Dismenore adalah nyeri panggul saat menstruasi akibat peningkatan prostaglandin, terbagi menjadi primer tanpa kelainan organ genital (umumnya usia 15-25 tahun) dan sekunder karena kelainan organ reproduksi (sering >30 tahun). Prevalensi dismenore primer global sekitar 50%, dengan angka di Indonesia mencapai 54,89% pada remaja 14-19 tahun. Faktor risiko meliputi pola hidup seperti jarang sarapan, kurang aktivitas fisik, konsumsi kafein berlebih, stres, dan konsumsi makanan cepat saji berlemak tinggi yang meningkatkan sekresi prostaglandin. Status gizi tidak normal, baik obesitas maupun kekurangan berat badan, juga meningkatkan risiko dismenore melalui mekanisme prostaglandin berlebih. Studi pendahuluan di SMA Batik 2 Surakarta menunjukkan 83% siswi mengalami dismenore yang mengganggu aktivitas belajar, hal ini menjadi alasan peneliti tertarik melakukan penelitian di SMA Batik 2 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian cross-sectional dan bersifat observasional. Kuesioner WaLLid digunakan untuk menentukan kejadian dismenore, IMT/U digunakan untuk mengukur status gizi, dan FFQ 1 bulan sebelumnya digunakan untuk mengukur frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Sampel penelitian sebanyak 37 remaja dipilih dengan teknik simple random sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan adalah uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara kejadian dismenore dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dan status gizi (nilai p masing-masing 0,00 dan 0,033). Kejadian dismenore berkorelasi dengan status gizi dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji.