Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS OCCUPATIONAL CRIME TERHADAP PRAKTIK MARK DOWN DALAM DOKUMEN KAPAL PENANGKAP IKAN Adi Yulianto
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol 1, No 1 (2017): Special Issue Mardjono Awards 2017
Publisher : Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article discusses the existence of fraudulent practices in terms of decreasing (MarkDown) the size of ships on the manufacture of fishing documents, which gives a significant impact on the country and social life. The practice of this Mark Down is done by the ship owner to gain some profit, which then manipulation of the size of the vessel is facilitated by some person. therefore, this study focuses on the same person that facilitate the practice of Mark Down by analyzing using the concept of Occupational Crime. By analyzing using occupational crime concept, the researcher got the result that the practice of Mark Down as a form of occupational crime activity. Because there is some person have the status of workers, such as one of them as an employee of sea transportation. And from the practice of Mark Down is associated with Social Exchange Theory, because in practice there is a mutual social exchange between officers with ship owners to manipulate ship documents. The data to analyze obtained are secondary data from the Ministry of Marine Affairs and Fisheries, some collections of news, and previous research.
POLA PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ISPA BAGIAN ATAS DI PUSKESMAS SUKASADA II PADA BULAN MEI – JUNI 2014 Adi Yulianto; Komang Ayu Kartika Sari
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 5(2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.091 KB)

Abstract

ISPA merupakan penyakit yang umum dan global di masyarakat. Pada pusat layanan primer seperti di Puskesmas Sukasada II, angka kunjungan pasien ISPA tercatat sebanyak 3,091 pasien pada tahun 2013 dan tercatat sebanyak 1,452 pasien di periode Januari - Juni 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemberian kortikosteroid pada pasien ISPA bagian atas dan indikasi pemberiannya. Kriteria pasien dalam penelitian adalah pasien rawat jalan yang terdiagnosis ISPA bagian atas yang tercatat di Puskesmas Sukasada II pada Mei – Juni 2014. Penelitian menggunakan metode studi deskriprif cross-sectional menggunakan pengumpulan data sekunder yang berasal dari register dan rekam medis pasien ISPA bagian atas yang berobat di Puskesmas Sukasada II. Karakteristik berdasarkan umur pasien ISPA di Puskesmas Sukasada II adalah balita (46,5%). Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi tertinggi terdapat pada jenis kelamin laki-laki (52,8%) dan berdasarkan letak desa, tertinggi di Desa Pancasari (54,2%). Berdasarkan tanda dan gejala keluhan demam (21,4%), batuk (20,4%), pilek (14,8%), bersin (14,8%), sekret hidung (14,8%), sakit tenggorok (7,1%), dan sakit kepala (6,7%). Diagnosis ISPA bagian atas dibagi menjadi sinusitis (8,3%), common cold (11,1%), rinitis (13,9%), tonsilitis (25,0%), dan faringitis (41,7%). Pemberian kortikosteroid pada pasien ISPA mencapai 27,1% dengan kortikosteroid yang digunakan adalah prednison (15,3%) dan deksametason (11,8%). Pemberian kortikosteroid berdasarkan gejala dan tanda klinis pada pasien ISPA sudah sesuai berdasarkan penelitian yang telah dilakukan akan tetapi belum ada pedoman indikasi pemberian kortikosteroid yang pasti pada pasien ISPA. Pemberian kortikosteroid pada pasien ISPA berdasarkan diagnosis meliputi, tonsillitis (41,6%), faringitis (26,7%), rinitis (25%), common cold (18,9%), dan sinusitis (0%). Pemberian kortikosteroid pada pasien infeksi, termasuk ISPA adalah kontraindikasi kecuali pada pasien sepsis bakteri gram negatif dan membantu mengurangi kerusakan jaringan akibat inflamasi yang berlebihan di bawah pengawasan ketat. Pemberian kortikosteroid pada pasien anak-anak dengan common cold dapat memperburuk gejala.