cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue " Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005" : 13 Documents clear
KAJIAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cotonii) DENGAN SISTEM DAN MUSIM TANAM YANG BERBEDA DI KABUPATEN BANGKEP SULAWESI TENGAH Amin, Muh.; Rumayar, T. P.; N.F., Femmi; Kemur, D.; Suwitra, IK
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The assessment was conducted in Apal Village, Bangkep Regency since March to November 2002. It aimedat determine seaweed growing practice and planting season suitable with the local waters, applicable, and enable toimprove fisheries’ income. In addition, it was intended to create employment and to explore coastal resourcesoptimally. The assessment was carried out using a randomized split block design with three treatments, namelycontrol (T0), usual planting rows (T1), and three furrow planting rows (T2), and each of five replications. Plantingwas carried out in four planting seasons representing those of west to east (BT), east (T), east to west (TB), and west(W) and were subsequently on April, June, August, and October 2002. Average weight of seaweed of T2 treatmentduring 50 days of growing showed highest yields. In the same planting season, T0 and T2 were not differentsignificantly. Among the planting seasons, the highest average weights were found for planting on October-November2002 for all treatments. The highest productions the seaweed planted on October 2002, namely 55.09, 52.99, and55.09 kilograms for T0, T1, and T2, respectively. The yields attained were 2.20, 2.12, and 2.20 kg/m2 for T0, T1, andT2, respectively. Highest daily growth rates were achieved during October-November 2002 planting season, namelyT0 (4.4%), T1 (4.7%), and T2 (4.7%). Return to costs ratios of each treatment were 2.3 (T2), 2.2 (T0), and T1.Key words: growing practice, planting season, Eucheuma cotonii.Pengkajian dilaksanakan di Desa Apal Kabupaten Bangkep dari bulan Maret-November 2002, bertujuanuntuk mendapatkan informasi sistem dan waktu tanam rumput laut yang sesuai dengan perairan setempat, mudahdilakukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani-nelayan. Di samping itu membuka peluang kesempatan kerjadan berusaha yang kondusif serta dapat memanfaatkan sumberdaya pesisir secara optimal. Rancangan penelitian yangdigunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga perlakuan, yaitu kontrol (T0), jalur tanam biasa(T1), dan jalur tanam legowo tiga (T2) dengan masing-masing lima ulangan. Penanaman dilakukan empat kali musimtanam yang masing-masing mewakili peralihan musim barat ke musim timur (BT), musim timur (T), peralihan darimusim timur ke musim barat (TB), dan musim barat (B) yang secara berurutan jatuh pada bulan April, Juni, Agustus,dan Oktober tahun 2002. Hasil pengamatan rata-rata bobot akhir rumput laut selama 50 hari pemeliharaanmenunjukkan bahwa sistem legowo tiga pada hampir semua musim tanam masih memberikan hasil terbaik. Untukwaktu tanam, sistem tanam tali rentang dan legowo tiga tidak berpengaruh terhadap waktu tanam yang sama.Sedangkan untuk masing-masing waktu tanam, bobot akhir rata-rata tertinggi diperoleh pada periode penanamanOktober - November untuk setiap perlakuan. Untuk semua sistem tanam, produksi terbesar diperoleh pada musimtanam Oktober, masing-masing 55,09 kg pada sistem tanam tali rentang maupun legowo tiga, dan 52,99 kg pada jalurbiasa. Sedangkan untuk produktivas, masing-masing 2,20 kg/m2 untuk sistem tali rentang maupun sistem legowotiga, dan 2,12 kg/m2 untuk sistem jalur biasa. Pada laju pertumbuhan harian, periode penamanan Oktober - Novembermemperlihatkan hasil yang terbaik pada masing-masing teknologi yaitu 4,4 persen pada sistem tali rentang, 4,7 persenpada sistem tanam biasa, dan 4,7 persen pada sistem tanam legowo tiga. Untuk analisis usahatani, pendapatan bersihtertinggi diperoleh pada perlakuan sistem tanam jalur legowo tiga dengan R/C ratio 2,3, diikuti dengan tali rentangR/C ratio 2,2 dan sistem jalur biasa R/C ratio 1,6.Kata kunci : sistem tanam, waktu tanam, rumput laut
USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS CUPANG (Betta splenders) DI KABUPATEN SERANG Diani, Susanti; , Mustahal; Sunyoto, Pramu
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The fighting fish (Betta splenders) is one of ornamental fish with high economic value. The price of malefish is about Rp 5,000 to Rp 1,000,000 per fish. Demand for the fish in Serang Regency is satisfied by the fish raisersfrom other regencies. Seedling technique for the fighting fish is available at the Fresh Water Fisheries ResearchInstitute and the hobbyists but the fighting fish raisers in Serang Regency still rely on natural stocks for live feedsupply. The assessment aimed at applying and disseminating seedling technique for the fighting fish, and improvingfish raisers in Serang Regency. Assessment was conducted on January to December 2002 with nine cooperatingfarmers classified into three groups. Nine pairs of the fighting fish parent stocks of Serit type were spawned in nineaquaria of 20 x 20 x 25 cm3 . There were three treatments with three replications, namely (A) male fish was separatedafter spawning, (B) male fish was separated after the larvae were three days old, and (C) male fish was separated afterthe larvae were seven days old. The larvae were fed with Moina sp until 14 days old, fed with Moina sp and Daphniasp for 14-30 days old, and fed with Daphnia sp and the mosquito larvae of Chironomus sp for 30-45 days old. Totalegg produced varied from 408-815 eggs per female parent. Fertilization rates were 80.5-94.5 percent and hatchingrates were 74.5-95.8 percent. Egg incubation periods were 25-31 hours. Survival rates of B treatment in 14 and 45days old were each of 87.5 and 87 percent, while those C treatment were each of 82.0and 81.5 percent, and those Atreatment were each of 81.5 and 80.0 percent. Profit earned from fighting fish breeding was Rp 3,390,000 perspawning period of 1.5 months.Keywords: Betta splenders, seedling, separation of male fish, survival rate, proitabilityIkan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu jenis ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggidan banyak terdapat di pasaran. Harga ikan cupang jantan berkisar Rp. 5.000,- - Rp. 1.000.000,- per ekor. DiKabupaten Serang kebutuhan ikan cupang masih dipenuhi dari berbagai daerah di luar Serang, seperti Tangerang,Bogor, Sukabumi, dan Jakarta. Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah potensial yang dapat dikembangkanuntuk usaha pembenihan ikan cupang. Teknologi pembenihan ikan cupang sudah tersedia di Balai Penelitian Ikan AirTawar maupun di pihak swasta, namun di Kabupaten Serang para petani ikan cupang untuk penyediaan jasad pakan(pakan hidup) masih tergantung dari alam. Dengan menerapkan sistem budidaya pakan hidup yang berkesinambunganpada usaha pembenihan ikan hias cupang di tingkat petani, maka akan mendukung keberhasilan produksi benih.Tujuan pengkajian adalah untuk menerapkan dan menyebarluaskan teknologi pembenihan ikan cupang danmeningkatkan pendapatan petani di Kabupaten Serang. Pengkajian dilakukan bulan Januari-Desember 2002 yangdilaksanakan secara partisipatif. Petani kooperator berjumlah sembilan orang yang dibentuk menjadi tiga kelompok.Induk cupang yang digunakan sembilan pasang adalah jenis “Serit” dan dipijahkan dalam sembilan akuariumberukuran 20x20x25 cm. Perlakuan yang diberikan adalah: A. Induk jantan diambil setelah pemijahan selesai. B.Induk jantan diambil setelah burayak berumur tiga hari. C. Induk jantan diambil setelah burayak berumur tujuh hari.Semua perlakuan diulang tiga kali. Pemeliharaan burayak sampai umur 14 hari diberi pakan Moina sp, umur 14-30hari di beri pakan Moina sp dan Daphnia sp, umur 30-45 hari diberi pakan Daphnia sp dan larva nyamuk Chironomussp. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jumlah telur berkisar 408-815 butir per ekor induk. Derajat pembuahanberkisar 80,5-94,5 persen, dan penetasan 74,5-95,8 persen. Masa inkubasi telur ialah 25-31 jam. Kelangsungan hidup293Usaha Pembenihan Ikan Hias Cupang (Betta splenders) di Kabupaten Serang (Susanti Diani, Mustahal, dan PramuSunyoto)benih pada umur 14 dan 45 hari pada perlakuan B mencapai 87,5 dan 87,0 persen jauh lebih baik bila dibandingkandengan perlakuan C yaitu 82,0 dan 81,5 persen dan perlakuan A. 81,5 dan 80,0 persen. Secara ekonomis keuntunganyang diperoleh dari usaha pembenihan ikan cupang cukup tinggi yaitu Rp. 3.390.000/1,5 bulan/periode pemijahan.Kata kunci : Betta splenders, pembenihan, pemisahan induk jantan, kelangsungan hidup, tingkat keuntungan
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL YANG BERPENGARUH TERHADAP ADOPSI INOVASI USAHA PERIKANAN LAUT DI DESA PANTAI SELATAN KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA , Subagiyo; , Rusidi; Sekarningsih, R.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study, conducted on August to November 2002, was intended to identify social factors affectingadoption of fisheries business innovation in the three coastal villages in Bantul Regency. Respondents of the studywere 20 boat-owners and 50 workers. The study applied survey method. Data was analyzed using descriptive statisticsand path analysis. Internal factors (individual characteristics, motivation, organizational involvement, impersonalcommunication, mass media exposures, cosmopolitan level), external factors (government policy, social system, andsocial norms), and fishermen’s perception on innovation (comparative advantage, compatibility, complexity, trialing,and observation) positively affected adoption of fisheries business innovation. Adoption was carried through agents ofchange. The social impact found was new business opportunity employing productive labor force which in turn it willimprove fishermen’s income.Key words: social factors, adoption, innovation, marine fisheries, BantulPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor sosial yang mempengaruhi adopsi inovasi usahaperikanan di desa pantai selatan Kabupaten Bantul, proses adopsi inovasi usaha perikanan serta dampak sosialnyaterhadap nelayan di desa kawasan pantai selatan Kabupaten Bantul. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustussampai dengan Nopember 2002 di tiga desa pantai selatan Kabupaten Bantul. Jumlah sampel sebanyak 70 respondenyang terdiri dari 20 responden nelayan pemilik dan 50 responden nelayan tekong/anak buah kapal. Penelitian inidilakukan dengan menggunakan survai. Untuk menganalisis data yang diperoleh digunakan analisis statistik deskriptifdan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal (karakteristik individu,motivasi, keterlibatan dalam organisasi, komunikasi impersonal, terpaan media massa, tingkat kosmopolitan), faktoreksternal (kebijakan pemerintah, sistem sosial dan norma-norma sosial), dan persepsi nelayan terhadap sifat-sifatinovasi (keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas) berpengaruh positif terhadapadopsi inovasi usaha perikanan. Proses adopsi inovasi usaha perikanan pada masyarakat desa pantai selatanKabupaten Bantul mengikuti pola umum dalam proses adopsi inovasi yaitu melalui agen-agen perubahan (nelayanyang sudah terlebih dahulu mengadopsi usaha perikanan). Dampak sosial yang terjadi adalah terbukanya peluangusaha baru sehingga terserapnya tenaga kerja usia produktif yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatanpara petani/nelayan.Kata kunci : faktor-faktor sosial, adopsi inovasi, perikanan laut, Bantul

Page 2 of 2 | Total Record : 13


Filter by Year

2005 2005


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue