Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Karakteristik Pengetahuan dan Persepsi Penderita Akne Vulgaris di Kota Mataram Hidajat, Dedianto; Hidayati, Agriana Rosmalina; Cenderadewi, Muthia
Jurnal Kedokteran Vol 5 No 4 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Beberapa penelitian di negara maju maupun berkembang telah menunjukkan bahwa penderita akne vulgaris (AV) mendapatkan informasi yang inadekuat tentang penyebab dan penanganan AV. Tujuan: Mengetahui karakteristik pengetahuan dan persepsi penderita AV terkait faktor penyebab, sumber informasi, penatalaksanaan dan dampak psikososial AV di kota Mataram Metode: Penelitian ini merupakan survei karakteristik pengetahuan dan persepsi dengan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil: Dari 162 responden, 51,2% sudah menderita AV selama lebih dari 1 tahun dan 54,9% termasuk derajat ringan. Sebanyak 30% responden menyatakan bahwa AV disebabkan oleh penyebab tunggal dan jenis penyebab terbanyak adalah karena kurangnya kebersihan wajah (34,8%). Stres (25,3%) merupakan faktor yang paling banyak dianggap berperan dalam memperberat AV. Tiga sumber informasi terbesar terkait AV berasal dari internet (20,9%), televisi/radio (19,9%) dan dokter (17,2%). Harapan responden (55,6%) pengobatan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu untuk mengatasi AV. Sebagian besar responden (38,3%) telah mencoba lebih dari 1 jenis produk untuk mengatasi AV sebelum memutuskan untuk berobat ke dokter dan sabun pembersih jerawat merupakan produk yang paling banyak digunakan oleh responden (38,1%). Sebagian besar responden (36,4%) menyatakan bahwa menderita AV memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penampilan. Kesimpulan: masih adanya informasi yang belum adekuat dari sumber yang telah ada terkait penyebab, faktor yang mencetuskan dan penanganan AV.
Karakteristik Pengetahuan dan Persepsi Penderita Akne Vulgaris di Kota Mataram Hidajat, Dedianto; Cenderadewi, Muthia; Hidayati, Agriana Rosmalina
Jurnal Kedokteran Vol 5 No 4 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Beberapa penelitian di negara maju maupun berkembang telah menunjukkan bahwa penderita akne vulgaris (AV) mendapatkan informasi yang inadekuat tentang penyebab dan penanganan AV. Tujuan: Mengetahui karakteristik pengetahuan dan persepsi penderita AV terkait faktor penyebab, sumber informasi, penatalaksanaan dan dampak psikososial AV di kota Mataram Metode: Penelitian ini merupakan survei karakteristik pengetahuan dan persepsi dengan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil: Dari 162 responden, 51,2% sudah menderita AV selama lebih dari 1 tahun dan 54,9% termasuk derajat ringan. Sebanyak 30% responden menyatakan bahwa AV disebabkan oleh penyebab tunggal dan jenis penyebab terbanyak adalah karena kurangnya kebersihan wajah (34,8%). Stres (25,3%) merupakan faktor yang paling banyak dianggap berperan dalam memperberat AV. Tiga sumber informasi terbesar terkait AV berasal dari internet (20,9%), televisi/radio (19,9%) dan dokter (17,2%). Harapan responden (55,6%) pengobatan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu untuk mengatasi AV. Sebagian besar responden (38,3%) telah mencoba lebih dari 1 jenis produk untuk mengatasi AV sebelum memutuskan untuk berobat ke dokter dan sabun pembersih jerawat merupakan produk yang paling banyak digunakan oleh responden (38,1%). Sebagian besar responden (36,4%) menyatakan bahwa menderita AV memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penampilan. Kesimpulan: masih adanya informasi yang belum adekuat dari sumber yang telah ada terkait penyebab, faktor yang mencetuskan dan penanganan AV. Katakunci
PERAN VAKSINASI DALAM DERMATOVENEREOLOGI Hidajat, Dedianto; Utami, Ida Ayu Padmita; Nuh, Lalu M.
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 4 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Vaksinasi telah berhasil mencegah dan mengurangi insidensi timbulnya penyakit. Tiga penyakit virus menular yaitu, Human Papilloma Virus (HPV), Varicella-zoster Virus (VZV) dan Herpes Zoster (HZ) masih menjadi topic utama di bidang dermato venerologi. Vaksin yang saat ini telah digunakan ternyata memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mencegah infeksi HPV, VZV, dan HZ. Antibodi homolog yang juga dikenal sebagai immunoglobulin juga memberikan perlindungan yang efektif. Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG) direkomendasikan untuk mengurangi keparahan varisela. Pemberian VZIG digunakan terutama untuk VZV pasca paparan VZV. Kata Kunci : Vaksinasi, HPV, VZV, HZ,
Hubungan Kebersihan Pribadi dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Skabies pada Anak-anak di Panti Asuhan Al Hidayah Mataram Triani, Eva; Hidajat, Dedianto; Setyorini, Rika Hastuti; Cenderadewi, Muthia
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Penyakit skabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung. Prevalensi skabies di negara yang sedang berkembang sekitar 6% -27% pada populasi umum dan cenderung pada anak-anak. Penjalaran penyakit ini erat hubungannya dengan kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi, tempat-tempat yang padat penduduk seperti asrama, pondok pesantren dan panti asuhan. Kebersihan pribadi (personal hygiene) dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk diduga sangat berperan terhadap kejadian skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di Panti Asuhan Al Hidayah Mataram. Metode: Desain penelitian ini adalah observasional yang dilakukan dengan studi cross sectional dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak penghuni panti asuhan yang bersedia menjadi responden dan hadir pada saat penelitian yaitu 64 orang. Analisis statistik yang dgunakan adalah Chi-Square. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik terhadap data yang diperoleh, diketahui bahwa kejadian skabies mempunyai hubungan dengan personal hygiene (p≤0,01) dan juga berhubungan dengan kondisi sanitasi yang kurang sehat (p≤0,01). Disarankan untuk dilakukan penyuluhan yang bekerja sama dengan dokter puskesmas tentang bagaimana cara pola hidup bersih dan sehat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies pada Panti Asuhan Al Hidayah Mataram.
Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode 2012-2014 Hidajat, Dedianto; Hapsari, Yunita; Hendrawan, I Wayan
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 4 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Angka harapan hidup manusia Indonesia yang terus meningkat sehingga terjadi kenaikan substansial dari populasi lanjut usia. Pada lanjut usia terjadi perubahan struktur dan fungsi kulit yang menyebabkan berbagai kelainan pada kulit. Karakteristik penyakit kulit pada geriatri di RSUD Provinsi NTB (RSUDP NTB)belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penyakit kulit pada geriatri di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDP NTB. Metode: Metode deskriptif retrospektif yaitu mengambil data dari rekam medis pasien geriatrik yang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDP NTB pada periode Januari 2012-Desember 2014 Hasil: Selama 3 tahun, terdapat 418 (57,8%) pasien geriatri baru dari 723 total pasien geriatri. Dari 418 pasien baru tersebut, didapatkan pasien pria berjumlah 248 (59,3%) dan wanita 170 (40,7%). Lima kategori penyakit kulit terbanyak adalah dermatosis inflamasi (42,1%), infeksi jamur (15,8%), infestasi parasit (12,9%), eritropapuloskuamosa (6,9%) dan infeksi bakteri (6,2%). Jenis dermatosis inflamasi yang terbanyak adalah xerosis kutis (27,8%) diikuti oleh neurodermatitis (18,2%) dan dermatitis kontak alergik (15,3%). Kesimpulan: Pasien geriatri baru yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDP Provinsi NTB sebanyak 418 orang didominasi oleh pria dan jenis penyakit kulit yang terbanyak adalah xerosis kutis.
Perbedaan Total Lesi Wajah Sebelum dan Sesudah Aplikasi Sabun Wajah dengan Kandungan 1,5% Triklosan pada Akne Vulgaris Derajat Ringan-Sedang Afifah, Hanan; Hidajat, Dedianto; Widiastuti, Ida Ayu Eka
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Akne vulgaris merupakan self-limited disease dengan mikroorganisme komensal seperti P.acne pada permukaan kulit dan duktus yang terjadi terutama pada remaja. Membersihkan wajah dengan sabun lembut dan mengandung antibakteri merupakan salah satu standar terapi akne vulgaris derajat ringan hingga sedang yang efektif serta berhubungan dengan penurunan jumlah total lesi akne vulgaris. Tujuan: Mengetahui perbedaan total lesi wajah sebelum dan sesudah penggunaan sabun wajah dengan kandungan 1,5% triklosan pada akne vulgaris derajat ringan-sedang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain uji klinik acak buta ganda. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 59 responden yang merupakan santri Pondok Pesantren Al-Aziziyah Gunung Sari, Lombok Barat berusia 15-19 tahun dengan akne vulgaris derajat ringan hingga sedang. Sampel terbagi menjadi kelompok kontrol yang menggunakan sabun plasebo dan kelompok perlakuan yang menggunakan sabun Phisohex® masing-masing selama 14 hari. Hasil: Pada penelitian menunjukkan perbedaan bermakna sebelum dan sesudah pemakaian sabun Phisohex® dan sabun plasebo dengan nilai p=0,000 (p<0,05) pada masing-masing kelompok. Persentase penurunan lesi sebesar 42,48% pada kelompok Phisohex® dan 38,98% pada kelompok plasebo. Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah total lesi akne vulgaris pada kelompok yang mencuci wajah dengan sabun Phisohex® dengan kelompok yang mencuci wajah dengan sabun plasebo, p=0,007 (p<0,05) (p=0,007; CI 95%). Kesimpulan: Persentase penurunan jumlah total lesi akne vulgaris pada kelompok Phisohex® lebih besar dibandingkan dengan kelompok plasebo. Sabun Phisohex® lebih efektif dibandingkan sabun plasebo.
Perbedaan Total Lesi Wajah Sebelum dan Sesudah Aplikasi Sabun Wajah yang mengandung Chlorhexidine Digluconate 0,1% terhadap Akne Vulgaris Derajat Ringan-Sedang Yuniartiningtyas, Pitaloka; Hidajat, Dedianto; Widiastuti, Ida Ayu Eka
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Akne vulgaris merupakan self-limited disease dengan mikroorganisme komensal seperti P.acne pada permukaan kulit dan duktus yang terjadi terutama pada remaja. Membersihkan wajah dengan sabun lembut dan mengandung antibakteri merupakan salah satu standar terapi akne vulgaris derajat ringan hingga sedang yang efektif serta berhubungan dengan jumlah total lesi akne vulgaris. Tujuan: Mengetahui perbedaan total lesi akne derajat ringan-sedang pada wajah sebelum dan sesudah penggunaan sabun pencuci wajah yang mengandung chlorhexidine digluconate 0,1%. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain uji klinik acak buta ganda. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 59 responden yang berasal dari Siswa Pondok Pesantren Al-Aziziyah Gunung Sari, Lombok Barat. Sampel terbagi menjadi kelompok kontrol yang menggunakan sabun plasebo dan kelompok perlakuan yang menggunakan sabun masing-masing selama 14 hari. Hasil: Pada penelitian menunjukan perbedaan bermakna sebelum dan sesudah pemakaian sabun plasebo dan sabun Topicare®, dengan p=0,000 (p<0,05) pada masing-masing kelompok. Persentase penurunan lesi sebesar 35,75% pada kelompok dan 38,98% pada kelompok plasebo. Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah total lesi akne vulgaris pada kelompok yang mencuci wajah dengan sabun Topicare® dengan kelompok yang mencuci wajah dengan sabun plasebo, p=0,001 (p<0,05) (p=0,001; CI 95%). Kesimpulan: Persentase penurunan jumlah total lesi akne pada kelompok plasebo lebih besar dibandingkan dengan kelompok Topicare®. Sabun plasebo lebih efektif dibandingkan sabun Topicare®.
Kepekaan Mikrobiota Akne Terhadap Antibiotik Pada Pelajar SMA Penderita Akne Derajat Sedang-Berat Di Mataram, Nusa Tenggara Barat Yunita Hapsari; Dedianto Hidajat; Farida Hartati
Jurnal Kedokteran Vol 8 No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v8i1.325

Abstract

Latar Belakang: Antibiotik merupakan terapi utama penatalaksanaan Akne vulgaris derajat sedang-berat namun peningkatan prevalensi resistensi mikrobiota akne merupakan tantangan bagi keber-hasilan terapi. Identifikasi dan pola kepekaan bakteri pada akne di Mataram, NTB belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada lesi akne derajat sedang-beratdan kepekaannya terhadap antibiotik yang bermanfaat sebagai pedoman penatalaksanaan akne di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel diperoleh dari 43 pelajar SMA penderita akne derajat sedang-berat. Isolat diambil dari lesi akne, dikultur dalam kondisi aerobik dan anaerobik, diidentifikasi dan diuji kepekaannya terhadap beberapa antibiotik. Hasil: Subjek terdiri dari 25 laki-laki (58,1%) dan 18 perempuan (41,9%) dengan dominan Acne vulgaris derajat sedang (98%). Identifikasi bakteri didapatkan S. epidermidis (48.8%), S. aureus (27.9%), Bacillus cereus (14%), dan Bacillus subtilis (2.3%), Providencia stuartii (4.7%) dan Aeromonas veronii (2.3%). Kepekaan Staphylococci terhadap levofloksasin (97%), ciprofloksasin (95%), tetrasiklin, doksisiklin dan kotrimoksasol (90.0%). Resistensi tertinggi didapatkan pada azitromisin (24.2%), eritromisin (21.2%), dan klindamisin (18.2%). Staphylococci merupakan penyebab utama Akne vulgaris yang ditandai dominasi Firmicutes dan Proteobacteria pada isolat pasien akne. Pada akne, Staphylococci telah dilaporkan resistensinya terhadap golongan β-Laktam, Makrolida, Klindamisin dan Gentamisin. Resistensi diperankan oleh gen erm(C) dan gen MLSB− yang menyebabkan resistensi terhadap makrolida, dan klindamisin. Kesimpulan: S. epidermidis dan S. aureus merupakan bakteri utama pada lesi akne derajat sedang-berat dengan kepekaan yang baik terhadap levofloksasin, ciproflokasin, tetrasiklin, doskisiklin dan kotrimoksasol namun resisten terhadap azitromisin, eritromisin dan klindamisin.
Prevalensi dan Faktor Risiko Highrisk HPV Pada Inspeksi Visual Asam Asetat Positif Di Mataram NTB Yunita Hapsari; Dedianto Hidajat; Rika Hastuti Setyorini; Farida Hartati
Jurnal Kedokteran Vol 8 No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v8i2.337

Abstract

Virus Human Papilloma (HPV) tipe onkogenik merupakan agen penyebab kanker serviks. Wanita dengan HPV tipe ini memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk mengalami CIN derajat 2 atau lebih. Pemeriksaan HPV DNA merupakan pemeriksaan skrining kanker serviks yang paling baik namun biaya mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan prevalensi hr-HPV pada wanita dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) positif yang dapat digunakan sebagai prioritas skrining dengan HPV DNA. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang melibatkan 31 wanita dengan IVA positif. Penelitian diawali dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan hr-HPV dengan metode Hybrid Capture 2. Data dianalisis secara deskriptif dan bivariat. Sebanyak 31 wanita IVA positif mengisi kuesioner. Highrisk HPV didapatkan pada 11 orang (32,3%). Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara usia muda OR 0,54 (95% CI 0,37-0,78), tingkat pendidikan rendah OR 12,0 (95% CI 1,29-112,67), jumlah pasangan seksual lebih dari satu OR 0,02 (95% CI 0,002-0,20), riwayat infeksi menular seksual dan infeksi hr-HPV. Prevalensi tinggi infeksi hr-HPV dipengaruhi oleh usia pertama berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual wanita dan pasangannya, dan IMS lainnya, termasuk HIV. Skrining diprioritaskan pada wanita IVA positif dengan usia yang lebih muda, berpendidikan rendah, memiliki lebih dari 1 pasangan seksual dan riwayat IMS. Faktor perilaku dapat mempengaruhi faktor risiko infeksi hr-HPV pada semua wanita yang aktif secara seksual
Reaksi Hipersensitivitas pada Kulit Akibat Obat Anti Inflamasi Non Steroid Hidajat, Dedianto; Novi Lindriati, Ni Luh Putu; Purwaningsih, Ni Wy Desi
Jurnal Kedokteran Vol 8 No 3 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v8i3.368

Abstract

Seiring dengan hasil pengobatan yang semakin maju, kelangsungan hidup pasien yang lebih lama dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama, frekuensi dan durasi paparan terhadap obat-obatan telah meningkat. Konsekuensi yang dapat terjadi akibat meningkatnya paparan terhadap obatobatan yakni meningkatnya kejadian reaksi hipersensitivitas terhadap obat. Kulit merupakan organ yang paling sering terlibat dalam reaksi hipersensitivitas terhadap obat. Dari semua organ yang terkena, kulit paling sering terlibat dalam reaksi hipersensitivitas terhadap obat. Sebagian besar reaksi hipersensitivitas obat pada kulit bersifat ringan, berupa erupsi makulopapular atau urtikaria. Adapun reaksi hipersensitivitas obat yang bersifat berat, yaitu pustulosis eksantematosa generalisata akut (PEGA), drug reaction with eosinophilia and systemic symptomps (DRESS), sindrom Stevens Johnson (SSJ), dan nekrolisis epidermal toksik (NET). Obat yang paling sering digunakan pada semua usia karena sifat antipiretik, analgesik, dan antiinflamasinya adalah OAINS. Obat AINS telah dilaporkan sebagai penyebab kedua dari reaksi hipersensitivitas obat setelah antibiotik beta-laktam. Di Indonesia, golongan OAINS yang diduga sebagai penyebab terbesar reaksi hipersensitivitas adalah parasetamol. Klasifikasi reaksi terhadap OAINS terdiri dari reaksi yang dimediasi secara imunologis (non reaksi silang) dan non imunologis (reaksi silang). Golongan OAINS bekerja pada metabolisme asam arakidonat, sehingga mempengaruhi keseimbangan antara leukotrien dan prostaglandin dengan menghambat produksi prostanoid. Mekanisme definitif hipersensitivitas OAINS belum jelas, tetapi kemungkinan bahwa blokade COX yang diinduksi OAINS menghasilkan produksi prostaglandin E2 yang berlebihan pada individu yang terpengaruh.