Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RADIX Rianti, Muthia; Mansyur, Herlinda
SENDRATASIK UNP Vol 8, No 1 (2019): Seri C. September 2019
Publisher : FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jsu.v8i1.105344

Abstract

Abstract The creation of "RADIX" Dance works aims to create creative dance works and reveal ideas inspired by the root bridge found on the south coast. The dance Works "RADIX" is inspired by the root bridge (the titular title) found in the village of Pulut-Pulut, in the district IV Nagari Bayang Utara. The plot of the "RADIX" dance interpreting the shape of the root braid into the dancer's body. What is the process of root braid on the bridge of the titular temple to become a bridge. This work of "RADIX" further illustrates how the root characteristics of the titular bridge are on the point. The properties of the roots are bending, propagating and strongly interpreted to the body of the dancer through the motion that corresponds to the root character. Dancers in the work "RADIX" should kill the character of the motion like the roots, because with the character of this dance work will be conveyed to the audience. The dance Works "RADIX" is a symbolic dance. The nature of the roots is interpreted to the body of the embodied through motion, stage, cosmetology, fashion, lighting, and emphasized by the music. Keywords: Radix, Radix Dance, Perform Art
Koreografi Tari Kureh Saiyo di Sanggar Atok Rumbio Kenagarian Jinang Kampung Pansur Kabupaten Pesisir Selatan Ichanur Safri, Oktry; Mansyur, Herlinda; Rianti, Muthia
SENDRATASIK UNP Vol 13, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/js.v13i3.130134

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis hasil seni Koreografi Tari Kureh Saiyo di Sanggar Atok Rumbio, Kenagarian Jinang Kampung Pansur, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Peneliti sendiri menjadi instrumen utama, didukung dengan alat tulis, kamera foto, dan perekam suara. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder, dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, wawancara terarah dan tidak terarah, serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Kureh Saiyo merupakan inovasi baru dari Tari Kain Tradisional, menggambarkan kehidupan masyarakat Pesisir Selatan yang harmonis dengan alam dan penuh kearifan lokal. Proses koreografi Tari Kureh Saiyo meliputi ide/tema dan suasana. Koreografer menciptakan bentuk tari yang melibatkan gerak, desain ruang, desain waktu, desain tenaga, desain lantai, komposisi kelompok, perlengkapan, dan iringan tari. Gerakan dalam Tari Kureh Saiyo terinspirasi dari Tari Kain di Pesisir Selatan, dengan pengembangan dua gerak dasar dari Tari Kain dan Tari Rantak menjadi karya Tari Kreasi baru. Iringan tari mencakup dendang, gandang, bansi, talempong, dan maracas. Kostum penari dimodifikasi agar memudahkan gerakan, menggunakan bahan satin, sarawa, kain songket, deta batik, serta aksesoris seperti subang talepon dan kalung cakiak. Properti yang digunakan adalah kain panjang.This study aims to describe and analyze the results of the Kureh Saiyo Dance Choreography at Sanggar Atok Rumbio, Kenagarian Jinang, Kampung Pansur, Koto XI Tarusan District, South Coast Regency. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive approach. The researcher himself became the main instrument, supported by stationery, photo cameras, and voice recorders. The data collected consisted of primary and secondary data, with collection techniques through literature studies, observations, directed and undirected interviews, and documentation. The results of the study show that the Kureh Saiyo Dance is a new innovation of the Traditional Cloth Dance, depicting the life of the southern coastal community that is in harmony with nature and full of local wisdom. The choreography process of the Kureh Saiyo Dance includes ideas/themes and atmospheres. Choreographers create dance forms that involve movement, space design, time design, power design, floor design, group composition, equipment, and dance accompaniment. The movements in the Kureh Saiyo Dance are inspired by the Kain Dance on the south coast, with the development of the two basic movements of the Kain Dance and the Rantak Dance into a new Creation Dance work. Dance accompaniment includes dendang, gandang, bansi, talempong, and maracas. The dancers' costumes were modified to facilitate movement, using satin materials, sarawa, songket fabric, batik deta, as well as accessories such as subang talepon and cakiak necklaces. The property used is long fabric.
TARI BUAI-BUAI DI SANGGAR BUJANG SAIYO KABUPATEN PESISIR SELATAN: TINJAUAN TEKS DAN KONTEKS Rianti, Muthia; Arisyi, Dani Fajrul; Taslim Saputra, Andi
Boting Langi: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4, No 4 (2025): Oktober-Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/bl.v4i4.76915

Abstract

Di Kabupaten Pesisir Selatan masih ada beberapa sanggar yang melestarikan tari Buai-Buai, salah satunya sanggar Bujang Saiyo yang dipimpin oleh Gusman beralamat di Nagari Laban Salido Kecamatan IV Jurai, Painan, Pesisir Selatan. Tari Buai-Buai di Pesisir Selatan dikenal dengan tari Buai- Buai Duduak. Tari ini sudah ada di Pesisir Selatan semenjak tahun 1960-an, yang menceritakan kisah kerajaan Indropuro yang berada di Pesisir Selatan. Gerak tari ini bersumber dari gerak Silek yang karakter geraknya tidak memiliki pola yang sistematis. Ragam gerak yang dimiliki tari Buai-Buai ini ada 12 yaitu, Gerak Sambah, Duduak, Sentak, Ayun Lakang, Ayun Sampiang, Tagak Manyimpia, Tapuak Hantak, Lenggang Karaia, Jinjiang Bantai, Bakatiek, Marantang, dan Sambah Panutuik. Tari ini tidak banyak menggunakan pola lantai dan juga tidak menggunakan tata rias karena tari ini masi termasuk kepada tari tradisional. Untuk alat music yang digunakan juga sederhana yaitu, Adok dan juga dendang. Untuk pakaiannya hanya menggunakan pakaian Silat pada umumnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pradigma kualitatif dengan metode deskriptif analisis dengan menggunakan Etnokoreologi sebagai pisau bedah dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah, observasi, studi Pustaka, wawancara, dan dokumentasi.