Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

أخلاق الدعاة في ضوء الكتاب والسنة Abdul Wadud Nafis
Jurnal Al-Tatwir Vol. 7 No. 1 (2020): JURNAL AL-TATWIR
Publisher : Fakultas Dakwah IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/altatwir.v7i1.12

Abstract

إن الدعوة الي الله أصل عظيم من أصول الإسلام. وهي من أسباب النصر على الأعداء ، و من أسباب الظفر بعظيم الأجور. فقد دلت الأدلة من الكتاب والسنة على وجوب الدعوة إلى الله عز وجل، وأنها من الفرائض، والأدلة في ذلك كثيرة، وصرح العلماء أن الدعوة إلى الله عز وجل فرض كفاية، بالنسبة إلى الأقطار التي يقوم فيها الدعاة، أما أخلاق الدعاة  : أولاً الإخلاص: فيجب على الداعية أن يكون مخلصا لله عز وجل، وثالثا الصبر وهو من الصفات اللازمة لنجاح الدعوة إلى الله عز وجل ورابعا يعني التواضع معرفة المرء قدر نفسه وتجنب الكبر ، ويتطلب أن يتجنب الإنسان المباهاة بما فيه من الفضائل والمفاخرة بالجاه والمال و خامسا التحقق والتثبت من المنكر من الأمور اللازمة لنجاح الدعوة إلى الله عز وجل ، التحقق والتثبت من المنكر المطلوب إزالته وتغييره و سادسا: القدوة فيما يدعو إليه واجتناب ما ينهى عنه وإنما هي شرط كمال وأدب ، واستشهدنا فيما ذهبنا إليه بأقوال بعض العلماء
PROSPEK AHLI EKONOMI SYARIAH DI DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Abdul Wadud Nafis
IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam Vol 3 No 1 (2014): April (Terbit secara during sejak April, 2015)
Publisher : Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemunculan ilmu Islam ekonomi modern di panggung internasional, dimulai pada tahun 1970-an yang ditandai dengan kehadiran para pakar ekonomi Islam kontemporer, seperti Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah Shiddiqy, Kursyid Ahmad, An-Naqvi, M. Umer Chapra, dll. Sejalan dengan itu berdiri Islamic Development Bank pada tahun 1975 dan selanjutnya diikuti pendirian lembaga-lembaga perbankan dan keuangan Islam lainnya di berbagai negara. Pada tahun 1976 para pakar ekonomi Islam dunia berkumpul untuk pertama kalinya dalam sejarah pada International Conference on Islamic Economics and Finance, di Jeddah. Di Indonesia, momentum kemunculan ekonomi Islam dimulai tahun 1990an, yang ditandai berdirinya Bank Muamalat Indoenesia tahun 1992, kendatipun benih-benih pemikiran ekonomi dan keuangan Islam telah muncul jauh sebelum masa tersebut. Sepanjang tahun 1990an perkembangan ekonomi syariah di Indonesia relatif lambat. Tetapi pada tahun 2000an terjadi gelombang perkembangan yang sangat pesat ditinjan dari sisi pertumbuhan asset, omzet dan jaringa kantor lembaga perbankan dan keuangan syariah. Pada saat yang bersamaan juga mulai muncul lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan ekonomi Islam, walaupun pada jumlah yang sangat terbatas, antara lain STIE Syariah di Yogyakarta (1997), D3 Manajemen Bank Syariah di IAIN-SU di Medan (1997), STEI SEBI (1999) , STIE Tazkia (2000), dan PSTTI UI yang membuka konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Islam, pada tahun 2001. Para pemimpin ASEAN sepakat melakukan kerja sama dibidang ekonomi, yang disebut ASEAN Economic Community. Yang dimaksud ASEAN Economic Community adalah Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara Asean (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar) yang masing-masing memiliki latar-belakang sosial-budaya, ideologi politik, ekonomi dan kepentingan berbeda ke dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu Asean dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing ekonomi kawasan ASEAN yang diindikasikan melalui terjadinya arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal. ASEAN Economic Community merupakan tantangan bagi ekonomi Islam dan diwaktu yang sama juga memeberi peluang besar bagi masa depan ekonomi Islam, karena Lembaga keuangan Syariah dan bisnis Syariah akan berkembang di seluruh negara-negara ASEAN.
Prospek Ahli Ekonomi Syariah di Dalam Menghadapi Asean Economic Community Abdul Wadud Nafis
IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 3 No. 1 (2014): April
Publisher : Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.846 KB)

Abstract

Kemunculan ilmu Islam ekonomi modern di panggung internasional, dimulai pada tahun 1970-an yang ditandai dengan kehadiran para pakar ekonomi Islam kontemporer, seperti Muhammad Abdul Mannan, M. Nejatullah Shiddiqy, Kursyid Ahmad, An-Naqvi, M. Umer Chapra, dll. Sejalan dengan itu berdiri Islamic Development Bank pada tahun 1975 dan selanjutnya diikuti pendirian lembaga-lembaga perbankan dan keuangan Islam lainnya di berbagai negara. Pada tahun 1976 para pakar ekonomi Islam dunia berkumpul untuk pertama kalinya dalam sejarah pada International Conference on Islamic Economics and Finance, di Jeddah. Di Indonesia, momentum kemunculan ekonomi Islam dimulai tahun 1990an, yang ditandai berdirinya Bank Muamalat Indoenesia tahun 1992, kendatipun benih-benih pemikiran ekonomi dan keuangan Islam telah muncul jauh sebelum masa tersebut. Sepanjang tahun 1990an perkembangan ekonomi syariah di Indonesia relatif lambat. Tetapi pada tahun 2000an terjadi gelombang perkembangan yang sangat pesat ditinjan dari sisi pertumbuhan asset, omzet dan jaringa kantor lembaga perbankan dan keuangan syariah. Pada saat yang bersamaan juga mulai muncul lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan ekonomi Islam, walaupun pada jumlah yang sangat terbatas, antara lain STIE Syariah di Yogyakarta (1997), D3 Manajemen Bank Syariah di IAIN-SU di Medan (1997), STEI SEBI (1999) , STIE Tazkia (2000), dan PSTTI UI yang membuka konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Islam, pada tahun 2001. Para pemimpin ASEAN sepakat melakukan kerja sama dibidang ekonomi, yang disebut ASEAN Economic Community. Yang dimaksud ASEAN Economic Community adalah Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara Asean (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar) yang masing-masing memiliki latar-belakang sosial-budaya, ideologi politik, ekonomi dan kepentingan berbeda ke dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu Asean dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing ekonomi kawasan ASEAN yang diindikasikan melalui terjadinya arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal. ASEAN Economic Community merupakan tantangan bagi ekonomi Islam dan diwaktu yang sama juga memeberi peluang besar bagi masa depan ekonomi Islam, karena Lembaga keuangan Syariah dan bisnis Syariah akan berkembang di seluruh negara-negara ASEAN.
The Influence of Halal Awareness, Religiusity, Brand Image , and Price on Decisions to Purchase Halal Cosmetic Products With Preference as an Intervening Variable Ilmi Farajun Rikza; Misbahul Munir; Abdul Wadud Nafis
Jurnal Syntax Admiration Vol. 4 No. 11 (2023): Jurnal Syntax Admiration
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jsa.v4i11.771

Abstract

Understanding the concept of halal tayyiban is a predictor of consumer attitudes towards halal cosmetics so that this attitude can influence the intention to purchase halal cosmetics. In addition, it is important for producers to include halal certification/logos because both Muslim and non-Muslim consumers perceive halal-certified products as tastier, more hygienic and safer. So this shows that the more confident consumers are about the halalness of the product, the greater the consumer's liking (preference) for the product. The research stages in this journal began by distributing questionnaires directly to halal cosmetics consumers at Roxy Square Jember. The number of indicators in this research was 24 so that a sample of 120 respondents was obtained. The sampling method used in this research is non-probability sampling. Sampling used an incidental sampling approach. Data obtained from the results of distributing questionnaires will be processed and presented in quantitative form. The steps taken to convert questionnaire data into quantitative data are by giving a value to each item answered by the respondent.
The Role of Tax Volunteers in The Renjani Program at The Jember Primary Tax Office Lisa Wati; Windi Istiqoh Maulidya; Bagos Muchlis; Abdul Wadud Nafis
ARTOKULO : Journal of Accounting, Economic and Management Vol. 1 No. 1 (2024): January - April 2024
Publisher : Medikun Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to explore the role of tax volunteers in supporting the success of the Renjani program at the Jember Primary Tax Office. The Renjani program aims to increase tax compliance among the public through education and socialization approaches. The research method used was participatory observation of tax volunteers and related Jember Primary Tax Office officials. The results showed that tax volunteers have a significant role in supporting the Renjani program, both in approaching the public and in implementing socialization and education activities. They help convey information about tax obligations in a more easily understandable way for the public, increase awareness of the importance of tax compliance, and provide technical assistance to taxpayers. Thus, the role of tax volunteers at the Jember Primary Tax Office can be considered as one of the key factors in the success of the Renjani program in achieving the goal of increasing tax compliance in the community. This study provides a more comprehensive insight into how collaboration between tax volunteers and tax institution officials can optimize the effectiveness of tax socialization and education programs.
Islam, Peradaban Masa Depan Abdul Wadud Nafis
Jurnal Al-Hikmah Vol. 18 No. 2 (2020): Ilmu Dakwah dan Pengembangan Masyarakat
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/alhikmah.v18i2.29

Abstract

Islam is a universal civilization, a religion of equity not destruction. Islam encourages its followers to believe in their own abilities and not depend on what other people give while prioritizing what is beneficial for them. Islamic civilization will develop if it is able to communicate with the local culture in a selective manner and still adheres to Aswaja (Ahlus sunnah Wal Jamaah) values. If Islam blindly followed the developing culture in the society, both the local and foreign cultures, Islam would lose its identity and the Muslim community would be separated from its cultural roots. The values ​​of Islamic civilization are: Rabbiyah value (the divine values), Insâniyah value ​​(the human value). Wâqi'iyah value ​​(the practical value), Wasathiyah value ​​(the Islamic moderatation value), Tawâzun value ​​(the equilibration value), Tsabât value ​​(the fixity value) and Murûnah value (the flexibility value). The nobleness of Islamic values ​​should not only be a theory, but also needs to be implemented. The deeper the implementation, the more sublime the civilization will be. Human life must be based on the belief that we belong to Allah and to Him we shall return.