Priyoutomo, Nur Bambang
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dietary ambon lumut banana stem extract Musa cavendishii var. dwarf Paxton as an immunostimulant for white spot disease prevention in Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei Ramadhan, Afriani; Nuryati, Sri; Priyoutomo, Nur Bambang; Alimuddin, Alimuddin
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3396.038 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.164-173

Abstract

ABSTRACT This study was aimed to evaluate the dietary ambon lumut banana Musa cavendishii var. dwarf Paxton stem extract on the immune responses, growth, and survival rate of Pacific white shrimp against white spot disease. Ambon banana steam extract was obtained by maceration method using ethanol. The shrimps fed by pellet containing ambon banana stem extracts with different dosages for 29 days, i.e designated as 0.1 (A); 0.3 (B), and 0.5 (C) g/kg, the diet treatment without ambon banana stem extract without challenged test (K-), and diet treatment without ambon banana stem extract with challenged test (K+). Each treatment consisted of three replications. Feeding was conducted for 29 days of maintenance (four times a day). The results showed that the immune responses (average total hemocyte count: 45.15×106 cells/mL, phenoloxidase activity 1.03±0.08 OD, respiratory burst 0.95±0.04 OD, phagocytic activity 94.33±1.53%, growth (specific growth rate: 7.79±0.06%/day, feed ratio conversion was 52±0.01), and survival of treatment C (survival rate 100%) were higher compared with the treatment K+ (total hemocyte count: 3.83×106 cells/mL, phenoloxidase activity 0.04±0.01 OD, respiratory burst 0.18±0.06 OD,  phagocytic activity 5.67±0.58%, specific growth rate: 2.61±0.08%/day, feed conversion ratio 2.11±0.02, survival rate: 50%). Therefore, banana stem extract at a dose of 0.5 g/kg everyday diet can be used to improve growth and nonspecific immune system against white spot disease on Pacific white shrimp. Keywords: Pacific white shrimp, white spot disease, immune response, Ambon banana stem extract  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dosis optimal ekstrak batang pisang ambon melalui pakan dalam meningkatkan respon imun, pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang putih terhadap penyakit white spot. Ekstrak batang pisang ambon lumut Musa cavendishii var. dwarf  Paxton menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Pakan udang yang mengandung ekstrak batang pisang ambon pada dosis yang berbeda selama 29 hari 0,1 (A); 0,3 (B), dan 0,5 (C) g/kg, pakan tanpa pemberian ekstrak batang pisang ambon dan tidak diuji tantang (K-), pakan tanpa pemberian ekstrak batang pisang ambon dan diuji tantang (K+). Masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Frekuensi pemberian pakan empat kali sehari selama 29 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C respons imun (rata-rata jumlah total hemosit: 45,15×106 sel/mL, aktivitas phenoloxydase 1,03±0,08 OD, respiratory burst 0,95±0,04 OD, aktivitas fagositik 94,33±1,53%, pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik: 7,79±0,06%/hari, rasio konversi  pakan 0,52±0,01), dan kelangsungan hidup  (survival rate 100%) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan K+ (jumlah total hemosit: 3.83×106 sel/mL, aktivitas phenoloxydase 0,04±0,01 OD, respiratory burst 0,18±0,06 OD, aktivitas fagositik 5,67± 0,58%, laju pertumbuhan spesifik: 2,61±0,08%/hari, rasio konversi pakan 2,11±0,02, nilai kelangsungan hidup: 50%). Jadi, ekstrak batang pisang pada dosis 0,5 g/kg setiap hari pada pakan dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan sistem kekebalan tubuh nonspesifik terhadap penyakit bintik putih pada udang putih.   Kata kunci: udang putih, white spot, respons imun, ekstrak batang pisang ambon
Utilization of biofloc meal as a feed ingredient for Nile tilapia and common carp Ekasari, Julie; Pasha, Hilda Kemala; Priyoutomo, Nur Bambang
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4813.568 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.1.9-15

Abstract

ABSTRACTThis study was aimed to evaluate the utilisation of biofloc meal collected from biofloc-based catfish intensive culture as a mix ingredient for Nile tilapia Oreochromis niloticus and common carp Cyprinus carpio diet. A control diet containing 29.03% crude protein was used in this experiment. Experimental diet was made by mixing 30% biofloc waste meal with the control diet and repelleted after the addition of 2% of binder. To determine the experimental feed digestibility, 0.5% of Cr2O3 was added as a marker for digestibility. The feed was offered to satiation at a frequency of 3 times a day for 28 days of experimentation. Nile tilapia and common carp juveniles with an initial average body weight of 11.72±0.04 g and 8.81±0.04 g, respectively, were used as the experimental animals. Each fish species were randomly stocked with a density of 10 fish/aquarium (30´45´30 cm3). The results showed that dry matter digestibility of diets with 30 % biofloc waste meal in both fish species were significantly lower than those of the controls (P<0.05). However, protein, lipid and phosphorus digestibilities of diets containing biofloc waste meal were significantly higher than those of the controls (P<0.05). Feeding with biofloc waste meal mixed feed to tilapia resulted in lower growth rate compared to that to fed control feed. On the other hand, similar treatment to common carp resulted in comparable growth rate to the control treatment.Keywords: biofloc meal, digestibility, growth performance, tilapia, common carp ABSTRAK                                                                                      Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan tepung bioflok yang dikumpulkan dari limbah pemeliharaan ikan lele intensif berbasis teknologi bioflok sebagai campuran pakan untuk ikan nila Oreochromis niloticus dan ikan mas Cyprinus carpio. Pakan kontrol yang digunakan adalah pakan komersial dengan kadar protein 29,03%. Pembuatan pakan uji dilakukan dengan mencampurkan tepung limbah bioflok (30%) dengan pakan kontrol (67,5%) dan dibentuk pelet kembali setelah dilakukan penambahan binder sebanyak 2% dan Cr2O3 sebanyak 0,5% sebagai penanda untuk menganalisis kecernaan pakan dengan tepung limbah bioflok. Pakan diberikan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari selama 28 hari pemeliharaan. Bobot rata-rata ikan awal adalah 11,72±0,04 g untuk ikan nila, dan 8,81±0,04 g untuk ikan mas dengan kepadatan awal masing-masing 10 ekor/akuarium (30´45´30 cm3). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kecernaan total pakan dengan tepung limbah bioflok baik pada ikan nila maupun ikan mas lebih rendah daripada pakan kontrol (P<0,05). Namun demikian, kecernaan protein, lemak, dan fosfor pakan dengan campuran tepung limbah bioflok lebih tinggi daripada kontrol (P<0,05). Pemberian tepung limbah bioflok sebanyak 30% sebagai campuran pakan menghasilkan laju pertumbuhan spesifik ikan nila yang lebih rendah (P<0,05), sedangkan perlakuan yang sama pada ikan mas memberikan laju pertumbuhan spesifik yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (P>0,05). Kata kunci: tepung limbah bioflok, kecernaan, kinerja pertumbuhan, ikan nila, ikan mas