Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Role of Fisher Group in The Fisheries Development in Sadeng Coast Gunungkidul Regency Rakhmanda, Andhika; ., Suadi; Supardi Djasmani, Supardjo
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 6 No. 2 (2018): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.408 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v6i2.23225

Abstract

ABSTRACTThis research aims to understand the role of a fisher group as learning class, cooperation media, production units, and business units in the development of fisheries in Sadeng Coast. The survey was conducted in March-June 2014. Selected fisher group was Kelompok Nelayan Tangkap Mina Raharjo, as the main group of fisher in Sadeng. Responden with amount of 30 fishers were taken randomly as the samples. The research results showed that fisher group has been performing its good role as learning class and cooperation media, less role as a production units, and lack of role as a bussines unit. The existence of fisher group raises knowledge-skills, access to productive resources, and information related to capital, market, technology and network to its members, and finally triger positive impact on the rising of fisheries productivity. New goverment initiative on the promotion of collective-based business (Kelompok Usaha Bersama or KUB) through its program so-called Fisheries for Rural Business Development Program (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan or PUMP) lead fisher group, Kelompok Nelayan Tangkap Mina Raharjo, informally act as the coordinator group. This research also showed that the ability of fishers to organized theirself at a certain level indicate the independence and self-supported of fisher community. Thus, the fisher group can be reference model of rural development, especially coastal area.Keywords: Fisher, Group, Gunungkidul, Rural DevelopmentABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kelompok nelayan sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit produksi dan unit usaha serta mempelajari perkembangan dan pengaruh kelompok nelayan dalam perkembangan perikanan di Pantai Sadeng. Penelitian dilaksanakan pada Maret – Juni 2014 dengan menggunakan metode survei. Penentuan kelompok nelayan dilakukan secara purposive yaitu Kelompok Nelayan Tangkap Mina Raharjo sebagai kelompok induk nelayan di Pantai Sadeng. Jumlah sampel sebanyak 30 orang responden yang dipilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kelompok nelayan telah menjalankan perannya sebagai kelas belajar dan wahana kerjasama dengan baik, sebagai unit produksi dengan cukup baik, dan sebagai unit usaha dinilai kurang baik. Keberadaan kelompok berimplikasi pada meningkatnya pengetahuan-keterampilan, akses terhadap sumber-sumber produktif dan informasi terkait dengan modal, pasar, teknologi ataupun jaringan bagi anggota, yang kemudian berdampak positif terhadap produktivitas usaha perikanan. Tumbuhnya Kelompok Usaha Bersama (KUB) akibat adanya Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) menyebabkan Kelompok Nelayan Tangkap Mina Raharjo secara informal berperan sebagai kelompok induk. Peran kelompok nelayan yang utama saat ini adalah sebagai rukun nelayan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kemampuan nelayan mengorganisasikan diri pada taraf tertentu menunjukkan karakter kemandirian dan keswadayaan komunitas nelayan. Dengan demikian, kelompok nelayan dapat menjadi refrensi model pembangunan di pedesaan, khususnya pada wilayah pesisir.Kata kunci: Nelayan, Kelompok, Gunungkidul, Pembangunan Pedesaan
Production performance of white shrimp Litopenaeus vannamei with super-intensive culture on different rearing densities Rakhmanda, Andhika; Pribadi, Agung; Parjiyo, Parjiyo; Wibisono, Bobby Indra Gunawan
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.20.1.56-64

Abstract

This research aimed to evaluate the production performance of white shrimp Litopenaeus vannamei with super-intensive culture on different rearing densities. The research was conducted at PT. Dewi Laut Aquaculture, Cikelet, Garut, West Java. As many of 8 ponds were used and divided into 2 groups based on the stock density of shrimp, 550 ind/m2 and 650 ind/m2, and reared for 99 days. The results showed that super-intensive shrimp culture at the density of 550–650 ind/m2 potentially produced shrimp with average body weight ranged from 15.91–19.31 g, survival rate 62.67–87.95%, growth 0.16 to 0.20 g/day, FCR 1.35–1.66, and productivity reach 5.55–9.19 kg/m2. There were no significant differences between the two stocking densities in body weight, growth, and feed conversion performance, while ponds with higher rearing density had better survival and productivity than ponds with lower rearing density. L. vannamei cultured at a density of 650 ind/m2 produces the best performance and most feasible to be applied in super-intensive white shrimp cultivation. Keywords: Litopenaeus vannamei, super-intensive, high-density, production performance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja produksi udang vaname pada sistem super- intensif dengan padat penebaran berbeda. Penelitian dilaksanakan di tambak PT. Dewi Laut Aquaculture, Cikelet, Garut, Jawa Barat, menggunakan 8 petak tambak. Tambak dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing 4 petak tambak dengan padat tebar udang 550 ekor/m2 dan 4 petak tambak lainnya dengan padat tebar 650 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan 99 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya udang vaname pada sistem super-intensif dengan padat tebar 550–650 ekor/m2 dapat menghasilkan udang dengan bobot rata-rata berkisar antara 15.91–19.31 g, sintasan 62.67–87.95%, pertumbuhan 0.16–0.20 g/hari, konversi pakan (FCR) 1.35–1.66, dan produktivitas mencapai 5.55–9.19 kg/m2. Tidak ada perbedaan nyata antara kedua padat penebaran pada kinerja bobot, pertumbuhan harian, dan FCR; sementara tambak dengan kepadatan tinggi memiliki nilai sintasan dan produktivitas yang lebih tinggi dari tambak dengan kepadatan rendah. Padat penebaran 650 ekor/m2 menghasilkan kinerja produksi terbaik dan paling layak untuk diaplikasikan dalam budidaya udang vaname super-intensif. Kata kunci : Litopenaeus vannamei, padat tebar tinggi, super-intensif, kinerja produksi