Tamin, Susyana
PERHATI-KL

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Assessment and Management of Dysphagia with Fiberoptic Endoscopic Examination of Swallowing (FESS) and its Future Implementation in Indonesia Tamin, Susyana; Ku, Peter K; Cheung, Dilys
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 34 (2004): Volume 34, No. 4 October - December 2004
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1022.715 KB) | DOI: 10.32637/orli.v34i4.293

Abstract

-
Penggunaan esofagoskopi transnasal di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Yunizaf, Rahmanofa; Zulka, Elvie; Tamin, Susyana; Surya, Guntur
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 47, No 1 (2017): Volume 47, No. 1 January - June 2017
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.419 KB) | DOI: 10.32637/orli.v47i1.197

Abstract

Latar belakang: Esofagoskopi transnasal merupakan teknik diagnostik baru yang memberikankesempatan kepada spesialis Telinga Hidung Tenggorok untuk melakukan pemeriksaan traktus aerodigestif,dari vestibulum nasi sampai kardia. Tindakan ini dilakukan di poliklinik rawat jalan, dengan anestesi lokaltopikal dan tanpa sedasi.Tujuan: Mendapatkan gambaran tentang penggunaan esofagoskopi transnasaldi Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo.Laporan kasus: Dilaporkan 32 pasien yang dilakukan esofagoskopi transnasalselama Februari 2014 hingga Maret 2015, terdiri dari 20 laki-laki (63%) dan 12 perempuan (37%),dengan rentang usia 11-82 tahun. Keluhan terbanyak adalah sulit menelan sebanyak 18 pasien. Indikasiterbanyak adalah disfagia, globus atau refluks sebanyak 12 pasien. Diagnosis terbanyak adalah akalasiaesofagus sebanyak 7 pasien.Metode: Pencarian literatur dilakukan pada database EBSCO Host Medline,Cochrane dan Pubmed Medline sesuai pertanyaan klinis. Setelah dilakukan penapisan dengan kriteriainklusi dan ekslusi, didapatkan didapatkan 2 jurnal yang relevan.Hasil: Dari jurnal yang didapatkan,merupakan laporan kasus serial yang dilakukan esofagoskopi transnasal pada pasien dengan keluhantraktus aerodigestif.Kesimpulan: Esofagoskopi transnasal telah menghasilkan layanan satu pintu yangmengurangi keterlambatan diagnosis, pembiusan umum dan pemeriksaan menelan barium.Kata kunci: Esofagoskopi transnasal, esofagoskopi kaku, esofagoskopi transoral, anestesi lokal topikal ABSTRACTBackground: Transnasal esophagoscopy (TE) is a new diagnostic technique that provides theopportunity for ENT specialists to examine the aerodigestif tract, from the nasal vestibulum until the cardia,at the outpatient clinic, with topical local anesthesia and without the need for sedation. Purpose: To obtaindata of transnasal esophagoscopy in Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery Department, CiptoMangunkusumo Hospital. Cases: Reported 32 patients which had undergone transnasal esophagoscopyfrom February 2014 to March 2015, consisted of 20 male and 12 female, age ranged between 11-82years. Most chief complaints were difficulty of swallowing in 18 patients. Most common indications ofTE were dysphagia, globus or reflux in 12 patients. Most common diagnosis was achalasia esophagus in7 patients. Methods: The evidence based literature were searched from EBSCO Host Medline, Cochraneand Pubmed Medline database according to clinical question. After filtered with inclusion and exclusioncriteria, we found 2 journals that relevant to our case. Results: From the journals, we found reports ofserial cases of transnasal esophagoscopy on patiens with aerodigestive problems. Conclusion: Transnasalesophagoscopy provides an ‘one stop’ diagnosis service, reducing diagnostic delays, the need for endoscopyunder general anaesthesia and barium swallows.Keywords: Transnasal esophagoscopy, rigid esophagoscopy, transoral esophagoscopy, topical localanesthesia
Prevalensi refluks laringofaring pada bayi laringomalasia primer Nasution, Dina Putri; Tamin, Susyana; Hutauruk, Syahrial; Bardosono, Saptawati
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 42, No 2 (2012): Volume 42, No. 2 July - December 2012
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v42i2.28

Abstract

Background: Primary laryngomalacia is a congenital weakness of the supraglottis structures which collapsed during inspiration causing upper airway obstruction. This condition can cause changes in gradient of intrathoraxic-abdominal pressure resulting reflux of gastric juice into the upper airway causing laryngopharyngeal reflux (LPR). Purpose: To find out the prevalence of LPR as a comorbid disease of primary laryngomalacia in infant using fiberoptic laryngoscopy examination, to know the characteristics  of samples, and the correlation between laryngomalacia with LPR. Methods: This is a cross-sectional  study to assess the prevalence of LPR in infants with primary laryngomalacia at Cipto Mangunkusumo Hospital. LPR was diagnosed based on clinical signs from flexible laryngoscopy video records. Result: The prevalence of LPR was 90% in primary laryngomalacia. There were significant differences from three of five clinical findings with LPR, such as arytenoid edema/erythema (p<0,001), ventricular fold edema (p=0,001), and vocal fold edema (p<0,001). Conclusion: Most of the samples with laryngomalacia in this study also have LPR. The presence of LPR could worsen the clinical manifestation and delay the healing of laryngomalacia. Keywords: primary laryngomalacia, fiberoptic laryngoscopy, laryngopharyngeal reflux    Abstrak :  Latar belakang: Laringomalasia primer merupakan kelainan kongenital laring berupa kelemahan pada struktur supraglotis yang terhisap saat inspirasi dan menyebabkan sumbatan jalan napas atas. Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan selisih tekanan intra-abdominal/ intratorakal sehingga terjadi refluks cairan lambung ke saluran napas atas, yang menyebabkan refluks laringofaring (RLF). Tujuan: Mengetahui prevalensi RLF pada bayi laringomalasia primer menggunakan pemeriksaan laringoskopi serat optik lentur, mengetahui karakteristik percontoh, dan hubungan laringomalasia primer dengan RLF.  Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode potong lintang untuk mengetahui prevalensi RLF sebagai penyakit penyerta pada bayi laringomalasia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Diagnosis RLF ditegakkan berdasarkan tanda klinis dari rekaman video laringoskopi serat optik lentur. Hasil: Prevalensi RLF diperoleh sebesar 90%. Terdapat tiga dari lima tanda klinis RLF yang berbeda bermakna dengan kejadian RLF, yaitu edema/eritema aritenoid (p<0,001), edema plika ventrikularis (p=0,001), dan edema plika vokalis (p<0,001). Kesimpulan: Hampir seluruh percontoh laringomalasia primer disertai dengan RLF. Penyakit penyerta RLF akan memperberat gejala dan memperpanjang waktu penyembuhan laringomalasia.   Kata kunci: laringomalasia primer, laringoskopi serat optik lentur, refluks laringofaring 
Disfagia fase oral dan faring pada anak sindrom Down Tamin, Susyana; Zulka, Elvie; Maryadi, Iman Pradana; Yunizaf, Rahmanofa
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 48, No 1 (2018): Volume 48, No. 1 January - June 2018
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.379 KB) | DOI: 10.32637/orli.v48i1.261

Abstract

Latar Belakang: Sindrom Down merupakan kelainan kromosom autosomal yang terjadi akibat trisomi seluruh atau sebagian dari kromosom 21, yang terjadi kurang lebih 1 dari 700 kelahiran hidup. Berbagai studi mendapatkan bahwa gangguan makan (feeding difficulty) dan disfagia merupakan masalah yang umum terjadi dan terkadang persisten pada anak sindrom Down. Tujuan: Memaparkan karakteristik kelainan disfagia fase oral dan fase faring yang dapat timbul pada anak dengan sindrom Down menggunakan instrument pemeriksaan Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES). Laporan kasus: Dilaporkan 8 pasien anak dengan sindrom Down yang didapatkan dari rekam medis pasien sejak Oktober 2016 hingga September 2017, yang dilakukan pemeriksaan FEES di Poli Endoskopi Bronkoesofagologi Departemen Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher (THT-KL) Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Metode: Pencarian literatur secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan Pubmed, ClinicalKey, Cochrane, dan Google scholar, sesuai dengan pertanyaan klinis berupa bagaimana karakteristik disfagia pada pasien anak dengan sindrom Down melalui pemeriksaan FEES. Pemilihan artikel dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil didapatkan 1 artikel yang relevan. Hasil: Artikel yang didapat merupakan suatu studi retrospektif yang melaporkan gambaran deskriptif karakteristik disfagia pada anak dengan sindrom Down. Kesimpulan: Kelainan anatomis pada sindrom Down berperan pada terjadinya gangguan makan dan disfagia. ABSTRACTBackground: Down syndrome is an autosomal chromosomal disorder caused by entire or partial trisomy of chromosome 21, which occurs in approximately 1 out of 700 live births. Several studies had found that feeding difficulty and swallowing disorder (dysphagia) are common and persistent problems in children with Down syndrome. Purpose: to describe characteristics of abnormalities that can occur in children with Down syndrome using the Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) examination. Case report: 8 Pediatric patients with Down syndrome, obtained from medical record of FEES examination in Endoscopic Bronchoesophagology Clinic of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery Department (ENT-HNS) Cipto Mangunkusumo Hospital, from October 2016 up to September 2017. Method: A structured literature search was performed using Pubmed, ClinicalKey, Cochrane, and Google scholar, according to clinical question of how the characteristics of dysphagia in pediatric patients with Down syndrome through FEES examination? The selection of articles is based on inclusion and exclusion criteria which resulted in 1 relevant paper. Results: The article obtained was a retrospective study reporting descriptive characteristics of dysphagia in children with Down syndrome. Conclusion: Anatomical abnormalities in children with Down syndrome play a role in eating disorders and dysphagia. Keywords: