traditional tool is very appropriate for land preparation in marshland field which is enabling to cultivate without raising the pirit (FeS2) layer. However, it is quite difficult, hard and dangerous to operate tajak, and it’s difficult to learn by a novis operator as well. Therefore, ergonomics study will be beneficial to develop more convenient, safe and effective tajak.  The result of workload analysis revealed that tajak operation is an “extremey hard” workload, whichs the avarage of IRHR is 2.14.  The workload level of tajak operation is indicatively by workload intencity and swing elevation.  Regarding the Total energy cost per weight (TEC’) and hours of work (JOK), the tajak operation consumes  5.36 kcal/kg.hour and need 61.07 hour/ha in average.  Anthropometri and motion study analysed revealed that the dimentional suitability of tajak tool is strongly related to shoulders and waist heightly, arms length, and hands grips diameter.  Based on the result of tajak anthropometri and motion analyses, for better design of  tajak’s handle was recommended 75.70 cm. Keywords: tajak, marshland field, ergonomic, work load, motion analysis, anthropometri Abstrak "Tajak" adalah alat yang lazim digunakan untuk penyiapan lahanoleh umumnya petani padi rawa/lebak tradisional di Kalimantan Selatan. Alat ini sangat tepat dan sesuai untuk penyiapan lahan di area sawah lebak (rawa), di mana diperlukan suatu cara pengolahan dan penyiapan lahan yang tidak mengakibatkan naiknya lapisan pirit (FeS2) ke area perakaran tanaman. Cara penggunaan tajak relatif sulit, berat, dan berbahaya, bagi petani yang sudah berpengalaman sekalipun. Terlebih untuk para pemula, pengoperasian tajak sangat sulit dipelajari. Oleh karena itu, studi ergonomi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangan desain serta cara penggunaan tajak yang lebih aman, nyaman dan efektif. Hasil analisis beban kerja mengindikasikan bahwa pengoperasian tajak tergolong pekerjaan "luar biasa berat", dengan nilai IRHR rata-rata 2.14. Tingginya tingkat beban kerja (IRHR) tersebut sangat ditentukan oleh dua indikator kerja, yaitu intensitas dan tinggi ayunan tajak. Laju konsusmsi energi kerja tajak adalah 5.36 kkal/jam.kg-bb (kilokalori per jam per berat badan operator), sedangkan rata-rata kebutuhan waktu kerja efektif adalah 61.07 jam/ha. Analisis antropometri dan gerak mengindikasikan bahwa tinggi bahu, tinggi pinggang, panjang lengan dan diameter genggaman tangan merupakan parameter terpenting untuk kesesuaian dimensional tajak terhadap operator penggunanya. Sesuai dengan antropometri petani setempat, panjang tangkai tajak ideal yang direkomendasikan adalah 75.70 cm. Kata kunci: tajak, lahan sawah lebak, ergonomi, beban kerja, analisis gerak, antropometri Diterima; 08 April 2011 ; Disetujui: 09 Agustus 2011    
Kajian Penyimpanan Buah Naga (Hylocereus costaricensis) dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi Sutrisno .; Enggar Galih Mitayani Purwanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.465 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Modified atmosphere packaging (MAP) is an alternative technologies for foodstuff packaging, distribution and storage which resulting in products with an increased shelf-life. The principle of MAP is modifying the gas inside the packaging by using plastic or film with specific permeability. This technology will be tried to package dragon fruit (Hylocereus costaricensis) to prolong its shelf-life. The procedures are respiration rate measurement, determining O2 and CO2 composition of modified atmosphere packaging, and determining the type of packaging film. There are also observations made include the weight loss, hardness and color changes, total soluble solids, and organoleptic test. The result is respiration rate of dragon fruit at temperature 10°C, 15°C and ambient are 4.15ml/kg.hour CO₂ and 3.95 ml /kg.hour O₂,  9.94 ml/kg.hour CO₂ and  8.75 ml/kg.hour O₂,  16.72 ml/kg.hour CO₂ and  16.72 ml/kg.hour O₂. The composition of the atmosphere that recommended for storage of dragon fruit is 2-4% O₂ and 6-8% CO₂on 10°C and prolong the storage-life until 25 days with stretch film and styrofoam plate which dimension 12cm x 18cm. Keywords: modified, atmosphere, packaging, dragon fruit  Abstrak Kemasan Atmosfie Termodifikasi (Modified Atmosphere Packaging/MAP) adalah teknologi alternatif untuk pengemasan, distribusi, dan penyimpanan bahan pangan dalam rangka meningkatkan daya simpannya. Prinsip MAP adalah modifikasi komposisi gas di dalam kemasan dengan menggunaan plastik film dengan permibilitas tertentu. Teknologi ini dicoba untuk mengemas buah naga untuk memperpanjang umur simpannya. Prosedur penelitian diawali dengan pengukuran laju respirasi, penentuan komposisi gas O2 dan CO2 dari MAP, serta pemilihan jenis plastik pengemas yang sesuai. Pengukuran perubahan parameter mutu produk selama penyimpanan dilakukan terhadap susut bobot, kekerasan, perubahan warna, total padatan terlarut dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju respirasi buah dragon pada suhu 10oC, 15oC dan suhu ruang, masing-masing adalah 4.15 ml/kg.jam untuk CO2 dan 3.95 ml/kg.jam untuk O2, 9.94 ml/kg.jam untuk CO2 dan 8.75 ml/kg.jam untuk O2, serta 16.72 ml/kg.jam untuk CO2 dan 16.72 ml/kg.jam untuk O2. Komposisi gas yang direkomendasikan untuk kemasan MAP buah naga adalah 2-4 % O2 dan 6-8% CO2 pada 10oC yang akan dapat memperpanjang umur simpan sampai 25 hari, dengan menggunakan plastik stretch film dan cawan styrofoam berdimensi 12 cm x 18 cm. Kata kunci: MAP, umur simpan, buah naga, laju respirasi Diterima: 06 Mei 2011; Disetujui: 09 September 2011  
Experimental and Theoritical Analysis of Thermal Properties in Zephyr Bamboo Tali (Gigantochloa apus Kurz) Sri Mudiastuti; Armansyah H. Tambunan; Athur Simbolon
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (882.366 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Specific heat, thermal conductivity and thermal diffusivity of Bamboo panel are usable to support  the Programming of Design and Planning in the Structure of the Agricultural Building Construction. The Specific heat of Bamboo’s fiber, sheet and panel using the method of mixtures varied from 1.585-2.789 J/gr oC, with a mean value of 2.227 J/gr oC in the temperature difference range of  9 ± 0.1oC . It was found it will increase linearly with an increase in the sample temperature. Thermal conductivity values of Bamboo’s fiber based on the transient line heat source technique varied from 0.1035 x 10-3-0.1322 x10-3 J/ cm2 sec oC in the sample temperature 22 to 30 oC on thermal diffusivity of bamboo fiber in 22-30 oC was found to be 0.0823 x 10-3J/cm secoC.   The sorption Isotherm and the water activity in the bamboo’s panel is depend on the chemical composition, glue laminated, additive and the porosity. There are related with the absorbing of the water into the bounded water and the diffusivity of the water in and out the panel. The moisture equilibrium range are 7.89 to 19.22 percent in the control of the circumstances and 11 to 75 % of  the environment.relative humidity. Keywords: bamboo zephyr, thermal properties, sorption isothermal Abstrak Kapasitas panas jenis, konduktivitas dan difusivitas ernal panel bambu dapat digunakan untuk mendukung Program Desain dan Perencanaan pada Struktur Bangunan dan Gedung dibidang pertanian. Kapasitas panas jenis, pada panel dan papan sera bambu dengan menggunakan metode campuran bervariasi 1,585-2,789 /gr J 0C, dengan nilai rata-rata 2,227 J/gr 0C pada rentang perbedaan suhu 9 ± 0.1 0C. Ditemukan akan serat bambu yang berbasis pada teknik pemanasan transient bervariasi dari 0,1035 x 10-3-0.1322 x 10-3 J/cm2 0C det pada suhu sampel 22-30 OC pada difusivitas termal serat bambu di 22-30 0C ditemukan menjadi 0,0823 x 10-3 J/cm secoC. Penyerapan secara isotermis dan kegiatan aktifitas air pada panel bambu, tergantung pada komposisi kimia, bahan perekat laminasi, aditif dan porositas. Mempunyai kaitan dengan penyerapan air. ke dalam air terikat difusivitas air yang masuk dan keluar panel. Nilai rentang dari keseimbangan kelembaban adalah 7,89 sampai 19,22 persen dalam pengendalian kondisi lingkungan dari 11 sampai 75% dari kelembaban lingkungan. Kata Kunci: Bambu angin sepoi-sepoi, sifat termal, Penyerapan Isotermal Diterima: 13 April 2011; Disetujui: 29 Agustus 2011  
Analisis Pra-Investasi untuk Komersialisasi Alat Pemerah Susu Sapi Semi Otomatis Tipe Engkol di Provinsi Jawa Barat Setyo Pertiwi; Dewi Purnama
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.734 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract An effort to improve the productivity of dairy cattle industry, especially small holders, has been made by designing semi automatic dairy cattle milking machine. Prototype of the machine has also been tested and the result was satisfying.  However there is still no effort that has been made to produce the machine commercially. This research is aimed to carry out a pre-investment analysis for commercializing semi automatic dairy cattle milking machine in West Java Province which covers need analysis, functional and operational design of workshop, and financial feasibility analysis of the business. The results indicate that under the given conditions and assumptions the business of producing semi automatic dairy cattle milking machine is technically as well as financially feasible.  It requires initial investment of Rp. 37,226,400, annual fixed cost of Rp. 88,323, 915 and variable cost of Rp. 289,221,112 yearly. For 15 years project’ period, interest rate of 15% and selling price of Rp. 7,416,065 per unit the business results to an NPV of Rp. 144,242,044 and IRR of 101%. Without selling price increase, the financial feasibility can be maintained on the raw material price increase up to 10% and the wage increase up to 14%. Keywords: Pre-investmemnt analysis, business feasbility, milking machine, commercialization of design Abstrak Usaha untuk meningkatkan produktivitas industri susu sapi perah, khususnya pada skala kecil, telah dilakukan melalui rancang bangun alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol. Kinerja prototipe dari alat tersebut juga telah diuji dengan hasil yang memuaskan. Namun demikian sampai saat ini belum ada upaya untuk memproduksi alat tersebut secara komersial.  Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pra-investasi untuk komersialisasi alat pemerah susu sapi semi otomatis tipe engkol, meliputi analisis kebutuhan, analisis rancangan usaha produksi serta analisis tingkat kelayakan finansial usaha produksi alat pemerah susu sapi tersebut di wilayah Jawa Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan kondisi dan sumsi yang diberikan usaha produksi alat pemerah susu sapi semi otomatis layak secara teknis maupun finansial. Usaha tersebut membutuhkan investasi awal sebesar Rp. 37,226,400, biaya tetap per tahun Rp. 88,323, 915 dan biaya variabel sebesar Rp. 289,221,112 per tahun.  Pada jangka waktu proyek 15 tahun, tingkat bunga bank 15% dan  harga jual alat sebesar Rp. 7,416,065 usaha produksi alat pemerah susu sapi semi otomatis memberikan nilai manfaat (NPV) sebesar Rp. 144,242,044 serta IRR sebesar 101%. Tanpa kenaikan harga jual, kelayakan finansial masih dapat dipertahankan sampai dengan kenaikan biaya bahan baku sebesar 10% dan kenaikan biaya pengerjaan sebesar 14%. Kata Kunci: analisis pra-investasi, kelayakan usaha, alat pemerah susu, komersialisasi rancangan Diterima: 22 Maret 2011 ; Disetujui: 27 Juli 2011
Kajian Rekayasa Proses Penggorengan Hampa dan Kelayakan Usaha Produksi Keripik Pisang Ruri Wijayanti; I Wayan Budiastra; Rokhani Hasbullah
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.708 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Vacuum frying is a new technology that can be used to improve quality attributes of fried food because of low temperatures process. The objectives of this study is to assess the effects of oil temperatures and exposure time of frying on physic-chemical and organoleptic properties of banana chips to get a better guality products, to determine packaging material that can extend shelf life of banana chips, to predict shelf life of banana chips using the method of acceleration and to calculate production costs and the business feasibility of vacuum fried banana chips. The quality parameters tested include water content, fat content, colour, thickness and organoleptic test. Banana chips were fried in oils with temperature of 60, 70, 80, and 90°C and time of frying 30, 45, 60 and 75 minutes. The result showed that the temperature and frying time is significantly influence the quality and characteristics of the products. The best quality of banana chips obtained at frying temperature of 80°C for 60 minutes. Aluminum foil can maintain the shelf life of banana chips for 115 days of storage, while the PP is only for 70.6 days of storage based on water content parameter. Banana chips business eligible to run if production capacity is 4 kg or more. Keywords: banana, vacuum fryer, self life, the feasibility Abstrak Penggorengan vakum adalah sebuah teknologi baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas makanan gorengan (keripik) dengan proses suhu rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh suhu minyak dan waktu penggorengan terhadap sifat fisiko-kimia dan organoleptik keripik pisang sehingga didapatkan produk dengan kualitas terbaik, menentukan jenis kemasan yang dapat memperpanjang umur simpan keripik pisang, untuk menduga umur simpan keripik pisang dengan menggunakan metode akselerasi dan menghitung biaya produksi dan kelayakan usaha keripik pisang dengan penggorengan vakum. Parameter kualitas yang diuji meliputi kadar air, kadar lemak, warna, ketebalan dan uji organoleptik. Keripik pisang digoreng dalam minyak dengan suhu 60, 70 80, dan 90 ° C dan waktu penggorengan 30, 45, 60 dan 75 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu penggorengan secara signifikan mempengaruhi kualitas dan karakteristik produk. Kualitas terbaik dari keripik pisang diperoleh pada suhu penggorengan 80 ˚ C selama 60 menit. Aluminium foil dapat mempertahankan umur simpan keripik pisang selama 115 hari penyimpanan, sedangkan PP hanya 70,6 hari penyimpanan berdasarkan parameter kadar air. Bisnis keripik pisang  memenuhi syarat untuk dijalankan jika kapasitas produksinya 4 kg atau lebih. Kata Kunci: Pisang, penggorengan vakum, umur simpan, kelayakan usahaDiterima: 27 Mei 2011 ; Disetujui: 16 September 2011
Konsep Ecohouse pada Rumah Baduy Dalam Meiske Widyarti; Budi Indra Setiawan; Hadi Susilo Arifin; Arief Sabdo Yuwono
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.222 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Environment quality is worsening every year; building’s sector contributes 66 % of fossil fuels   pollution sources. Ways in building constructions needs to be changed in more environmental friendly manner. Today, in spite of new technological advances in techniques and materials, buildings are continuously being built but lack of climatic consideration. Indigenous people, such as the Inner Baduy community, from longstanding experience have developed systems as their local wisdoms adapting to its environment and buildings in a sustainable manner. The aim of this study is to emphasize the importance of traditional knowledge in terms of providing environmental friendly buildings and the existence of documentation as a knowledge base of an Indonesian traditional settlement in a hot humid climate’s mode. The study results are reconstructions on, building design will be presented in technical drawings and drawn with Sketch up computer program. Keywords: Baduy, design, ecohouse, local wisdom Abstrak Sektor bangunan menyumbang 66% dari sumber polusi bahan bakar fosil yang akan berdampak pada memburuknya kualitas lingkungan. Teknik konstruksi bangunan perlu diubah dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Meskipun kemajuan dalam teknologi pembangunan berkembang pesat, dan  bangunan yang terus menerus dibangun  akan tetapi dalam penggunaan teknik dan material bangunan tidak mempertimbangkan kerusakan iklim yang ditimbulkan. Masyarakat adat, seperti masyarakat Baduy Dalam telah berpengalaman sejak lama dalam konservasi lingkungan yang dilaksanakan sebagai kearifan lokal mereka termasuk dalam pembangunan konstruksi rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengevaluasi dan mendapatkan  pengetahuan dalam bangunan tradisional dan 2) Mendokumentasikan konsep bangunan tradisional Indonesia sebagai dasar dalam pembangunan pada  wilayah beriklim panas lembab. Hasil penelitian ini bangunan di Baduy Dalam merupakan bangunan yang berkelanjutan. Bangunan ini direkonstruksi dan disajikan dalam gambar teknik yang digambar dengan program komputer Sketchup 2008. Kata Kunci: Baduy Dalam, konstruksi eco-house, kearifan lokal Diterima: 21 April 2011; Disetujui: 16 Agustus 2011 

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 4 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 3 (2022): Desember 2022 Vol. 10 No. 2 (2022): Agustus 2022 Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022 Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 7 No. 3 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 2 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 1 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 3 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 1 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 1 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 1 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 2 (2015): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 27 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 1 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 2 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 2 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 2 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 4 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 3 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 2 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 1 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 3 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 2 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 1 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 3 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 1 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 2 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 1 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 16 No. 1 (2002): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 2 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 1 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 3 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 2 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 1 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (1997): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 6 No. 1 (1992): Buletin Ketenikan Pertanian More Issue