Febrianty, Dessy
Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ALTERNATIF KELEMBAGAAN DI KAMPUNG TEKNOLOGI JEPARA Febrianty, Dessy
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.39 KB)

Abstract

Kampung Teknologi Jepara adalah suatu kawasan yang berfungsi untuk pengembangan sektor ekonomistrategis Jepara berbasis teknologi yang menyajikan, memperagakan, dan menginformasikan teknologiterkini dari berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang ditujukan untuk produksi,penelitian, pendidikan dan pelatihan sebagai bentuk alih teknologi kepada masyarakat. Kajian ini bertujuanuntuk mencari dan merumuskan bentuk kelembagaan yang tepat dan sesuai dengan rencana pengembanganKampung Teknologi jepara. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah Pendekatan Kualitatif yangdapat menjelaskan secara mendalam kelebihan dan kekurangan masing-masing kelembagaan yang akandipilih untuk mengelola Kampung Teknologi Jepara. Untuk menentukan lembaga yang terpilih digunakanskoring (pembobotan). Hasil dari penelitian Perusahaan Daerah merupakan lembaga yang sesuai yangdigunakan untk mengelola Kampung Teknologi Jepara.
KEMAMPUAN ADAPTASI MASYARAKAT DI PERMUKIMAN KUMUH TERHADAP BANJIR ROB : STUDI KASUS KELURAHAN KEMIJEN KOTA SEMARANG Febrianty, Dessy; Kusumartono, FX. Hermawan
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 3, No 3 (2011)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.942 KB)

Abstract

Salah satu lokasi hunian di bagian timur Kota Semarang yang cukup fenomenal adalah Kelurahan Kemijen. Di kelurahan tersebut, terdapat sebuah permukiman yang masuk dalam kategori kumuh. Secara historis bertalian erat dengan pelbagai perusahaan, pusat perdagangan, dan industri yang tumbuh di sekitarnya yang memiliki hubungan dalam menopang pertumbuhan permukiman tersebut. Secara historis pula banjir rob menjadi langganan yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi aktifitas sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang menopang kehidupan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap banjir rob. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, melalui metode ini diharapkan dapat diperoleh gambaran riil tentang kehidupan masyarakat serta bagaimana mereka beradaptasi terhadap kondisi lingkungan mereka. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan kajian literatur. Sedangkan Analisis data dilakukan dengan empat tahap, yaitu tahap identifikasi, klasifikasi, interpretasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kemampuan adaptasi masyarakat di permukiman kumuh Kemijen didukung oleh munculnya berbagai kegiatan ekonomi (usaha subsisten dan shadow ekonomi), kedekatan dengan tempat kerja, mudahnya akses serta kekuatan organisasi sosial (organisasi bentukan pemerintah, organisasi luar, dan organisasi bentukan masyarakat lokal) yang membantu keberlangsungan kehidupan warga. Hal-hal tersebut yang menyebabkan mereka bertahan di lokasi ini.
Model Revitalisasi Pengelolaan Pasar Tradisional Febrianty, Dessy
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 5, No 3 (2013)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (844.541 KB)

Abstract

Although aimed at improving the performance and quality of the market, in fact the traditional market revitalization program was not entirely successful. This is because the revitalization programs those have not been developed in the physical, economic and social aspects at the same time. That requires a revitalization model that can be used in an effort to revive and develop the traditional markets. Research conducted in Surakarta, Binjai and Manado aims to produce a revitalization model of traditional market management. Qualitative approach is used to elaborate the meanings associated modeling. The final results showed that not only the influenced of social capital in the process of revitalization, but also significantly influenced by human capital, institutional capital and economic capital which is a unity that can not be separated.
Adaptasi Masyarakat Menghadapi Perubahan Iklim dalam Ketersediaan Air Minum Heston, Yudha Pracastino; Febrianty, Dessy
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 5, No 1 (2013)
Publisher : Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT), Kementerian PUPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.585 KB)

Abstract

The climate change also increases water crisis caused by the length of dry season, especially on regions with lesser amount of water. The impact on water area consequently affects social aspects. City as center of activities becomes a vulnerable place to the impacts of climate change. The research question is regarding strategy of community adaptation to the climate change impact on drinking water, focusing on finding community readiness strategy. The study is conducted with qualitative–quantitative approach. Data analysis uses thematic analysis method, by which inductive data is analyzed based on a bunch of data collected, and processed using the principles of inductive reasoning. Resulting theory is composed from hypothetical assumptions and checked with the data. Quantitative analysis is followed by a descriptive statistical analysis, inferential and adaptation valuation. The analysis shows that communities have adapted autonomously to the drinking water availability according to its context, content, attributes and adaptation process. Areas with water scarcity (such as Kupang and Gunung Kidul) have better institutional and community preparedness than areas with abundance of water. However, they require more adaptation efforts. Adaptation can be measured with quantitative data, such as infrastructure, commercial businesses, health settlement and general population, as well with qualitative data: the readiness of individuals, communities and institutions.