Ridawati, Mujiatun
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Metode Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat-ayat mengenai kepemilikan dan harta (pembacaan terhadap Tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân) Ridawati, Mujiatun; Johari, Muhamad
Journal of Enterprise and Development (JED) Vol. 1 No. 2 (2019): Journal of Enterprise and Development (JED)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business of Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (975.591 KB) | DOI: 10.20414/jed.v1i02.971

Abstract

Revelation in the form of a holy book (al-Qur'an) is often addressed to all humans, regardless of their circumstances or mindsets. Thus, it is entirely conceivable and even necessary for the creation of numerous distinct interpretations. One straightforward and obvious conclusion from these varied readings is that humans have an unequal capacity to comprehend the essence of revelation. It can be argued that Sayyid Quthb's thoughts are difficult to comprehend unless one is willing to read them thoroughly and possesses adequate language skills. Sayyid Quthb employs the tafsr bi ar-ra'yi method, in which he defines property as "everything that can be utilised by humans in carrying out their duties as creatures of Allah." According to Sayyid Quthb, property belongs to Allah swt. entirely, regardless of its form. According to Sayyid Quthb, jihad is an aggressive war waged against Islam's physical adversary through a complete separation of Muslim and non-Muslim ties. According to the preceding definition of jihad, Sayyid Quthb assumes that wealth is merely a tool to be employed in the service of Allah during jihad.
PERKEMBANGAN OBLIGASI SYARI’AH (SUKUK) DI INDONESIA Ridawati, Mujiatun
Al-Qardhu Vol. 1 No. 02 (2023): (Februari) Jurnal Al-Qardhu
Publisher : Fakultas Syariah IAI Hamzanwadi Pancor, Lombok Timur, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37216/alqardhu.v1i02.996

Abstract

Pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangaan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan nya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Kebanyakan masyarakat ingin bergelut dalam dunia pasar modal yaitu masyarakat yang kelebihan pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi. Sehingga kelebihan tersebut akan digunakan untuk menabung atau investasi pada pasar modal. Salah satu instrument pasar modal yaitu obligasi. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka obligasi saat ini ada yang berprinsip Islam. Atau yang dinamakan dengan Obligasi Syariah. Menurut Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sukuk adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Pihak yang menerbitkan sukuk negara adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan ketentuan undang-undang untuk menerbitkan sukuk. Asetnya adalah barang milik negara yang memiliki nilai ekonomis yang dijadikan sebagai dasar penerbitan sukuk Negara. Di Indonesia, pasar keuangan syariah termasuk sukuk tumbuh dengan cepat, meskipun porsinya dibandingkan pasar konvensional masih relatif sangat kecil. Untuk keperluan pengembangan basis sumber pembiayaan anggaran negara dan dalam rangka pengembangan pasar keuangan syariah dalam negeri, pemerintah telah mengesahkan RUU tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). UU SBSN tersebut akan menjadi legal basis bagi penerbitan dan pengelolaan sukuk negara. Sukuk merupakan salah satu instrumen investasi yang memberikan peluang bagi investor muslim dan non-Muslim untuk berinvestasi di Indonesia. Sehingga, sukuk dapat dimanfaatkan untuk membangun perekonomian bangsa dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Fakta selama ini menunjukkan bahwa pasar akan sangat responsif terhadap penerbitan sukuk. Hampir semua sukuk yang diterbitkan, diserap habis oleh pasar, bahkan pada beberapa kasus menimbulkan kelebihan permintaan. Salah satu inisiatif strategis yang perlu segera dijalankan dalam upaya meng- optimalkan peluang pengembangan instrumen sukuk ini adalah melakukan sosialisasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang keberadaan sukuk dengan melibatkan banyak pihak seperti praktisi, pengamat, akademisi, dan ulama di bidang ekonomi Islam.
Metode Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat-ayat mengenai kepemilikan dan harta (pembacaan terhadap Tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân) Ridawati, Mujiatun; Johari, Muhamad
Journal of Enterprise and Development (JED) Vol. 1 No. 2 (2019): Journal of Enterprise and Development (JED)
Publisher : Faculty of Islamic Economics and Business of Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/jed.v1i02.971

Abstract

Revelation in the form of a holy book (al-Qur'an) is often addressed to all humans, regardless of their circumstances or mindsets. Thus, it is entirely conceivable and even necessary for the creation of numerous distinct interpretations. One straightforward and obvious conclusion from these varied readings is that humans have an unequal capacity to comprehend the essence of revelation. It can be argued that Sayyid Quthb's thoughts are difficult to comprehend unless one is willing to read them thoroughly and possesses adequate language skills. Sayyid Quthb employs the tafsr bi ar-ra'yi method, in which he defines property as "everything that can be utilised by humans in carrying out their duties as creatures of Allah." According to Sayyid Quthb, property belongs to Allah swt. entirely, regardless of its form. According to Sayyid Quthb, jihad is an aggressive war waged against Islam's physical adversary through a complete separation of Muslim and non-Muslim ties. According to the preceding definition of jihad, Sayyid Quthb assumes that wealth is merely a tool to be employed in the service of Allah during jihad.