Ni Putu Siadi Purniti
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Published : 29 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

EVENTRATION OF DIAPHRAGM Eka Pratiwi, I G A P; Purniti, P Siadi; Subanada, IB; Putu Yasa, Ketut
Medicina Vol 39 No 1 (2008): Januari 2008
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Eventration of diaphragm (ED) refers to an abnormally high position of part or all of the diaphragm, but intact diaphragm, usually associated with a marked decrease in muscle fibers and a membranous appearance of the abnormal area with only the peripheral thoracic attachments showing normal muscle. Etiologically ED is congenital or acquired. Congenital diaphragmatic abnormalities occur in 1 per 2000 to 4000 birth, which 7% is diaphragmatic eventration. Most children with ED are asymptomatic when incidentally first seen, will not need theraphy. Those with symptoms develop acute respiratory distress, feeding difficulties, and recurrent pneumonitis. If the patient need assissted ventilation or cannot be weaned off the ventilator, she or he should be plicated. Failure to achieve extubation within a week of plication is an ominous prognostic sign. We reported a case of one month and four days old girl who was dispnea, feeding difficulty and bronchopneumonia caused by right ED with acquired etiology. Plication was done to repaired the symptom. But unfortunately this was not succeded because there was complication of postoperative treatment.
PERINATAL TUBERCULOSIS WITH MILLIARY PATTERN IN INFANT AGED 28 DAYS Savitri, Dian; Purniti, Putu Siadi; Kardana, Made
Medicina Vol 45 No 3 (2014): September 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.067 KB)

Abstract

Perinatal  tuberculosis  (TB) was a very  rare  case.  Its  clinical manifestations  could mimic bacterialinfection. The clinical course was often fulminant and characterized by dissemination and meningitis.Its mortality was very high, could achieve 100% in untreated patient. We reported a case of infant aged28  days  admitted with  breathlessness,  fever,  and  poor  feeding.  Physical  examination  showedbreathlessness, pale, lethargy, and hepatomegaly. Chest radiograph showed a feature of milliary patternwith fine tubercles in both lung, supported with positive result on gastric aspirates for acid fast bacilli3 days respectively. Gastric aspirate culture for Mycobacterium tuberculosis showed positive result.Patient then diagnosed with perinatal TB with milliary pattern. This condition was accompanied withsevere sepsis and meningitis. Four TB regimens (isoniazid, rifampisin, pirazinamide, and ethambutol),corticosteroid, antibiotics were given. The patient was eventually died after receiving TB therapy for 13days. [MEDICINA 2014;45:208-212].
EFICACY OF ZINC SUPLEMENTATION AS ADJUVANT THERAPY IN CHILDREN 6- 60 MONTHS OLD WITH PNEUMONIA Sidiartha, I Gusti Lanang; Gede Suandi, I Kompiang; Subanada, Ida Bagus; Siadi Purniti, Ni Putu; Karsana, AA Raka
Medicina Vol 43 No 1 (2012): Januari 2012
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.492 KB)

Abstract

Morbidity and mortality rates of childhood pneumonia is still high, especially in developing countries. Many efforts are done to decrease the morbidity and mortality rate and one of them is zinc supplementation as adjuvant therapy. The aim of the study is to find the effectiveness of zinc supplementation as adjuvant therapy in childhood pneumonia. The randomized controlled trial study was done on 33 patients with pneumonia at Sanglah Hospital Denpasar. Intervention group received 20 mg zinc elemental each day. Time for recovery and length of hospital stay were compared between zinc and placebo groups. The different was significant if the P value < 0.05. Time for recovery in zinc group and placebo group was 4 days and 3.4 days, respectivelly. Length of hospital stay was 5.9 days in zinc group and 5.6 days in placebo group. The different was not significant. Conclusion is zinc supplementation as adjuvant therapy in childhood pneumonia is not effective to decreased the time for recovery and length of hospital stay. (MEDICINA 2012;43:9-14).
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG ANAK RSUD BANGLI BALI Purniti, Ni Nengah; Rismawan, S.Kep., M.N.S, Made; Adianta, I Ketut
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37294/jrkn.v5i1.316

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Perawat anak harus mampu melakukan pendekatan khusus pada pasien. Kondisi ini akan menimbulkan stres kerja yang berdampak pada kinerja perawat anak.Metode: Penelitian korelasi dengan pendekatan crossectional ini dilaksanakan pada Agustus – September 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di Ruang Anak RSUD Bangli dengan jumlah sampel sebanyak 33 responden yang dipilih secara total sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument berupa kuisioner stres kerja dan kinerja perawat dan dianalisa menggunakan uji Spearman Rank Test.Hasil: Uji statistic menunjukkan p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di ruang anak RSUD Bangli (r=0,50). Stress kerja perawat terbesar pada kategori sedang yaitu 19 responden (57,5%) dan kinerja perawat terbesar pada kategoricukup yaitu 23 responden (69,7%).Kesimpulan: Ada hubungan signifikan positif sedang antara stres kerja dengan kinerja perawat di Ruang Anak RSUD Bangli. Perlu dilaksanakan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor penyebab stres perawat di ruang anak sehingga dapat menjaga kinerja perawat khususnya di RSUD Bangli Bali.Kata kunci: Stres Kerja, Kinerja Perawat, Perawat Anak, RSUD Bangli ABSTRACTBackground: Pediatric nurses must be able to make a special approach to patients. This condition will lead to work stress that has an impact on the performance of child nurses.Methods: This correlation study with a cross-sectional approach was conducted in August - September 2020. The population in this study were nurses in the children's ward at Bangli Hospital with a total sample of 33 respondents who were selected by total sampling. Collecting data using  a job stress and nurse performance questionnaires and analyzed using the Spearman Rank Test.Results: The statistical test shows p <0.05, which means that there is a relationship between job stress and the performance of nurses in the children's ward at Bangli Hospital (r = -0.50). The biggest work stress of nurses and nurse’s performance were in the medium category, 19 respondents (57.5%) and 23 respondents (69.7%) respectively.Conclusion: There is a medium positive significant relationship between work stress and the performance of nurses in the Children's Room at Bangli Hospital. It is necessary to carry out further research to identify factors that cause stress for nurses in the children's room so that they can maintain the performance of nurses, especially at Bangli Bali Hospital. Keywords: Job Stress, Nurse Performance, Pediatric Nurses, Bangli Hospital
Perbandingan Keamanan dan Konversi Tuberkulin dari Vaksin BCG Strain Moskow dan Vaksin BCG Strain Pasteur pada Bayi Ni Putu Siadi Purniti; Novilia Sjafri Bachtiar; Ida Bagus Subanda; Ayu Setyorini; Putu Junara Putra; Wayan Gustawan; IGA Trisna Windiani; Julitasari S; Rini Mulia Sari
Sari Pediatri Vol 17, No 3 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.504 KB) | DOI: 10.14238/sp17.3.2015.169-74

Abstract

Latar belakang. Pemberian vaksin BCG pada bayi masih menjadi kebijakan pemerintah Indonesia dan WHO.Tujuan. Membandingkan keamanan dan konversi tuberkulin vaksin BCG strain Moskow dengan strain Pasteur.Metode. Tergabung dalam penelitian ini 220 bayi 0-1 bulan, kelompok A menerima vaksin BCG strain Pasteur, dan kelompokB menerima strain Moskow dengan randomisasi tersamar tunggal. Reaksi lokal dan sistemik yang timbul diamati hingga 30 haripasca imunisasi. Uji tuberkulin dilakukan pada hari ke-90 pasca imunisasi, dengan pembacaan 48-72 jam kemudian.Hasil. Terdapat 205 anak berhasil menyelesaikan studi. Pembesaran kelenjar getah bening ditemukan pada kedua kelompok,masing-masing 2 bayi, yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Tidak ditemukan kejadian ikutan pasca imunisasi serius karenavaksin BCG. Jumlah bayi yang mempunyai jaringan parut dan konversi tuberkulin tidak berbeda signifikan, p=0,578 dan p=0,205(p>0.05).Kesimpulan.Vaksin BCG strain Pasteur dan strain Moskow mempunyai profil keamanan dan konversi tuberkulin yang relatifsama.
Kadar Feritin Serum Terhadap Fungsi Paru pada Pasien Talasemia β Mayor Luh Gde Ayu Pramitha Dewi; Ayu Setyorini Mestika Mayangsari; Ida Bagus Subanada; Putu Siadi Purniti; AANKP Widnyana
Sari Pediatri Vol 21, No 3 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.3.2019.183-8

Abstract

Latar belakang. Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter akibat defek genetik pembentukan rantai globin. Tata laksana talasemia dengan transfusi darah dapat menimbulkan penumpukan besi di berbagai jaringan seperti paru. Tujuan. Untuk mengetahui korelasi kadar feritin serum terhadap fungsi paru pada anak talasemia β mayor.Metode. Studi analitik potong lintang dilakukan di RSUP Sanglah sejak Juli-Agustus 2017. Subjek diambil secara konsekutif dengan kriteria inklusi semua anak talasemia usia ≥6 tahun, mendapatkan transfusi darah rutin dan kelasi besi. Kriteria eksklusi adalah anak penderita talasemia dengan penyakit paru kronis dan tidak kooperatif saat spirometri.Hasil. Dari total 31 pasien talasemia di RSUP Sanglah, 28 subjek memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada yang memenuhi kriteria eksklusi. Pada penelitian ini median usia pasien talasemia 12,5 tahun dengan kadar rerata feritin serum 3196,5 g/dL. Hasil spirometri dengan median vital capacity (VC) 75%, force vital capacity (FVC) 82,5%, force expiratory volume in one second (FEV1) 80,6%, FEV1/FVC 101,9%. Korelasi kadar feritin serum terhadap semua parameter fungsi paru yaitu VC, FVC, FEV1, dan FEV1/FVC adalah sangat lemah dengan masing-masing nilai r adalah (r=0,016; p=0,936), (r=0,181; p=0,357), (r=0,305; p=0,114), (r=0,158; p=0,42).Kesimpulan. Korelasi kadar feritin serum terhadap semua parameter fungsi paru didapatkan korelasi lemah dan tidak bermakna secara statistik.
Hubungan antara Status Nutrisi dengan Derajat Keparahan Pneumonia pada Pasien Anak di RSUP Sanglah Artawan Artawan; Putu Siadi Purniti; I G Lanang Sidiartha
Sari Pediatri Vol 17, No 6 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.6.2016.418-22

Abstract

Latar belakang. Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan global, khususnya di negara berkembang. Morbiditas dan mortalitasakibat pneumonia cukup tinggi pada anak berusia di bawah 5 tahun.Tujuan. Mencari hubungan status gizi dengan derajat keparahan pasein pneumonia anak yang dirawat di RSUP SanglahMetode. Penelitian cross sectional yang dilakukan di Sub-Bagian Respirologi Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUPSanglah pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014Hasil. Total subyek adalah 114 dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan (58,8% vs 41,2%). Usia yang paling sering 0-6bulan 35,1% dengan status nutrisi baik 56,11%, diagnosis yang paling banyak adalah pneumonia berat 76,3%. Analisis bivariatmenunjukan terdapat hubungan antara status gizi dengan derajat keparahan pneumonia, dengan nilai p=0,02 dan PR IK95% 2,176(1,094 s/d 4,329).Kesimpulan. Terdapat hubungan antara status gizi dengan derajat keparahan pneumonia pada anak.
Faktor Risiko Infeksi Tuberkulosis Milier dan Ekstraparu pada Anak Penderita Tuberkulosis Dewi Aryawati Utami; Ni Putu Siadi Purniti; Ida Bagus Subanada; Ayu Setyorini MM
Sari Pediatri Vol 22, No 5 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.5.2021.290-6

Abstract

Latar belakang. Infeksi Mycobacterium tuberculosis dapat bermanifestasi klinis sebagai penyakit tuberkulosis (TB) paru maupun TB ekstraparu dan TB milier. Saat ini terdapat kekurangan data mengenai faktor risiko TB ekstraparu dan milier pada anak TB. Tujuan. Untuk mengetahui faktor risiko TB milier dan TB ekstraparu pada anak penderita TB.Metode. Penelitian analitik potong-lintang menggunakan data sekunder. Sampel direkrut secara konsekutif dari pasien TB anak yang rawat inap dan rawat jalan di RSUP Sanglah, Denpasar mulai dari Januari 2017 hingga Agustus 2019. Selama periode penelitian didapat 120 pasien rawat inap maupun rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi. Tigapuluh enam subyek dieksklusi karena data rekam medik tidak lengkap sehingga didapat 84 sampel, terdiri dari 42 subyek TB paru dan 42 TB milier/TB ekstraparu. Seluruh sampel adalah pasien TB yang terbagi menjadi TB paru dan TB ekstraparu.Hasil. Tuberkulosis paru ditemukan 42 kasus (50%), 35 kasus (41,7%) menderita TB ekstraparu, dan 7 kasus (8,3%) menderita TB milier. Status HIV positif [OR= 3,71, IK 95% 1,21 sampai 11,33, p=0,022] dan tanpa parut BCG [OR=5,02, IK 95% 1,18 sampai 21,26, p=0,029] merupakan faktor risiko TB milier dan TB ekstraparu. Kesimpulan. Status HIV positif dan tanpa parut BCG merupakan faktor risiko TB milier dan TB ekstraparu.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pneumonia Bakteri pada Anak Ida Bagus Subanada; Ni Putu Siadi Purniti
Sari Pediatri Vol 12, No 3 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.3.2010.184-9

Abstract

Latar belakang. Penyebab pneumonia penting dibedakan. Beberapa faktor yang dihubungkan denganpenyebab pneumonia adalah suhu, derajat pneumonia, gambaran foto dada, jumlah leukosit, dan kadarC-reactive protein (CRP).Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara suhu, derajat pneumonia, gambaran foto radiologi dada,jumlah leukosit, dan CRP dengan pneumonia bakteri.Metode. Penelitian retrospektif, dengan desain potong lintang, data didapat dari rekam medis pasien rawatinap dengan diagnosis pneumonia. Data yang diperoleh dilakukan analisis univariat dan multivariat dengantingkat kemaknaan 􀁁=0,05 (IK95%).Hasil. Derajat pneumonia tidak berhubungan dengan gambaran foto dada, dan kadar CRP; sedangkan suhudan jumlah leukosit berhubungan dengan pneumonia bakteri RP 36,0 (IK 95% 6,46;200,97), p=<0,0001dan RP 4,2 (IK 95% 1,39;12,88), p=0,012.Kesimpulan. Suhu dan jumlah leukosit berhubungan dengan pneumonia bakteri
Hubungan Jumlah Leukosit serta Kadar Cluster of Differentiation-4 dengan Derajat Keparahan Pneumonia pada Anak dengan Infeksi Human Immmunodeficiency Virus I Nyoman Supadma; Putu Siadi Purniti; Ida Bagus Subanada; Ayu Setyorini Mestika Mayangsari; Ketut Dewi Kumara Wati; Komang Ayu Witarini
Sari Pediatri Vol 19, No 1 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.269 KB) | DOI: 10.14238/sp19.1.2017.36-40

Abstract

Latar belakang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia, terutama pada infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Parameter yang mudah diukur dan dikerjakan diperlukan untuk memprediksi derajat keparahan pneumonia pada anak dengan HIV.Tujuan. Mengetahui hubungan jumlah leukosit dan kadar CD4 dengan derajat keparahan pneumonia pada anak dengan infeksi HIV.Metode. Penelitian analitik dengan desain potong lintang, dilibatkan 42 anak HIV dengan pneumonia berat dan sangat berat. Pemeriksaan penunjang yang rutin dikerjakan adalah darah lengkap dan kadar CD4.Hasil. Nilai median (minimal-maksimal) kadar CD4 pneumonia sangat berat lebih rendah [19,5 (12,5-26,0)]% dibandingkan dengan pneumonia berat [35,3 (14,0-56,5)]%. Analisis bivariat menunjukkan derajat keparahan pneumonia tidak dipengaruhi oleh jumlah leukosit [RO 0,63 (IK 95% 0,09 sampai 4,23), P=0,63], tetapi dipengaruhi oleh kadar CD4 [RO 0,10 (IK 95% 0,02 sampai 0,46), P=0,01]. Kesimpulan. Kadar CD4 berhubungan dengan derajat keparahan pneumonia pada anak dengan infeksi HIV.