Farida Hartati
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kepekaan Mikrobiota Akne Terhadap Antibiotik Pada Pelajar SMA Penderita Akne Derajat Sedang-Berat Di Mataram, Nusa Tenggara Barat Yunita Hapsari; Dedianto Hidajat; Farida Hartati
Jurnal Kedokteran Vol 8 No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v8i1.325

Abstract

Latar Belakang: Antibiotik merupakan terapi utama penatalaksanaan Akne vulgaris derajat sedang-berat namun peningkatan prevalensi resistensi mikrobiota akne merupakan tantangan bagi keber-hasilan terapi. Identifikasi dan pola kepekaan bakteri pada akne di Mataram, NTB belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada lesi akne derajat sedang-beratdan kepekaannya terhadap antibiotik yang bermanfaat sebagai pedoman penatalaksanaan akne di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel diperoleh dari 43 pelajar SMA penderita akne derajat sedang-berat. Isolat diambil dari lesi akne, dikultur dalam kondisi aerobik dan anaerobik, diidentifikasi dan diuji kepekaannya terhadap beberapa antibiotik. Hasil: Subjek terdiri dari 25 laki-laki (58,1%) dan 18 perempuan (41,9%) dengan dominan Acne vulgaris derajat sedang (98%). Identifikasi bakteri didapatkan S. epidermidis (48.8%), S. aureus (27.9%), Bacillus cereus (14%), dan Bacillus subtilis (2.3%), Providencia stuartii (4.7%) dan Aeromonas veronii (2.3%). Kepekaan Staphylococci terhadap levofloksasin (97%), ciprofloksasin (95%), tetrasiklin, doksisiklin dan kotrimoksasol (90.0%). Resistensi tertinggi didapatkan pada azitromisin (24.2%), eritromisin (21.2%), dan klindamisin (18.2%). Staphylococci merupakan penyebab utama Akne vulgaris yang ditandai dominasi Firmicutes dan Proteobacteria pada isolat pasien akne. Pada akne, Staphylococci telah dilaporkan resistensinya terhadap golongan β-Laktam, Makrolida, Klindamisin dan Gentamisin. Resistensi diperankan oleh gen erm(C) dan gen MLSB− yang menyebabkan resistensi terhadap makrolida, dan klindamisin. Kesimpulan: S. epidermidis dan S. aureus merupakan bakteri utama pada lesi akne derajat sedang-berat dengan kepekaan yang baik terhadap levofloksasin, ciproflokasin, tetrasiklin, doskisiklin dan kotrimoksasol namun resisten terhadap azitromisin, eritromisin dan klindamisin.
Faktor Risiko Reaksi Erythema Nodosum Leprosum di RSUD Patut Patuh Patju Tahun 2016-2020 Eva Aguswulandari Suwito; Farida Hartati
Unram Medical Journal Vol 11 No 1 (2022): vol 11 no 1
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v11i1.649

Abstract

Latar belakang: Morbus Hansen (MH) atau penyakit kusta merupakan penyakit infeksi pada kulit yang bersifat kronis, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Terdapat dua jenis reaksi kusta yaitu tipe Reversal dan tipe Erythema Nodosum Leprosum (ENL). ENL merupakan komplikasi penyakit kusta berupa reaksi hipersensitivitas tipe III dengan peradangan akut karena respon berlebihan tubuh terhadap M. leprae. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya reaksi ENL pada pasien MH. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medis pasien MH yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Patut Patuh Patju selama tahun 2016 – 2020. Penelitian ini menggunakan desain case control dengan jumlah sampel 40 pasien MH yang dibagi menjadi 20 pasien kelompok kasus (pasien yang mengalami reaksi ENL) dan 20 pasien kelompok kontrol (pasien tidak mengalami reaksi ENL). Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat untuk melihat faktor risiko apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian ENL. Hasil: Faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap terjadinya ENL yaitu jenis kelamin (p=0,023), koinfeksi dengan penyakit lain (p=0,030), Indeks Bakteri ?2+ (p=0,044), serta usia (p=0,048).
Edukasi Mengenai Infeksi Menular Seksual Pada Remaja Awal di SMPK Kusuma Mataram muhammad_irfan said; Anak Agung Ayu Niti Wedayani; Dedianto Hidajat; FINSDV; FAADV; Farida Hartati; Novia Andansari Putri
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 7 No 2 (2024): April-Juni
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v7i2.3765

Abstract

The increase in the use of chemical fertilizers on agricultural land has occurred more rapidly since the green revolution era. The use of chemical fertilizers is increasingly worrying because it has a huge impact on the survival of living things. The use of organic fertilizers such as compost is an alternative that can be selected to reduce the use of chemical fertilizers. Compost is produced from a mixture of organic materials, both organic matter derived from livestock and organic matter from plants. The compost process technology needs to be disseminated to the community, especially farmers. This activity aims to increase the technological knowledge capacity of members of farmer/livestock groups in utilizing cattle feces waste. Technology dissemination activities were carried out at the “Balumbungan” Farmer/Livestock Group in Bontonompo Village, Bontonompo District, Gowa Regency. The application of local microorganisms (LoM) from natural materials (rice waste) as a decomposer has been applied in the process of making compost made from cow feces combined with laying hen feces. Rice waste contains carbohydrates which are a good source of energy for the survival of microorganisms. Utilization of MoL as a decomposer in the fermentation process of organic materials is an attempt to utilize natural materials that have been wasted so far. Rice waste is a good growth medium for several types of bacteria and fungi that are able to degrade organic compounds into nutrients that are important for plants.
Edukasi Mengenai Infeksi Menular Seksual Pada Remaja Awal di SMPK Kusuma Mataram Anak Agung Ayu Niti Wedayani; Dedianto Hidajat; Farida Hartati; Novia Andansari Putri
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 7 No 3 (2024): Juli - September
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v7i3.8457

Abstract

Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang ditularkan dengan berhubungan seksual. Remaja awal sangat rentan mengalami Infeksi menular seksual hal ini dikarenakan rasa kaingin tahuan yang besar, kurangnya pengetahuan tentang IMS, faktor risiko IMS dan komplikasinya. Hal tersebut menyebabkan tingginya kejadian IMS di kalangan remaja awal. Kurangnya pengetahuan Masyarakat terutama remaja awal tentang IMS menyebabkan meningkatkan kejadian IMS dan mengakibatkan komplikasi berbahaya seperti HIV-AIDS. Pengabdian ini dilakukan dengan cara memberikan edukasi pada remaja awal (siswa – siswi SMPK Kusuma Mataram) dan mengajak diskusi (FGD). Penyuluhan yang diberikan dilakukan selama 2 hari dan bertempat di Rumah Ret – Ret Ampenan. Pada hari pertama dihadiri oleh 56 siswa dan pada hari kedua 33 siswa. Terdiri dari 52 siswi dan 37 siswa. Sebelum dilakukan penyuluhan, dilakukan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang infeksi menular seksual kemudian dilakukan post test untuk mengetahui seberapa pemahaman dari siswa yang mendapatkan penyuluhan. Pengabdian ini penting dilakukan untuk menambah pengetahuan tentang kebersihan infeksi menular seksual, faktor – faktor penyebab dan juga komplikasi yang terjadi.