cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN" : 14 Documents clear
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN YANG BERASOSIASI DENGAN PENYAKIT MATI PUCUK PADA BIBIT JABON Aisah, Ai Rosah; Soekarno, Bonny P.W.; Achmad, Achmad
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3847.029 KB)

Abstract

ABSTRACTDieback diseases are often found attacking jabon seedlings in the nursery and potentially lead to seedling deaths. This study was aimed to obtain and identify the fungal isolates associated with dieback disease of jabon seedlingsand determine the causative pathogens of dieback diseases. 25 fungal were isolated from diseased seedlings,consisted of Botryodiplodia spp., Fusarium spp., Colletotrichum sp., Curvularia sp., Pestalotiopsis sp., and sterilemycelia. The suspected fungus as the cause of dieback diseases on jabon seedlings were Botryodiplodia spp.ABSTRAKPenyakit yang sering ditemui menyerang bibit jabon di areal persemaian dan berpotensi menyebabkan kematian terhadap bibit adalah mati pucuk. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengidentifikasi isolat cendawanyang berasosiasi dengan penyakit mati pucuk pada bibit jabon serta menentukan patogen penyebab mati pucuktersebut. Jumlah isolat yang diperoleh dari isolasi tanaman sakit yaitu sebanyak 25 isolat cendawan, terdiri dariBotryodiplodia spp., Fusarium spp., Colletotrichum sp., Curvularia sp., Pestalotiopsis sp., dan miselium steril.Cendawan yang diduga sebagai penyebab mati pucuk pada bibit jabon adalah Botryodiplodia spp.
TINGKAT PEMANFAATAN TUMBUHAN PENGHASIL WARNA PADA USAHA TENUN IKAT DI KABUPATEN SUMBA TIMUR Mariana Takandjandji, Murniati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2956.206 KB)

Abstract

ABSTRACTEast Sumba cloth woven is colored using natural dye from plants. This study aimed to (1) identify plant producingnatural dye in East Sumba, (2) its utilization level, and (3) its availability in nature. The research was conducted atfour villages in 2013 and 2014 by using interview and focused group discussion with cloth woven handcrafter andalso field observation. Five plant species namely Indigofera tinctoria L., Morinda citrifolia L., Symplocos sp.,Aleurites moluccana (L.) Willd. and Erythrina sp. were used as dye material, binder, color preservatives and fabricsoftener. All plants were collected directly from nature, therefore the potency of these species were not yet available.Utilization level of I. tinctoria and M. citrifolia biomass as primary dye source were 49.3 and 246.7 ton per year,respectively. Whereas, utilization level of Symplocos sp. and A. moluccana as binder, color preservatives and fabricsoftener were each 246.7 and 49.3 ton per year. Cultivation of dye-producing plant and introduction of alternativedyes should be carried to meet the increasing demand of dyes.ABSTRAKPembuatan kain tenun ikat Sumba Timur sampai saat ini menggunakan pewarna alam yang dihasilkan daritumbuhan. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan pewarna yang digunakan di SumbaTimur, (2) tingkat pemanfaatan, serta (3) ketersediaan di alam dan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang terusmeningkat. Penelitian dilakukan di empat kelurahan/desa pada tahun 2013 dan 2014 melalui metode wawancara dandiskusi kelompok terarah dengan pengrajin serta pengamatan di lapangan. Terdapat lima jenis tumbuhan yangdigunakan pengrajin sebagai sumber, pengikat dan pengawet warna serta pelembut kain yaitu nila (Indigoferatinctoria L.), mengkudu (Morinda citrifolia L.), loba (Symplocos sp.), kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) dandadap (Erytrina sp.). Kelima jenis tumbuhan tersebut dipungut langsung dari alam, tetapi data potensi jenis-jenistersebut tidak tersedia. Tingkat pemanfaatan biomassa nila dan mengkudu sebagai sumber pewarna utama adalah49,3 dan 246,7 ton per tahun. Sedangkan tingkat pemanfaatan loba dan kemiri sebagai bahan pengikat dan pengawetwarna serta pelembut kain adalah 246,7 dan 49,3 ton per tahun. Kebutuhan biomassa tumbuhan penghasil warnayang terus meningkat perlu diimbangi dengan upaya budidaya jenis-jenis tersebut dan pengenalan serta penggunaanjenis-jenis pewarna alternatif.
IRADIASI SINAR GAMMA ( Co) UNTUK MENINGKATKAN PERKECAMBAHAN 60 DAN PERTUMBUHAN BIBIT TEMBESU ( Roxb.)Fagraea fragran Zanzibar, Muhammad; Megawati, Megawati; Pujiastuti, Endang; Sudrajat, Dede J.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1998.301 KB)

Abstract

ABSTRACTLow dose gamma irradiation has been applied to improve seed germination and seedling growth for many agricultural crops, but the technique is still limited to be used on tree species. The purposes of this research was (1) tostudy the effect of seed irradiation and storage periods on the germination of tembesu seed, and (2) to determine theeffect of seed irradiation to the seedlings growth. The first experiment was designed in Completely RandomizedDesign (CRD) in a factorial with two factors, i.e. irradiation doses and storage periods. The second experiment usedthe Completely Randomized Design with the treatment of irradiation doses. The results showed that for increasingseed storability, the fresh seeds can be radiated by dose maximum 120 Gy. The best height and diameter seedlinggrowth obtained at dose 30 Gy, it was confirmed by seedling growth enhancement up to 205.84% of height and133.33% of diameter. The irradiation at doses 30 Gy can improve seedling quality of tembesu. ABSTRAKIradiasi sinar gamma dengan dosis rendah telah banyak digunakan untuk memperbaiki perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit untuk banyak tanaman pertanian, namun teknik ini masih terbatas untuk diaplikasikan pada jenis- jenis tanaman hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mempelajari pengaruh iradiasi benih dan periode simpan terhadap perkecambahan benih tembesu, serta (2) mengetahui pengaruh iradiasi benih segar terhadap pertumbuhan bibit tembesu. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor, yaitu faktor iradiasi dan faktor periode simpan. Percobaan kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan dosis iradiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan daya simpan, benih segar dapat diradiasi dengan dosis maksimal 120 Gy. Hasil iradiasi terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit jenis tembesu dicapai pada dosis 30 Gy, dimana perlakuan ini dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar205,84% dan diameter sebesar 133,33%. Iradiasi sinar gamma 30 Gy dapat meningkatkan kualitas bibit jenis tembesu.
PENGEMBANGAN METODE PENILAIAN KESEHATAN HUTAN RAKYAT SENGON ( (Miq.) Barneby & J.W. Grimes)
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.781 KB)

Abstract

ABSTRACTCriteria and indicators (C&I) of forest ecosystem health in Sustainable Forest Management (SFM) were developed for natural and plantation forests, while its implementation for community forest is not applied yet. The objective ofthis research was to develop a method for assessment of the health status of sengon ( (Miq.) Falcataria moluccanaBarneby & J.W. Grimes) community forests based on ecological indicators of forest ecosystem health. Study wasperformed using Forest Health Management (FHM) cluster-plot in monoculture sengon community forests atLampung Province. The results showed that the rate of forest health in sengon community forest could be assessedusing FHM method with priority indicators were productivity, site quality, and vitality. Method development forforest health assessment in sengon community forest can use weighted values and score value from each of thepriority indicator.ABSTRAKKriteria dan indikator, khususnya kesehatan hutan untuk Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) baru dikembangkan terhadap hutan alam dan hutan tanaman; sedangkan untuk hutan rakyat belum dikembangkan. Penelitian inibertujuan untuk mengembangkan metode penilaian kesehatan hutan rakyat sengon ( (Miq.) Falcataria moluccanaBarneby & J.W. Grimes) berbasis indikator-indikator ekologis kesehatan hutan. Studi kasus ini dilakukan padaklaster plot Forest Health Management (FHM) hutan rakyat monokultur sengon di Wilayah Provinsi Lampung.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan hutan rakyat sengon dapat dinilai dengan menggunakan metode FHM dengan indikator prioritas adalah produktivitas, kualitas tapak, dan vitalitas. Dalam pengembanganmetode penilaian kesehatan hutan rakyat sengon dapat menggunakan nilai tertimbang dan nilai skor dari masingmasingindikatorprioritastersebut.
HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI DENGAN PRODUKSI BUAH DAN BENIH SURIAN ( (A. Juss.) M. Roem.) DI HUTAN RAKYAT Cecep Kusmana, Agus A. Pramono Iskandar Z. Siregar , Endah R. Palupi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.737 KB)

Abstract

ABSTRACTOn-farm trees become important sources for forest tree seeds distribution. Therefore, it is necessary to understand the effects of different land management of on-farm trees on seed production. This study was aimed to determine thenutrient status of the soil and leaf on the various types of agroforestry in small holder forests in West Java, and theireffect 5 on seed production. The study was conducted in eight square plots (50 x 50 m) of different planting patterns.The nutrient contents of the soil, and leaf in three samples of each plot were analyzed. The number of panicles perplant, flowers per panicle, fruits per panicle, and seeds per fruit were counted from 4 trees of each plot. The resultsshowed that the P, K, Mg, and organic C concentration in leaves significantly varied among agroforestry patterns.Leaf N concentration was not significantly different among plots, and its availability was not a limiting factor for theseed production. Leaf Ca and Mg concentrations positively correlated with the number of panicles per plant. Ca positively affected the number of panicles per tree, while K negatively affected the number of fruits and P negativelyaffected the seed production. The highest yield of fruit and seed were recorded on surian monoculture plantation with intercropping or on mixed garden with intercropping.ABSTRAKPohon-pohon pada lahan milik petani telah menjadi pemasok penting dalam peredaran benih tanaman hutan. Oleh karena itu, perlu difahami pengaruh dari perbedaan pengelolaan hutan pada lahan petani terhadap produksi benih.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status nutrisi tanah dan daun pada berbagai pola agroforestri dihutan rakyat di Jawa Barat, dan pengaruhnya terhadap produksi benih. Penelitian ini dilakukan pada delapan plotberbentuk bujur sangkar (50 x 50 m) dari beberapa pola tanam yang berbeda. Analisis konsentrasi hara tanah dandaun dilakukan pada tiga sampel dari setiap petak. Jumlah malai per pohon, bunga per malai, buah per malai, danbenih per buah dihitung pada 4 pohon dari masing-masing plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasiunsur hara P, K, Mg, dan C pada daun bervariasi secara nyata di antara pola agroforestri. Konsentrasi N pada dauntidak berbeda nyata antar plot, dan ketersediaannya bukan merupakan faktor pembatas untuk produksi benih.Konsentrasi Ca berpengaruh positif terhadap jumlah malai per pohon dan jumlah bunga per malai. Konsentrasi Mgberkorelasi positif terhadap jumlah bunga per malai. K berpengaruh negatif terhadap produksi buah, dan Pberpengaruh negatif terhadap produksi benih. Produksi buah dan benih tertinggi diperoleh pada tegakan surian yang ditanam monokultur dengan tumpangsari tanaman semusim atau kebun campuran yang di tumpangsarikan dengantanaman semusim.
ESTIMASI NILAI EKSTERNALITAS KONVERSI HUTAN MANGROVE MENJADI PERTAMBAKAN DI DELTA MAHAKAM KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Setyo Pertiwi, Yunianto Setiawan Dietriech G. Bengen , Cecep Kusmana
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.386 KB)

Abstract

ABSTRACTBenefit decreation of mangrove ecosystem is directly or indirectly caused by conversion of mangrove forest intoponds. Sylvofishery system was performed to rehabilitate the ecosystem. This study aimed to estimate the externalityvalues of mangrove areas converted to ponds in the Mahakam Delta and to conduct financial analysis of traditionalextensive system as well as sylvofishery system. The study concluded that the lost benefit value was up to Rp209,688,551,071/year from 75,311 ha converted mangrove forests to ponds. Traditional extensive pond system hadnegative BCR value, whereas the sylvofishery had positive BCR value; meaning that sylvofishery system wasprofitable and feasible.ABSTRAKPenurunan manfaat dari ekosistem mangrove baik secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh konversihutan mangrove menjadi tambak. Untuk mengembalikan kondisi lingkungan, pemerintah melakukan rehabilitasitambak dengan menerapkan sistem tambak wanamina/ . Penelitian ini bertujuan mengestimasi nilai sylvofisheryeksternalitas kawasan mangrove yang dikonversi menjadi tambak di Delta Mahakam dan menghitung analisis usahabudidaya tambak dengan sistem ekstensif-tradisional serta sistem wanamina. Hasil penelitian menunjukkan nilaimanfaat yang hilang mencapai Rp 209.688.551.071 per tahun dari hutan mangrove yang telah dikonversi menjaditambak seluas 75.311 hektar. Nilai BCR tambak sistem ekstensif-tradisional menunjukan nilai negatif dan tambaksistem wanamina bernilai positif artinya bahwa pemanfaatan tambak dengan sistem wanamina akan mendatangkankeuntungan dan layak dilaksanakan pada saat ini.
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAMBANG LANANG ( L.) Michelia champaca TERHADAP CEKAMAN Nina Mindawati, Yulianti Bramasto Evayusvita Rustam , Megawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.765 KB)

Abstract

ABSTRACTClimate change has caused some part of land in Indonesia become waterlogged or drought. One approach ofmitigation is to find out adaptive species in such condition. However the knowledge about growth capability ofbambang lanang in waterlogged or drought stress is very limited. The objective of this research was to know thegrowth responses of bambang lanang seedlings on waterlogged or drought stress. Research design used wasFactorial in Randomized Complete Design. The results showed that seedling of bambang lanang until four weeks oldwas sensitive to drought or waterlogged treatment, as confirmed by IS for diameter response and survival rate of1.089–1.155 and 1.318, respectively. In general tolerant mechanism for stress condition is not been visible at theseedling level until four weeks old.ABSTRAKPerubahan iklim menyebabkan sebagian lahan di Indonesia menjadi tergenang ataupun kekeringan. Salah satubentuk mitigasi yang dapat dilakukan adalah mengetahui jenis-jenis tanaman yang mampu tumbuh pada kondisicekaman tergenang atau kekeringan. Informasi tentang kemampuan tumbuh bambang lanang pada berbagai kondisicekaman masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit bambang lanangpada kondisi cekaman tergenang dan kekeringan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorialdalam acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit bambang lanang sampai umur empat minggu, pekaterhadap perlakuan kekeringan ataupun genangan. Kematian pada bibit terlihat dari nilai indeks sensitivitas untukrespon diameter (IS = 1,089–1,155) dan persen tumbuh (IS = 1,318). Secara umum mekanisme toleran terhadapcekaman belum terlihat pada tingkat bibit sampai umur empat minggu.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN YANG BERASOSIASI DENGAN PENYAKIT MATI PUCUK PADA BIBIT JABON Ai Rosah Aisah; Bonny P.W. Soekarno; Achmad Achmad
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3847.029 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.3.153-163

Abstract

Penyakit yang sering ditemui menyerang bibit jabon di areal persemaian dan berpotensi menyebabkan kematian terhadap bibit adalah mati pucuk. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengidentifikasi isolat cendawan yang berasosiasi dengan penyakit mati pucuk pada bibit jabon serta menentukan patogen penyebab mati pucuktersebut. Jumlah isolat yang diperoleh dari isolasi tanaman sakit yaitu sebanyak 25 isolat cendawan, terdiri dari Botryodiplodia spp., Fusarium spp., Colletotrichum sp., Curvularia sp., Pestalotiopsis sp., dan miselium steril. Cendawan yang diduga sebagai penyebab mati pucuk pada bibit jabon adalah Botryodiplodia spp.
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAMBANG LANANG ( L.) Michelia champaca TERHADAP CEKAMAN Yulianti Bramasto; Evayusvita Rustam; Megawati Megawati; Nina Mindawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.765 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.3.211-221

Abstract

Perubahan iklim menyebabkan sebagian lahan di Indonesia menjadi tergenang ataupun kekeringan. Salah satu bentuk mitigasi yang dapat dilakukan adalah mengetahui jenis-jenis tanaman yang mampu tumbuh pada kondisi cekaman tergenang atau kekeringan. Informasi tentang kemampuan tumbuh bambang lanang pada berbagai kondisi cekaman masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit bambang lanang pada kondisi cekaman tergenang dan kekeringan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial dalam acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit bambang lanang sampai umur empat minggu, peka terhadap perlakuan kekeringan ataupun genangan. Kematian pada bibit terlihat dari nilai indeks sensitivitas untuk respon diameter (IS = 1,089–1,155) dan persen tumbuh (IS = 1,318). Secara umum mekanisme toleran terhadap cekaman belum terlihat pada tingkat bibit sampai umur empat minggu.
IRADIASI SINAR GAMMA ( Co) UNTUK MENINGKATKAN PERKECAMBAHAN 60 DAN PERTUMBUHAN BIBIT TEMBESU ( Roxb.)Fagraea fragran Muhammad Zanzibar; Megawati Megawati; Endang Pujiastuti; Dede J. Sudrajat
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1998.301 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.3.165-174

Abstract

Iradiasi sinar gamma dengan dosis rendah telah banyak digunakan untuk memperbaiki perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit untuk banyak tanaman pertanian, namun teknik ini masih terbatas untuk diaplikasikan pada jenis- jenis tanaman hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mempelajari pengaruh iradiasi benih dan periode simpan terhadap perkecambahan benih tembesu, serta (2) mengetahui pengaruh iradiasi benih segar terhadap pertumbuhan bibit tembesu. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor, yaitu faktor iradiasi dan faktor periode simpan. Percobaan kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan dosis iradiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan daya simpan, benih segar dapat diradiasi dengan dosis maksimal 120 Gy. Hasil iradiasi terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit jenis tembesu dicapai pada dosis 30 Gy, dimana perlakuan ini dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 205,84% dan diameter sebesar 133,33%. Iradiasi sinar gamma 30 Gy dapat meningkatkan kualitas bibit jenis tembesu.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue