Saptawati Bardosono
Department Nutrition, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Gambaran ekspresi reseptor estrogen β pada angiofibroma nasofaring belia dengan menggunakan pemeriksaan imunohistokimia Anggreani, Lenny; Adham, Marlinda; Musa, Zanil; Lisnawati, Lisnawati; Bardosono, Saptawati
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 41, No 1 (2011): Volume 41, No. 1 January - June 2011
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.846 KB) | DOI: 10.32637/orli.v41i1.53

Abstract

Background: Juvenile nasopharyngeal angiofibroma (JNA) is a rare benign hormonal related fibrovascular tumor which originates from superoposterior area of sphenopalatine foramen. Purpose: To determineER-ß expression of JNA patient at Cipto Mangunkusumo Hospital. Method: Descriptive study to determine ß-estrogen receptor (ER-ß) on 27 JNA patients who had been treated at Oncology Division ENT Departement Cipto Mangunkusumo Hospital between 2001-2008 was conducted. Results: ER-ß expression of JNA in this study is 100%. Based on ER-ß staining intensity, 18.5% gave strong intensity, 29.6% with moderate intensity, and 51.9% with weak intensity. According to positive ER-ß cellular, it consist of three groups: less than 25% positive, 25-50% positive, and more than 50% positive, and the result is 3.7%, 3.7%, and 92.6% respectively. Conclusion: Immunohistochemical examination revealed 100% ER-ß expression. Keywords: Juvenile nasopharyngeal angiofibroma (JNA), ER-ß expression   Abstrak :  Latar belakang: Angiofibroma nasofaring belia (ANB) adalah suatu tumor fibrovaskular jinak, berasal dari area superoposterior foramen sfenopalatina dan diduga berhubungan erat dengan faktor hormonal. Tujuan: Melihat gambaran ekspresi ER-ß pada penderita ANB di RS. Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian deskriptif untuk melihat gambaran ekspresi reseptor estrogenß (ER-ß) pada 27 kasus angiofibroma nasofaring belia (ANB) yang berobat dari tahun 2001 hingga 2008 di Divisi Onkologi Departemen Telinga Hidung Tenggorok RS. Cipto Mangunkusumo. Hasil:Didapati ekspresi ER-ß pada ANB sebesar 100%. Berdasarkan intensitas pewarnaan terhadap ER-ß didapatkan 18,5% mempunyai intensitas pewarnaan yang kuat, 29,6% intensitas pewarnaannya sedang dan 51,9% memiliki intensitas pewarnaan yang lemah. Tiga koma tujuh persen termasuk kelompok dengan jumlah sel yang positif mengandung ER-ß kurang dari 25%, 3,7% termasuk kelompok dengan jumlah sel 25-50%, dan 92,6% termasuk kelompok dengan jumlah sel yang positif mengandung ER-ß>50%. Kesimpulan: Hasil pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan ekspresi ER-ß pada semua kasus (100%). Kata kunci: angiofibroma nasofaring belia (ANB), tumor fibrovaskuler, ekspresi ER-ß
Prevalensi refluks laringofaring pada bayi laringomalasia primer Nasution, Dina Putri; Tamin, Susyana; Hutauruk, Syahrial; Bardosono, Saptawati
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 42, No 2 (2012): Volume 42, No. 2 July - December 2012
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v42i2.28

Abstract

Background: Primary laryngomalacia is a congenital weakness of the supraglottis structures which collapsed during inspiration causing upper airway obstruction. This condition can cause changes in gradient of intrathoraxic-abdominal pressure resulting reflux of gastric juice into the upper airway causing laryngopharyngeal reflux (LPR). Purpose: To find out the prevalence of LPR as a comorbid disease of primary laryngomalacia in infant using fiberoptic laryngoscopy examination, to know the characteristics  of samples, and the correlation between laryngomalacia with LPR. Methods: This is a cross-sectional  study to assess the prevalence of LPR in infants with primary laryngomalacia at Cipto Mangunkusumo Hospital. LPR was diagnosed based on clinical signs from flexible laryngoscopy video records. Result: The prevalence of LPR was 90% in primary laryngomalacia. There were significant differences from three of five clinical findings with LPR, such as arytenoid edema/erythema (p<0,001), ventricular fold edema (p=0,001), and vocal fold edema (p<0,001). Conclusion: Most of the samples with laryngomalacia in this study also have LPR. The presence of LPR could worsen the clinical manifestation and delay the healing of laryngomalacia. Keywords: primary laryngomalacia, fiberoptic laryngoscopy, laryngopharyngeal reflux    Abstrak :  Latar belakang: Laringomalasia primer merupakan kelainan kongenital laring berupa kelemahan pada struktur supraglotis yang terhisap saat inspirasi dan menyebabkan sumbatan jalan napas atas. Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan selisih tekanan intra-abdominal/ intratorakal sehingga terjadi refluks cairan lambung ke saluran napas atas, yang menyebabkan refluks laringofaring (RLF). Tujuan: Mengetahui prevalensi RLF pada bayi laringomalasia primer menggunakan pemeriksaan laringoskopi serat optik lentur, mengetahui karakteristik percontoh, dan hubungan laringomalasia primer dengan RLF.  Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode potong lintang untuk mengetahui prevalensi RLF sebagai penyakit penyerta pada bayi laringomalasia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Diagnosis RLF ditegakkan berdasarkan tanda klinis dari rekaman video laringoskopi serat optik lentur. Hasil: Prevalensi RLF diperoleh sebesar 90%. Terdapat tiga dari lima tanda klinis RLF yang berbeda bermakna dengan kejadian RLF, yaitu edema/eritema aritenoid (p<0,001), edema plika ventrikularis (p=0,001), dan edema plika vokalis (p<0,001). Kesimpulan: Hampir seluruh percontoh laringomalasia primer disertai dengan RLF. Penyakit penyerta RLF akan memperberat gejala dan memperpanjang waktu penyembuhan laringomalasia.   Kata kunci: laringomalasia primer, laringoskopi serat optik lentur, refluks laringofaring 
Asupan Serat Pangan dan Hubungannya dengan Keluhan Konstipasi pada Kelompok Dewasa Muda di Indonesia Bardosono, Saptawati; Surjadi Handoko, Iwan; Audy Alexander, Ruth; Sunardi, Diana; Devina, Almira
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.26 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i12.1247

Abstract

Walaupun sampai saat ini konstipasi fungsional masih beragam definisinya, gejalanya sering dikeluhkan karena dirasakan mengganggu kualitas hidup khususnya, pada kelompok dewasa muda, dan bila tidak ditangani dengan baik akan berdampak negatif bagi kesehatan. Asupan serat yang memadai merupakan salah satu alternatif yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut, namun asupan sayur dan buah masyarakat di Indonesia masih jauh dari angka kecukupan yang dianjurkan; jumlah asupan serat harian pekerja dewasa muda di Jakarta bervariasi antara 3,3-27,4 g. Tambahan serat pangan dalam diet sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan asupan serat sehingga dapat bermanfaat untuk mengatasi keluhan konstipasi.Although until now functional constipation still has various definitions, the symptoms are often interfering with quality of life, especially in young adults. If not managed properly, it may have a serious negative impact on health. Adequate fiber intake is an effective alternative to overcome this problem, but vegetables and fruits intake in Indonesia is still far from adequate. A recent pilot study found that the daily fiber intake among young adult workers in Jakarta is varied between 3.3–27.4 g. Additional dietary fiber in daily diet is expected to increase fiber intake so that it can be useful for dealing with complaints of constipation. 
Pengaruh Stimulasi Bermain Ibu terhadap Kadar Brain Derived Neurotrophic Factor dan Perkembangan Psikososial pada Anak Usia 12-18 Bulan Soedjatmiko, Soedjatmiko; Gatot, Djajadiman; Rusmil, Kusnandi; Bardosono, Saptawati; Padmonodewo, Suminarti; Gutama, Gutama; Sitorus, Rita; Dwirestuti, Ratna
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.118-25

Abstract

Latar belakang. Penelitian pada tikus dan orang dewasa menunjukkan bahwa stimulasi lingkungan dapat meningkatkan kadar BDNF di hipokampus, korteks, dan amigdala, yang berperan penting dalam proses pembelajaran dan memori. Namun, belum ada publikasi mengenai pengaruh stimulasi pada anak-anak.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh stimulasi bermain yang berupa rangsangan visual, auditori, dan emosional oleh ibu terhadap kadar BDNF darah tepi, serta perkembangan kognitif, bahasa, emosi-sosial, dan memori anak.Metode. Sebanyak 80 anak berusia 12–18 bulan yang sehat (divalidasi melalui pemeriksaan fisik, laboratorium, dan psikologis) terlibat dalam penelitian ini. Subjek dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok stimulasi (n=40) dan kelompok kontrol (n=40). Stimulasi dilakukan oleh ibu setelah dilatih selama 2 jam oleh tim peneliti, dengan menunjukkan dan membacakan 5 kata, diakhiri dengan pujian dan pelukan; dilakukan tiga kali sehari, empat hari dalam seminggu, selama 8 minggu. Kata-kata diganti bertahap setiap harinya hingga mencapai total 60 kata. Kelompok kontrol tidak menerima stimulasi.Hasil. Terdapat perbedaan bermakna dalam kadar BDNF 24,6% lebih tinggi pada kelompok stimulasi, p<0,01), serta dalam perkembangan bahasa reseptif, emosi-sosial, dan memori anak (p<0,05). Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan pada skala kognitif dan bahasa ekspresif (p>0,05).Kesimpulan. Metode stimulasi yang dilakukan tiga kali sehari selama 8 minggu terbukti bermanfaat untuk meningkatkan kadar BDNF serta perkembangan bahasa reseptif, emosi-sosial, dan memori anak usia 12–18 bulan.
Consumption of Sugar-Sweetened Beverages and Its Potential Health Implications in Indonesia Sartika, Ratu Ayu D; Atmarita, Atmarita; Duki, M. I Zulkarnain; Bardosono, Saptawati; Wibowo, Lindawati; Lukito, Widjaja
Kesmas Vol. 17, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The broad availability of sugar-sweetened beverages (SSBs) in the Indonesian market is increasing consumption. It, combined with escalating incidence and prevalence of diabetes and related non-communicable diseases (NCDs), and the ongoing debate on policies, has called for a comprehensive review as described in this study. Data was compiled from various sources but mainly gathered from the reported or published documents because of no direct access to the necessary data set. The lack of studies that assessed the direct relationship between SSB consumption and health outcomes in the Indonesian context also became a strong reason for the preparation of this review to highlight important points for further research, academic reviews, and debates on empiric policies to control sugar consumption at the population level. Sociocultural factors were an apparent and crucial determinant of the sweetness preferences of mainstream Indonesians. They were not capitalized in the available documents and should be embraced in future health promotional measures. Given the high contribution of carbohydrates and sugar to total energy intake in the Indonesian diet, it is pertinent to control the increasing trend of SSBs consumption through interventions on both the supply and demand sides.
Co-Authors Abd. Rasyid Syamsuri Achmad, Harry R. Agus Firmansyah Ali Sungkar Alida R Harahap, Alida R Andayani D. Eka Andi A. Victor Andri M.T. Lubis Angela BM Tulaar Anggreani, Lenny Anna H. Then Antonius H. Pudjiadi Arwin A.P. Akib, Arwin A.P. Atmarita Atmarita Audy Alexander, Ruth Basrowi, Ray W. Chandra, Dian Novita Chozie, Novie A. Devina, Almira Dewanto, Naomi E.F. Dharma, Rahayuningsih Dian Kusumadewi Diana Aulia Diana Sunardi Djajadiman Gatot Duki, M. I Zulkarnain Dwi Prasetyo Dwirestuti, Ratna Ermita Ilyas Gutama, Gutama Harahap, Alida R. Hindra I. Satari, Hindra I. Hutauruk, Syahrial Indra Fahri Indriati P. Harahap Inge Permadhi Ira Siagian Irandi Putra Pratomo Irwin Tedja Ismail Hadisoebroto Dilogo Ivan R. Widjaja Jowy Tani Kusnandi Rusmil Leilani Lestarina Lestari E. Dewi Lindawati Wibowo Ludwig A. Pontoh Lugyanti Sukrisman Marcel Prasetyo Marlinda Adham Mohammad Hidayat Munar Lubis Nani Dharmasetiawani Nasution, Dina Putri Noroyono Wibowo Padmonodewo, Suminarti Pandelaki, Jacub Ponpon S Idjradinata Prameswari, Natasya Putri, Atikah S. Rianita Rianita Rima Irwinda, Rima Rina A.C. Saragih, Rina A.C. Rini Hildayani Rini Sekartini Rulina Suradi, Rulina Samuel Oetoro Sari, Teny T. Sartika, Ratu Ayu D Siti B. Kresno Sitorus, Rita Soedjatmiko Soedjatmiko Sri R.S. Hadinegoro Sri Sukmaniah Sudigdo Sastroasmoro Surjadi Handoko, Iwan Syafitri, Inayah Tamin, Susyana Taralan Tambunan Teny T Sari1, Teny T Tutik Ernawati Widjaja Lukito Yulianti Wibowo, Yulianti Zakiudin Munasir Zanil Musa Zarni Amri