Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS RANTAI NILAI PRODUK OLAHAN TUNA CAKALANG DI PULAU LEMBEH UNTUK PEMASARAN LOKAL DI KOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA Kharie, Wandi Rivandi; Manoppo, Victoria E. N.; Wasak, Martha
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 5, No 9 (2017): (April 2017)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.5.9.2017.16982

Abstract

AbstrakProduksi perikanan laut  di Sulawesi Utara   285 265.60 ton di tahun 2015, dan khusus Bitung berjumlah  49 483.70 ton (Anonimous, 2016). Potensi dan produksi perikanan laut di Kota Bitung cukup tinggi, sehingga pengembangan industri perikanannya lebih tepat diarahkan pada industri pengolahan perikanan laut, khususnya untuk peningkatan nilai tambah potensi beberapa jenis ikan ekonomis tinggi seperti Tuna dan Cakalang (Anwar, 2011)).Tujuan penelitian ini, yaitu 1) menganalisis bagaimana kondisi rantai nilai produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. 2 mendeskripsikan hambatan-hambatan apa saja yang ada dalam proses pengolahan dan pemasaran nilai produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu :1.   Kondisi rantai nilai produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk  pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara.a.   Rantai nilai yang ada mulai dari pedagang pengumpul ke pengolah ikan dilanjutkan dengan pemasaran ke KSU masyarakat pesisir di pasar Sagrat Bitung.b.   Pada tingkat pengumpul ikan dijual dalam bentuk segar dikemas dalam keranjang atau ember/loyang besar. Dijual dengan harga Rp. 8.500,- per kg, sehingga kebutuhan rata-rata 200 kg per produksi, maka pedagang pengumpul memperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 1.700.000,-.c.    Pada tingkat pengolah, ikan diproses lagi menjadi ikan olahan yaitu ikan kayu  sebanyak 40 kg dan dijual dengan harga total Rp. 3.600.000,-, biaya sebesar Rp. 220.000,- sehingga memperoleh margin atau nilai tambah  sebesar Rp. 1.680.000/produksi.d.   Di tingkat pembeli dalam hal ini KSU masyarakat pesisir memperoleh margin sebesar Rp.1.550.000,-2.   Hambatan-hambatan dalam proses pengolahan dan pemasaran  produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara hanyalah pada  :a.   Masih berorientasi ke pembeli yang hanya satu orang saja.b.   Memerlukan peralatan yang lebih modern untuk mendapatkan hasil produksi lebih tinggi.c.    Memerlukan tambahan modal, agar bisa diversivikasi hasil usaha.Bertolak dari hambatan, maka dapatlah disarankan sebagai berikut :1.   Baik nelayan, pedagang pengumpul, pengolah ikan  bisa meningkatkan produksinya melalui peralatan tangkap yang lebih baik dan lebih modern2.   Pembeli dalam hal ini KSU masyarakat pesisir bisa mengadakan tambahan binaan pengolah ikan sebagai penyedia ikan kayu. Kata kunci : Rantai Nilai, Ikan Kayu , Lembeh
ANALISIS KONFLIK NELAYAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI DESA BORGO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA Zalukhu, Augusman; Manoppo, Victoria E. N.; Andaki, Jardie A.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 5, No 9 (2017): (April 2017)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.5.9.2017.17007

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan : 1) Menjelaskan tipe dan karakteristik konflik nelayan dalam usaha pemanfaatan sumber daya perikanan di Desa Borgo wilayah pesisir Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa; 2) Mengidentifikasi pihak-pihak dalam konflik dan menjelaskan peranannya dalam upaya penyelesaian konflik di Desa Borgo wilayah pesisir Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa; 3) Menelusuri sebab-sebab permasalahan konflik nelayan dalam pengelolaan sumber daya perikanan di Desa Borgo wilayah pesisir Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa; dan 4) Menjelaskan penanganan dan penyelesaian konflik secara sosial dan hukum di Desa Borgo wilayah pesisir Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa.Metode yang digunakan dalam penelitian ini, metode penelitian deskriptif-kualitatif dan analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptikf kualitatif dan deskriptif kuantitatif.Ada pun hasil dari penelitian ini sebagai berikut :1. Tipe-tipe konflik yang ada di Desa Borgo Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa ada 3 yaitu : a). Konflik Kelas, b). Konflik Orientasi, c). Konflik Agraria, 2. Pihak-pihak dalam penyelesaian konflik di Desa Borgo wilayah pesisir Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa yaitu nelayan itu sendiri, Ketua RT, Kepala Desa, pihak yang berwajib, pemerintah dan juga peran ketua rukun nelayan, dan tokoh agama sangat penting dalam membantu pemerintah untuk menyelesaikan konflik antar nelayani, 3. Sumber-Sumber Konflik antar nelayan di Desa Borgo Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa antara lain : a). Sumber daya yang langka, b). Adanya ketidak seimbangan struktural, c). Informasi yang tidak akurat, d). Tujuan yang bersaing, e). Hubungan antar sesama yang buruk, 4. Konflik yang terjadi antara nelayan tradisional dengan nelayan modern di Desa Borgo dapat diselesaikan melalui upaya-upaya : (1) Kapal-kapal pajeko dilarang untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di perairan nelayan tradisional. (2) Penetapan jalur penangkapan yang jelas. (3) Sikap tegas dari Pemerintah Provinsi dan Desa Borgo terhadap segala macam pelanggaran yang terjadi; (4) Kemitraan usaha antara nelayan tradisional dengan nelayan modern. Kata kunci : Analisis konflik, Desa Borgo, Kecamatan Tombariri 
Study of the Potential and Development of a Mangrove Ecosystem Based on Ecotourism in Pinasungkulan Village, Minahasa Regency Bonde, Alis Febri; Boneka, Farnis B. Boneka; Schaduw, Joshian N. W.; Makapedua, Daisy Monica; Rumengan, Antonius Petrus; Manoppo, Victoria E. N.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 12 No. 2 (2024): ISSUE JULY-DECEMBER 2024
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v12i2.57782

Abstract

This research aims to describe the ecological, socio-economic, institutional, and infrastructural conditions. Primary data collection was carried out through direct observation in the field, measuring the potential of mangrove forests, observing biota, and conducting direct interviews with local communities and relevant stakeholders. Secondary data collection was conducted by gathering documents from previous studies/research, legislation, and other supporting data. Four types of mangroves were found: Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, and Avicennia marina. The highest species density was Rhizophora apiculata with 6.56 individuals/m², the highest species frequency was 1 for Rhizophora apiculata, the highest species coverage value was Sonneratia alba at 34.02, and the highest Importance Value Index (IVI) was Rhizophora apiculata at point 3 with a value of 226.98. The mangrove diversity index (H') was 2.66, indicating a moderate category and the highest evenness index was at point 2, with a value of 0.92. The Mangrove Tourism Suitability Index (IKW) value was 2.36, indicating a Suitable category. The mangrove area in Pinasungkulan Village can accommodate a 350 square meter mangrove tracking area. The Area Carrying Capacity (DDK) is 56 people per day, with an operational time of 8 working hours per day. The study on community perceptions regarding the benefits of the mangrove ecosystem and its potential to be developed as an ecotourism destination is very positive, and it is expected that this can improve the community's welfare in Pinasungkulan Village. Keywords: ecotourism, mangroves, carrying capacity, suitability, Pinasungkulan Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi ekologi, sosial ekonomi, kelembagaan dan infrastruktur. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan, melalui pengukuran potensi hutan mangrove, pengamatan biota dan wawancara langsung dengan masyarakat lokal dan pihak terkait. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya. Terdapat 4 jenis mangrove yang ditemukan yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba dan Avicennia marina. Nilai kerapatan jenis tertinggi adalah Rhizophora apiculata yaitu 6,56 individu/m², frekuensi jenis tertinggi adalah 1 pada jenis Rhizophora apiculata, nilai penutupan jenis tertinggi Sonneratia alba yaitu 34,02, Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi jenis Rhizophora apiculata di titik 3 dengan nilai 226,98, indeks keanekaragaman mangrove H’= 2,66 dengan kategori sedang, indeks kemerataan tertinggi pada titik 2 yaitu 0,92. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) mangrove 2,36, menunjukkan kategori Sesuai. Kawasan mangrove Desa Pinasungkulan dapat dibangun tracking mangrove seluas 350 meter². Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah 56 orang/hari dengan waktu operasional 8 jam kerja per hari. Kajian persepsi masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove dan potensinya untuk dikembangkan sebagai tujuan ekowisata sangat baik sehingga diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Pinasungkulan. Kata kunci: ekowisata, mangrove, daya dukung, kesesuaian, pinasungkulan
Analysis of the Living Standards of Fishing Families in the Hook-and-Line Fishing Industry Based on Women's Empowerment in Tateli Village Manoppo, Victoria E. N.; Durand, Swenekhe S.; Aling, Djuwita R. R.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 13 No. 1 (2025): ISSUE JANUARY-JUNE 2025
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v13i1.60649

Abstract

The specific objectives of this study are: Identifying and carefully explaining the standard of living of fishing families based on women's empowerment/housewives in Tateli Dua Village, Mandolang District, Minahasa Regency. 1. The method used in this study is the census method. 2 Data Collection Techniques Data collected through two sources, namely primary data and secondary data. Primary data is data that is directly obtained through direct interviews at the research location, filling out questionnaires. 3 Data Analysis Methods Analysis of research data results is divided into two types, namely quantitative analysis and qualitative analysis. Engel Index Analysis, because the Engel index is one way to reflect the standard of living of a person or group of people.  The results of the analysis using the Engel Index obtained a figure of 28.52%, this means that the total income of fishermen who own fishing rods is not much, even less than half of their income is used for food needs only. It can be concluded that the level of welfare of fishermen who own fishing rods is classified as good / high because more than half of their income for food needs, namely 71.47%, is used for non-food needs. This means that their lives in the house already have other facilities, such as having a television in addition to children who are well schooled. This is greatly supported by the role of fishermen's wives in working and being able to provide economic support for the family. Keywords: Standard of Living, Women's Empowerment, Hand Fishing Abstrak Tujuan khusus  dalam penelitian ini, yaitu : Mengidentifikasikan dan menjelaskan dengan cermat  taraf hidup keluarga nelayan pancing berbasis pemberdayaan wanita/ibu rumah tangga di Desa Tateli Dua Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa. 1. Metode dalam penelitian ini dipakai metode sensus. 2 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan melalui dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh melalui wawancara langsung di loakasi penelitian, pengisian kuisioner. 3 Metode Analisis Data Analisis data hasil penelitian dibedakan dalam dua macam, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis Indeks Engel, karena indeks Engel merupakan salah satu cara untuk mencerminkan taraf hidup seseorang atau sekelompok orang. Hasil analisis dengan menggunakan Indeks Engel diperoleh angka 28,52 %, ini berarti bahwa total pendapatan nelayan pemilik pancing tidak banyak bahkan tidak sampai separuh  pendapatannya yang digunakan kebutuhan makanan saja.  Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan pemilik pancing  tergolong baik/tinggi  karena lebih dari separuh pendapatannya kebutuhan pangan saja yaitu sebesar 71,47% digunakan untuk kebutuhan non pangan. Ini berarti kehidupan mereka di dalam rumah sudah ada fasilitas yang lain misalnya memiliki televisi disamping anak-anak yang disekolahkan dengan baik. Hal ini sangat ditunjang oleh peranan istri nelayan dalam ikut bekerja dan bisa memberikan dukungan ekonomi bagi keluarga.  Kata kunci : Taraf Hidup, Pemberdayaan Wanita, Pancing Ulur.