cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 5 (2011)" : 12 Documents clear
Evaluasi Mikrobiologi dan Sifat Mekanik Kateter Penghisap yang Dipakai Ulang: Perbandingan antara Dua Prosedur Pemrosesan Elisa Elisa; S.H. Purwanto; A.T. Aman; Y. Pranoto; Kusmono Kusmono
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.882 KB) | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.328-34

Abstract

Latar belakang. Pemakaian ulang kateter penghisap telah biasa dilakukan di Indonesia, namun sejauh inibelum ada penelitian mengenai sterilitas dan keamanannya.Tujuan. Mengevaluasi sterilitas, sifat mekanik, dan permukaan serta kualitas matriks kateter penghisap yangdipakai ulang setelah diproses dengan dua jenis prosedur pengolahan yang berbeda.Metode. Kateter penghisap yang dipakai ulang setelah diproses dan disterilisasi menggunakan gas etilen oksida(EO), atau menggunakan sterilisasi pemanasan kering (kelompok B). Semua sampel dibersihkan dan didesinfeksidengan prosedur yang hampir sama. Kateter penghisap baru dipakai sebagai standar. Mikroba yang tumbuh padamedium kultur diidentifikasi. Semua sampel menjalani uji tarik dan kompresi. Analisis mikrostruktur dilakukandengan menggunakan mikroskop elektron (SEM) dan energi-dispersif spektroskopi sinar-X (EDX).Hasil. Kultur positif bakteri komensal pada 6 di antara 15 sampel pada kelompok A, dan 6 dari 17 sampelpada kelompok B. Terdapat perbedaan yang bermakna dari sifat mekanik sampel penelitian (p<0,05).Sampel dari kelompok A memiliki kekuatan yang paling rendah. Sampel dari kedua kelompok penelitianmengalami perubahan kelenturan dan keuletan dibanding standar. Analisis mikrostruktur menggunakanXPS dan EDX pada permukaan dalam ujung kateter penghisap yang dipakai ulang menunjukkan degradasikomponen matriks. Analisis SEM mendeteksi beberapa partikel tambahan dan rekahan. Analisis EDX padapartikel tambahan menunjukkan pengayaan sinyal na+ dan ca++. Secara keseluruhan, didapatkan tandakontaminasi serta kerusakan material.Kesimpulan. Kedua metode pengolahan ulang kateter penghisap memberikan hasil sterilitas yang sebanding.Sampel yang dipakai ulang mengalami penurunan kekuatan, menjadi lebih lentur, dan tidak ulet.Ditemukan tanda kontaminasi, perubahan sifat permukaan dan kerusakan matriks dari kateter penghisapyang dipakai ulang.
Pola Resistensi Salmonella Enterica Serotipe Typhi , Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Tahun 2006–2010 Anggraini Alam
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.296-301

Abstract

Latar belakang. Peningkatan kejadian resistensi Salmonella enterica serotype typhi (S. typhi) terhadap berbagaiantibiotik telah banyak dilaporkan. Tanpa mengenal pola kepekaan kuman tersebut di suatu rumah sakitakan menimbulkan peningkatan mortalitas dan morbiditas akibat S. typhi.Tujuan. Mengetahui pola kepekaan S. typhi terhadap kloramfenikol, ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol,seftriakson, sefotaksim, seftazidim, sefoperazon, meropenem, imipenem, dan siprofloksasin.Metode. Merupakan penelitian observasional deskriptif berdasarkan data rekam medis pasien didiagnosisdemam tifoid anak (0–14 tahun) sejak 1 Januari 2006 - 31 Desember 2010. Semua hasil kultur S. typhipositif dari darah, urin, feses, atau cairan serebrospinalis dilakukan uji kepekaan dan resistensi terhadapberbagai jenis antibiotik, dengan metoda difusi cakram (tahun 2006-2009) dan metoda v-tech radiometric(tahun 2010).Hasil. Kultur S. typhi ditemukan 15,8% dari seluruh spesimen dari 216 pasien demam tifoid. Selama tahun2006–2010, S. typhi menunjukkan sensitivitas yang baik terhadap berbagai jenis antibiotik. Antibiotik linipertama (kloramfenikol, ampisilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol) 92–100%, seftriakson, sefotaksim,dan sefoperazon 95,7%–100%, seftazidim 81,8%–100%, meropenem 100%, imipenem 94,7%–100%,serta siprofloksasin 100%.Kesimpulan. Sejak tahun 2006 sampai 2010 tidak terjadi peningkatan kejadian resistensi antibiotik dariS. typhi. Kloramfenikol, ampisilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol, masih menunjukkan sensitifitas yangtinggi sehingga dapat dipakai sebagai terapi lini pertama demam tifoid
Manfaat Terapi Pijat pada Konstipasi Kronis Anak Muzal Kadim; Bernie Endyarni
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.342-6

Abstract

Latar belakang. Konstipasi sering ditemukan pada anak dan menimbulkan masalah sosial maupun psikologi.Data menunjukkan 95% kasus konstipasi anak merupakan konstipasi fungsional. Penelitian memperlihatkandampak yang baik dari terapi pijat yang dihubungkan dengan berbagai kondisi dan penyakit pada anak.Tujuan. Melihat implikasi klinis terapi pijat terhadap pasien konstipasi kronis pada anak.Metode. Penelitian prospektif intervensional dilakukan dengan randomisasi dan menggunakan kontrol,terhadap kasus konstipasi berusia 2-14 tahun di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Kesehatan AnakRSUPN Cipto Mangunkusumo sejak bulan Februari hingga Juni 2006.Hasil. Jumlah subyek penelitian 16 orang terdiri dari 7/16 laki-laki dan 9/16 perempuan. Rerata umur subyek4,1 tahun (SB=+1,3). Frekuensi buang air besar (b.a.b) pasien konstipasi fungsional mengalami peningkatansetelah diberikan terapi pijat. Jumlah pasien yang mengalami kicipirit, dengan tinja keras berkurang lebihbanyak pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Jarak terlama antara b.a.b kelompokperlakuan mengalami penurunan yang lebih besar (6,7+3,2 hari menjadi 3,7+1,7 hari) dibandingkan kelompokkontrol (5,2+2,4 hari menjadi 3,3+1,0 hari). Lama waktu b.a.b kelompok perlakuan berkuranglebih banyak (21,2+18,2 menit menjadi 14,37+8,6 menit) dibandingkan kelompok kontrol (15,6+9,4 menitmenjadi 11,8+9,2 menit). Waktu yang dibutuhkan untuk terjadi perbaikan terhadap konstipasi kelompokperlakuan lebih singkat (29,2+24,9 hari) dibandingkan kelompok kontrol (32,2+20,8 hari).Kesimpulan. Terapi pijat dapat membantu mempercepat perbaikan konstipasi kronis fungsional
Pengaruh Obat Anti Epilepsi Terhadap Gangguan Daya Ingat pada Epilepsi Anak Mustarsid Mustarsid; Fadhilah Tia Nur; Shinta Riana Setiawati; Harsono Salimo
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.302-306

Abstract

Latar belakang. Epilepsi merupakan penyakit kronik yang dapat menurunkan kualitas hidup, di antaranyagangguan daya ingat.Tujuan. Mengetahui prevalensi gangguan daya ingat, serta pengaruh lama pengobatan, dan jumlah obatanti epilepsi.Metode. Penelitian potong lintang untuk mengetahui prevalensi gangguan daya ingat, serta pengaruh lamapengobatan, dan jumlah obat anti epilepsi terhadap gangguan daya ingat pada pasien epilepsi anak. Penelitinadilakukan di Poliklinik Neurologi Anak RSUD Dr Moewardi Surakarta dalam kurun waktu September2010 – November 2010, pada 50 subyek.Hasil. Gangguan daya ingat dialami 46% subyek di antara 50 subyek yang diteliti. Analisis bivariat mendapatkanpengaruh lama pengobatan lebih dari 2 tahun dengan OR 13,14 (CI 95% 3,29-2,47), jumlahobat anti epilepsi lebih dari satu obat dengan OR 0,6 (CI 95% 0,18-2,02). Analisis regresi logistik gandamendapatkan faktor yang mempengaruhi daya ingat adalah lama pengobatan lebih dari 2 tahun denganOR 17,3 (CI 95% 1,13- 279,17).Kesimpulan. Gangguan daya ingat dialami 46% pasien epilepsi anak. Lama pengobatan lebih dari duatahun berpengaruh terhadap terjadinya gangguan daya ingat pada pasien epilepsi anak.
Pengaruh Pemberian Madu pada Diare Akut Sofyan Cholid; Budi Santosa; Suhartono Suhartono
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.289-95

Abstract

Latar belakang. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia, tahun 2003 angka kesakitandiare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun, meningkatdibandingkan tahun 1996. Hasil studi laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidalyang dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic.Tujuan. Menilai dan membuktikan bahwa pemberian madu pada pasien diare akut akan mengurangifrekuensi diare, lama rawat, dan meningkatkan berat badanMetode. Randomized controlled trial tersamar tunggal pada 70 subyek diare akut dengan diare ringan sedang,yang dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok suplementasi madu dan kontrol.Hasil. Perbedaan frekuensi diare antara 2 kelompok terjadi pada hari ke-2 (IK95% -2,87;-0,22), hari ke-4(IK95% -1,52;-0,08) dan hari ke-5 (IK95% -0,99;-0,04), p<0,05. Rerata lama rawat diare cair akut padakelompok suplementasi madu 59,46 jam (±3,89), kelompok kontrol 71,20 jam (±3,89) dengan nilai p=0,036(IK95% -22,71;-0,77). Perawatan hari ke 3 kelompok suplementasi madu mengalami kesembuhan 50%,kelompok kontrol 25%. Proporsi kenaikan berat badan pada kelompok suplementasi 82,9% sedangkankelompok kontrol 80% dengan nilai p=0,947.Kesimpulan. Pemberian madu terbukti menurunkan frekuensi diare pada hari ke 2, 4, dan 5, memperpendeklama perawatan serta kesembuhan 50% yang terjadi di hari ke-3.Tidak terdapat perbedaan kenaikan beratbadan pada kedua kelompok.
Surveilan Pneumokokus dan Dampak Pneumonia pada Anak Balita Putu Siadi Purniti; Ida Bagus Subanada; I Komang Kari; BNP Arhana; Ida Sri Iswari; Ni Made Adi Tarini
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.359-64

Abstract

Latar belakang. Streptococcus pneumonia (SP) adalah penyebab utama meningitis, pneumonia, danbakteremia pada bayi dan anak. Mikroorganisme tersebut adalah penyebab utama kematian yang dapatdicegah dengan imunisasi pada anak usia di bawah lima tahun. Data tentang insiden invasive pneumococcaldisease (IPD) di Indonesia masih terbatas.Tujuan. Mengetahui dampak pneumonia dan IPD pada populasi target di Rumah Sakit Umum PusatSanglah Denpasar, Bali, Indonesia.Metode. Surveilan aktif berbasis rumah sakit, prospektif selama satu tahun pada anak usia 28 hari sampai 60bulan. Seluruh anak yang tinggal dalam area cakupan penelitian, usia 28 hari sampai 􀁤36 bulan mengalamidemam 􀁴39°C atau menderita pneumonia, menunjukkan gejala IPDHasil. Subjek 736 anak dengan median usia 10 bulan (79,2% usia 28 hari sampai <24 bulan). S. pneumoniatidak terdeteksi dari seluruh subjek. Biakan darah dilakukan pada 736 subjek, 125 di antaranya (17,19%)menunjukkan pertumbuhan bakteri. Bakteri yang diisolasi dari biakan darah antara lain Staphylococcus sp 58(46,4%), S. aureus 45 (36,0%), Pseudomonas sp 9 (7,2%), E. coli 3 (2,4%). Diagnosis awal terbanyak adalahpneumonia, 439 (59,7%). Insiden pneumonia 534,2/100000, usia 28 hari - <6 bulan 167,1/100000, danusia 28 hari - <24 bulan 839/100000. Angka insiden tertinggi pneumonia dengan foto dada usia 28 hari - <6bulan yaitu 10,9/100000, dan kelompok usia 28 hari - <24 bulan 19,4/100000. Angka insiden pneumoniadan foto dada dengan CRP 􀁴40 mg/L tertinggi pada kelompok usia 12 bulan - <24 bulan, 82,9/100000.Dilakukan pemeriksaan PCR S. pneumoniae terhadap 106 sampel, terdiri dari kasus meninggal, meningitis,sepsis dan pneumonia berat tidak terdeteksi S. pneumoniaeKesimpulan. Pneumonia mempunyai dampak yang cukup berarti bagi daerah cakupan RSUP Sanglah yangdisebabkan oleh pneumokokus, dan saat ini masih merupakan tantangan.
Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Resistensi Insulin pada Anak Obes Vivekenanda Pateda; Kristellina Sangirta Tirtamulia
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.315-8

Abstract

Latar belakang. Salah satu dampak obesitas pada anak adalah terjadinya diabetes tipe-2 yang didahuluioleh terjadinya resistensi insulin. Belum diketahui apakah tingkat keparahan resistensi insulin semakinmeningkat seiring dengan meningkatnya indeks massa tubuh (IMT) pada anak obes.Tujuan. Mengetahui hubungan antara IMT dengan resistensi insulin pada anak obes.Metode. Suatu penelitian observasional potong lintang yang dilaksanakan di Kecamatan Wenang, KotaManado, Oktober 2009 sampai Januari 2010. Dilakukan pemeriksaan resistensi insulin dengan metodehomeostasis model assessment of insulin resistance index (HOMA-IR) pada 54 anak obes berusia 10-14 tahun.Hubungan antara IMT dan HOMA-IR dianalisis dengan uji korelasi Pearson.Hasil. Rerata IMT semua subjek 31,8 dan rerata HOMA-IR dari subjek 4,0. Uji korelasi Pearson memberikanhasil p=0,014; r=0,298.Kesimpulan.Tidak terdapat hubungan antara indeks masa tubuh dengan resistensi insulin pada anak obes. 
Karakteristik Klinis dan Epidemiologis Avian Influenza A (H5N1) Anak Di Indonesia, Tahun 2005-2007 Dewi Murniati; Sardikin Giriputro; Sri Rezeki S. Hadinegoro
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.732 KB) | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.347-58

Abstract

Latar belakang. Indonesia merupakan negara tertinggi di dunia yang melaporkan kasus avian influenzaA(H5N1) dengan proporsi kematian yang tinggi (83%). Sampai saat ini belum banyak penelitian kasusavian influenza A(H5N1) anak di Indonesia.Tujuan. Mengetahui pola epidemiologis, klinis, laboratoris, dan radiologis dalam hubungannya dengankesembuhan atau kematian kasus avian influenza A (H5N1) anak.Metode. Studi retrospektif dari 37 kasus konfirmasi avian influenza anak di Indonesia berdasarkan dataBadan Litbangkes dan Dirjen P2PL, Depkes RI serta WHO Indonesia dan disajikan secara deskriptif.Hasil. Riwayat kontak secara langsung dan tidak langsung dengan unggas (37,84%) sebanding dengankontak pada kasus konfirmasi avian influenza (35,14%), 12 kasus diantaranya merupakan anggota klusterkeluarga. Kasus terbanyak pada kelompok umur 5-<12 tahun (50,62%). Domisili kasus anak terutama ditiga propinsi Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Proporsi kematian avian influenza anakIndonesia lebih rendah (67,57%) dibanding proporsi kematian nasional (82,8%) tetapi masih sedikit lebihtinggi dari proporsi kematian global (59,45%). Gejala klinis utama yaitu demam (100%), batuk (86,49%),sesak (81,08%), serta penurunan kesadaran (62,16%). Pneumonia terjadi pada 59,46% kasus dengan proporsikematian 68,18%. Kelompok yang mendapat oseltamivir (37%) mempunyai peluang hidup lebih besardari pada kelompok yang tidak mendapat oseltamivir (20%), demikian pula lama awitan sakit dan dosisawal oseltamivir pada kelompok nonfatal lebih pendek (median 5,5 hari dengan rentang waktu 2-10 hari)dibanding kelompok yang fatal (median 8,5 hari, rentang 3-22 hari) menunjukkan makin cepat mendapatterapi oseltamivir memberi peluang hidup lebih baik.Kesimpulan. Spektrum klinis avian influenza yang luas menempatkan penyakit ini sebagai diagnosis bandingyang perlu dipertimbangkan termasuk kematian yang tidak jelas penyakitnya pada kluster keluarga atausakit berat lainnya. Terapi oseltamivir memberi peluang hidup lebih baik disamping penemuan kasus diniserta perawatan secepatnya.
Gambaran Klinis dan Laboratorium Retinoblastoma Nelly Rosdiana
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.319-22

Abstract

Latar belakang. Retinoblastoma adalah tumor endoocular pada mata yang mengenai syaraf embrionikretina,bisa terjadi unilateral atau bilateral. Retinoblastoma bisa terjadi intraokular atau menyebar keluarmata dan ekstraokular. Gejala klinis bervariasi sesuai stadium penyakit saat datang. Pemeriksaan yangpenting untuk diagnosis adalah pemeriksaan mata dengan Opthalmoscopy indirect, USG, CT scan, danMRI. Pemeriksaan-pemeriksaan sangat berguna untuk mengevaluasi nervus optikus, orbital, keterlibatansistem saraf pusat, dan adanya kalsifikasi intraokular.Tujuan. Menilai gambaran klinis dan laboratorium retinoblastoma unilateral dan bilateral pada anak.Metode. Penelitian retrospektif dari data rekam medis pasien retinoblastoma yang dirawat sejak awal Januari2005-31 Desember 2009 di Bagian Anak RS H. Adam Malik, Medan.Hasil. Pada periode lima tahun didapatkan 61 pasien Retinoblastoma, 53 kasus unilateral dan 8 bilateral.Rerata usia 3,2 (1,98) tahun pada unilateral dan 3,5 (3,50) tahun pada bilateral. Lama gejala 3,5 (3,56) bulanuntuk unilateral dan 2,1 (1,64) bulan pada bilateral. Keluhan utama yang ditemukan adalah mata menonjol(proptosis) 40 kasus (54,1% dan 11,4%). Pemeriksaan laboratorium didapati anemia ringan rerata Hb(10,7±2,04) pada unilateral dan (10,7±1,29) pada bilateral, nilai leukosit didapati (9806,5±3208,4)/mm3dan12,245,0±9208,6/mm3, jumlah trombosit didapati (411,957,0±183,951,1)/mm3 dan (458,500,0±134,040,2)/mm3, dan status gizi 68,8% masih baik (35 kasus Unilateral dan 7 kasus bilateral).Kesimpulan. Pada retinoblastoma unilateral dan bilateral gambaran klinis proptosis, anemia ringan danstatus gizi masih baik saat pasien datang pertama kalinya ke rumah sakit.
Perbandingan Kemampuan Kriteria WHO 1997 dan Klasifikasi DENCO dalam Diagnosis dan Klasifikasi Infeksi Dengue Kiki MK Samsi; Evelyn Phangkawira; Tatang K Samsi
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.305 KB) | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.335-41

Abstract

Latar belakang. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, spektrum klinis infeksi dengue semakin luas danbervariasi yang diikuti oleh beberapa klasifikasi infeksi dengue baru. Sejauh mana Kriteria WHO-1997 danklasifikasi baru ini mampu mendeteksi infeksi dengue pasien di RS Sumber Waras, belum pernah dinilai.Tujuan. Membandingkan kesesuaian antara hasil konfirmasi laboratorium untuk infeksi dengue dengankriteria WHO-1997, Klasifikasi DENCO, dan modifikasi WHO-1997 di RS Sumber Waras. Selain itudinilai kemampuan ketiga kriteria/klasifikasi dalam mengelompokkan spektrum klinis infeksi dengue.Metode. Merupakan penelitian diskriptif retrospektif dengan menggunakan data penelitian kami terdahulu(cluster study untuk dengue).Hasil. Dalam periode tahun 2004-2008, terdapat 107 subjek penelitian terdiri 98 kasus infeksi virus dengue(serologi dan/atau virology positif) dan 9 sakit namun bukan kasus infeksi virus. Data menunjukkanbahwa dari 98 kasus terbukti infeksi dengue, 96 sesuai dengan Kriteria WHO 1997, 97 sesuai KlasifikasiDenco, dan 97 sesuai Modifikasi WHO-1997 di RS Sumber Waras. Terdapat 24 subjek yang tidak dapatdiklasifikasikan dengan kriteria WHO 1997 yang ternyata 19 subjek dengue dengan tanda peringatan dan5 subjek dengue berat berdasarkan Klasifikasi DENCO, sedangkan dengan modifikasi WHO-1997 RSSW(perdarahan bukan syarat mutlak), didapat 19 subjek DBD, SSD 2 subjek, DBD ensefalopati 1 subjek,dan SSD ensefalopati 2 subjek.Kesimpulan. Kriteria WHO-1997 masih merupakan kriteria yang sesuai dalam diagnosis infeksi dengue,namun untuk dapat mengelompokan spektrum klinis infeksi dengue perlu dipertimbangkan agar manifestasiperdarahan tidak digunakan sebagai syarat mutlak.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue