Ainuddin, Ainuddin
Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PRINSIP TRANSPARANSI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MELALUI RUILSLAG Ainuddin -
Unram Law Review Vol 1 No 1 (2017): Unram Law Review (ULREV)
Publisher : Faculty of Law, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ulrev.v1i1.6

Abstract

The aim of this paper are to understand and analyze the transparency principles on procurement of government goods and services by virtue Presidential Decree No. 4 2015 on Procurement of Goods and Services which is able to applied in the procurement of government goods and services through ruilslag. The research method using a normative legal approach, since the research will examine and analyze various law priciniples and regulation that are related to the transparency principle on procurement of government goods and services by way of ruilslag. The result of this research described deeply the transparency principle on procurement of goods and services according to Presidential Decree No 4 2015 on procurement of goods and services as the fourth amendment of the presidential regulation No.54 2010 that can be applied in the procurement of goods and services through ruilslag in purpose to be acknowledge by the parties/stakeholders regarding to the formulation of government policy, organization and the enterprises on the implementation of ruilslag, in order to achieve the good governance purpose.
Covid-19 Pandemic Reviewed in Constitutional Law Perspective Ainuddin Ainuddin
Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan Vol 9, No 3: December 2021 : Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ius.v9i3.980

Abstract

Many countries are unsure to decide on legal instruments to use to overcome the crisis caused by the Covid-19 pandemic. Some chose to establish a state of emergency based on the constitution, while others used the applicable law regarding disasters or health crises, implemented new legislation, and issued another community restriction enforcement policy namely PPKM. The stipulation of a state of emergency allows the state to deviate from the rule of law. Therefore, the determination of the emergency status is potentially be misused. The method of this research is normative legal research using statute and conceptual approaches. The result of this research experienced that the Indonesian government chose to use Health Emergency in Law 6 of 2018 and Non-Natural Disaster Emergency in Law 24 of 2007 to deal with the Covid-19 Pandemic regardless of Article 12 of the 1945 Constitution providing provisions for a constitutional emergency. The emergency status does not entirely involve Article 12 of the 1945 Constitution as the basis for its formation. Thus, the term emergency is not a state of emergency as referred to in the study of emergency constitutional law (only de facto not de jure). Although there are restrictions, this certainly does not apply to basic rights, especially to non-derogable rights groups.
Pertanggungjawaban Hukum Pengadaan Barang/Jasa Melalui Elektronik (E-Procurement) Dalam Perspektif Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Ainuddin Ainuddin
Unizar Law Review (ULR) Vol 1 No 2 (2018): Unizar Law Review
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.355 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui petanggungjawaban hukum pengadaan barang/jasa melalui elektronik serta untuk mengetahui penyelesaian hukum pengadaan barang/jasa melalui elektornik dalam perspektif Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pendekatan normative. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian kepustakaan (Library Research) menggunakan berbagai sumber kepustakaan sebagai sumber data penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis berkesimpulan bahwa pengadaan barang/jasa secara elektronik (E-Procurement) ini akan lebih meningkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara, akan tetapi pada kenyataannya E-Procurement masih memiliki kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan dalam proses pelaksanaannya. Pertanggungjawaban hukum pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui elektronik bisa berupa pertanggungjawaban melalui tindak pidana, hukum perdata serta melalui tindakan hukum administrasi negara. Disisi lain Untuk penyelesaian hukum pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui elektronik dalam perspektif Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018, hal tersebut telah ditetapkan seperti yang terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 85 yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan LKPP No. 18 tahun 2018.
Recognition The Right Of Inheritance Of Adopted Children Based On The Ceremony Of Reason According To Balinese Hindu Customary Law In Lombok Island (Case Study of District Court Ruling Class I A Mataram Number: 46/Pdt.G/2019/PN.Mtr) Ainuddin Ainuddin
Unizar Law Review (ULR) Vol 3 No 2 (2020): Unizar Law Review
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The adoption of children under the customary law in Indonesia has a binding legal force so that it is recognized its validity. This is in line with the recognition of customary law as one of the core of the positive laws in Indonesia as stipulated in article 18 B paragraph (2) of the 1945 Constitution. In the traditional Hindu-Balinese law on Lombok island, the adoption of a child is carried out with a ceremony called the Peperasan (Balinese Ceremony). The ceremony is a sacred ceremony that will legally severe the familial relationship of a child raised with his birth parents including the issue of inherited. Tying an adopted child's relationship with his adoptive parents as heirs does not often cause legal problems in court with others who feel they have a closer kinship with the heir, especially the unclaimed validity of the extortion ceremony that has been performed. The issue raised in this study is about the consideration of the judge's law on the validity of the adoption of the child and the legal consequences in the form of inherition based on the Hindu-Balinese Customary Law. This type of research is normative legal research. The approaches used in this study are Case Approach, Statute Approach and Conceptual Approach. Legal material collection techniques use document studies and analysis of legal materials using a deductive mindset. Based on the results of the study conducted by the author has obtained legal facts related to the judge's consideration of the recognition of the right of inheritance of adopted children based on the traditional Hindu-Balinese law on Lombok island determines that the child adopted through the Creator's Ceremony is a child who has a legal position as the biological child of his adoptive parents. The Ceremony has legal implications for the transfer of rights and obligations of children to their adoptive parents, including issues of inheritance, whereby the Child of The peperasan is entitled to obtain all the inheritance of his adoptive parents accompanied by the obligation to fulfill the goodness to his adoptive parents when his adoptive parents are still alive or deceased. The inheritance of the adopted child will be erased when the adopted child does not run goodness to his adoptive parents when his adoptive parents were alive or deceased.
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PPKM) Dalam Penanganan Virus Covid 19 Dalam Perspektif Keadilan Ainuddin Ainuddin
Unizar Law Review (ULR) Vol 4 No 2 (2021): Unizar Law Review
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk menekan laju peningkatan kasus Covid-19. Namun dalam pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat tidak jauh berbeda dari Pembatasasn Sosial Berskala Besar dimana keadaan pembatasan terhadap kegiatan masyarakat terutama kegiatan ekonomi memberikan dampak buruk. Sehingga menjadi problematika tersendiri dalam pemberlakuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat dalam perspektif keadilan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan Perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat memiliki dasar hukum yaitu Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan dampak signifikan dari pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyaraka adalah terhadap perekonomian terbukti dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 pun diprediksi lebih rendah dari kuartal II-2021 yang tumbuh 7,07% secara year on year (yoy) sehingga tidak mencapai perspektif keadilan didalam masyarakat.
Kebijakan Pemberian Remisi Bagi Narapidana di Indonesia Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Ainuddin Ainuddin
Unizar Law Review (ULR) Vol 5 No 1 (2022): Unizar Law Review
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53726/ulr.v5i1.558

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisis kebijakan pemberian remisi dalam sistem hukum di indonesia dalam perspektif hak asasi manusia. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggambarkan secara analitis peraturan perundang-undangan yang berlaku dan teori-teori hukum dikaitkan dengan permasalahan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketentuan tata cara serta pelaksanaan remisi diatur secara khusus pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Remisi merupakan hak bagi setiap narapidana sehingga wajib diberikan dengan sebelumnya memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun pada pelaksanaannya kebijakan pemberian remisi menimbulkan kecenderungan penyalahgunaan wewenang serta kekuasaan serta tidak berdasarkan sebuah peraturan hukum yang mencapai suatu kepastian, keadilan, dan kemanfaatan dalam kebijakan pemberian remisi tersebut.
Covid-19 Pandemic Reviewed in Constitutional Law Perspective Ainuddin Ainuddin
Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan Vol. 9 No. 3: December 2021 : Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan
Publisher : Magister of Law, Faculty of Law, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ius.v9i3.980

Abstract

Many countries are unsure to decide on legal instruments to use to overcome the crisis caused by the Covid-19 pandemic. Some chose to establish a state of emergency based on the constitution, while others used the applicable law regarding disasters or health crises, implemented new legislation, and issued another community restriction enforcement policy namely PPKM. The stipulation of a state of emergency allows the state to deviate from the rule of law. Therefore, the determination of the emergency status is potentially be misused. The method of this research is normative legal research using statute and conceptual approaches. The result of this research experienced that the Indonesian government chose to use Health Emergency in Law 6 of 2018 and Non-Natural Disaster Emergency in Law 24 of 2007 to deal with the Covid-19 Pandemic regardless of Article 12 of the 1945 Constitution providing provisions for a constitutional emergency. The emergency status does not entirely involve Article 12 of the 1945 Constitution as the basis for its formation. Thus, the term emergency is not a state of emergency as referred to in the study of emergency constitutional law (only de facto not de jure). Although there are restrictions, this certainly does not apply to basic rights, especially to non-derogable rights groups.
Tinjauan Yuridis Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Kasus Pembunuhan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Mataram Diah Anggraini Vitaloka; Ainuddin Ainuddin; Novie Afif Mauludin
Unizar Recht Journal (URJ) Vol. 1 No. 3 (2022): Unizar Recht Journal (URJ)
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pengaturan kriteria pemberian remisi bagi narapidana kasus pembunuhan menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan bagaimana pelaksanaan pemberian Remisi bagi narapidana kasus pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris yang memfokuskan pada penelitian peraturan perundang-undangan yang berlaku serta data-data lapangan sebagai sumber data utama, seperti hasil wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian kriteria pemberian remisi bagi narapidana di atur dalam permenkumham nomor 7 tahun 2022 serta Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Keputusan Presiden No. 124 Tahun 1999 tentang Remisi, Keputusan Presiden No. 120 Tahun 1955 tentang Pengurangan Hukuman Istimewa pada Hari Dwi Dasawarsa Proklamasi Kemerdekaan RI. Pelaksanaan pemberian Remisi bagi narapidana kasus pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Mataram Terkait hak pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan di dalam Keppres RI No 174 Tahun 1999 tidaklah mengkhususkan kepada tindak pidana pembunuhan semata, tetapi pasal-pasal yang terkandung dalam Keppres ini menjelaskan remisi untuk semua tindak pidana umum termasuk di dalamnya adalah tindak pidana pembunuhan.
Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Perdagangan Manusia (Human Trafficking) Studi Kasus Putusan Nomor: 367/Pid.sus/2022/Pn.mks Faradila Faradila; Ainuddin Ainuddin; Abdul Gani Makhrup
Unizar Recht Journal (URJ) Vol. 2 No. 1 (2023): Unizar Recht Journal (URJ)
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk pemidanaan terhadap pelaku perdagangan orang yang dilakukan secara penyertaan melalui akun media sosial sesuai dengan pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta berdasarkan studi kasus Putusan Nomor: 367/Pid.Sus/2022/PN.Mks. yang kemudian dengan hadirnya undang-undang ini masyarakarat berharap keadilan dapat ditegakkan dengan adanya sanksi pemidanaan yang dijatuhkan terhadap para pelaku sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal yang mengatur di dalamnya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Normatif dengan analisis Kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)pertanggungjawaban pidana dalam tindak pidana perdagangan orang (Human Trafficking) dianggap dapat dipertanggungjawabkan, karena Pelaku atau Terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, perbuatan pelaku mempunyai unsur kesengajaan, terhadap perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tidak ditemukan alasan penghapus pidana, Dan (2) Pertimbangan Hukum dalam tindak pidana perdagangan orang (Human Trafficking) Studi Kasus Putusan Nomor: 367/Pid.Sus/2022/PN.Mks dibagi menjadi 3 bagian diantaranya adalah: Pertimbangan Secara 1. Yuridis, 2. Sosiologis, 3. Filosofis.
Upaya Pre-Emtif Dan Preventif Penyelundupan Narkoba Melalui Bandara International Lombok (Studi Di BNN NTB) Ni Komang Putri Sri Dewi Utami; Ainuddin Ainuddin; Dhina Megayati
Unizar Recht Journal (URJ) Vol. 2 No. 2 (2023): Unizar Recht Journal (URJ)
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk upaya Badan Narkotika Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam mencegah terjadinya penyelundupan narkoba dengan upaya pre-emtif dan preventif melalui Bandar Udara di Provinsi NTB dan mengetahui kendala yang dihadapi dalam Upaya preemtif dan preventif dalam penyelundupan narkotika. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan Normatif yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Data yang diperoleh dilakukan analisis kualitatif, yang mendasarkan pada teori-teori, azas-azas, doktrin ilmu hukum dan hukum positif di Indonesia. Hasil penelitian ini yaitu 1)Upaya yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi NTB dalam mencegah penyelundupan narkoba yaitu: Melakukan koordinasi baik disektor pemerintah, sektor swasta, pendidikan, ormas dan masyarakat. Badan Narkotika Nasional Provinsi NTB juga telah melakukan perjanjian (Memorandum of Understanding) dengan Polres Kabupaten, Lembaga Pemasyarakatan, Radio Republik Iindonesia dan stskeholder lainnya. 2) kendala yang dihadapi dalam Upaya preemtif dan preventif dalam penyeludupan narkota. kegiatan Komunikasi, informasi dan edukasi P4GN melalui sosialisasi atau penyuluhan memasuki komunitas masyarakat, pemerintah dan Pendidikan seperti Kampung / Desa/Kelurahan Bersinar (Bersih dari Narkoba), karena Tindak kejahatan penyelundupan dan peredaran narkoba di Provinsi Nusa Tenggara Barat apabila tidak dilakukan pencegahan secara masif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan termasuk dukungan penuh msyarakat maka akan menimbulkan jumlah penyebarannya dan bisa menimbulkan ancaman terhadap keaamanan dan ketahanan bangsa Program jaringan online seperti Bejango Tahanan (Berkunjung Melalui Jaringan Online para Tahanan), Semeton (Sistem Pelayanan Rehabilitasi dan Pemeriksaan Narkotika Online), Berembe (Bimbingan Rohani dan Mental Berbasis Elektronik).