Ginting, Rehulina
Faculty Of Dentistry, University Of Sumatera Utara, Medan

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KARAKTERISTIK KARSINOMA SEL SKUAMOSA RONGGA MULUT Ginting, Rehulina; Betty, Betty; Michelle, Michelle
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol 10 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode Mei-Agustus 2015
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemetrian Kesehatan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.201 KB)

Abstract

Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel skuamosa dan merupakansalah satu jenis kanker ditemukan pada mukosa rongga mulut. Insidensi KSS sekitar 90% dari seluruh jeniskeganasan yang terdapat pada rongga mulut dan frekuensi KSS rongga mulut di Indonesia mencapai 3-5%dari seluruh kanker organ tubuh lainnya. KSS dapat diklasifikasi berdasarkan morfologi karakteristikjaringannya, dimana dibagi kepada tiga jenis yaitu KSS berdiferensiasi baik, sedang dan buruk. Tujuanpenelitian ini adalah untuk melihat karakteristik morfologi KSS rongga mulut berdasarkan jenisdiferensiasinya. Rancangan penelitian ini merupakan deskriptif dengan cara cross sectional terhadap 30sampel blok parafin yang terdiagnosa sebagai KSS rongga mulut yang diperoleh dari Laboratorium PatologiAnatomi FK USU/RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2013, dan dilakukan pewarnaanHematoxylin-Eosin (HE). Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya Olympus CX21. Hasil penelitianmenunjukkan KSS berdiferensiasi baik (63%), KSS berdiferensiasi sedang (37%), dan tidak ditemukan KSSberdiferensiasi buruk. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan KSS berdiferensiasi baik lebih banyakdibandingkan KSS berdiferensiasi sedang, dan tidak ditemukan KSS berdiferensiasi buruk.
PERBEDAAN KADAR NITRIC OXIDE SALIVA PADA PEREMPUAN PENYIRIH SUKU KARO DENGAN DAN TANPA PINANG SEBAGAI POTENSIAL KARSINOGENIK Pintauli, Sondang; Ginting, Rehulina; Sari, Desy Purnama
Dentika: Dental Journal Vol. 19 No. 1 (2016): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.557 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v19i1.141

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kadar NO saliva pada perempuan penyirih suku Karo yang menggunakan dan tidak menggunakan pinang dihubungkan dengan perilaku menyirih. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan pada 22 orang perempuan penyirih Suku Karo berusia 30-60 tahun di Kecamatan Pancur Batu, terdiri atas 11 kelompok penyirih yang menggunakan pinang dan 11 tanpa pinang. Pengumpulan saliva yaitu saliva yang distimulasi dan pengukuran kadar NO saliva dilakukan dengan spektrofotometer menggunakan metode griess reaction. Data dianalisis dengan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan kadar NO saliva pada kelompok yang menggunakan dan tidak menggunakan pinang, uji korelasi Pearson untuk melihat hubungan perilaku menyirih dengan kadar NO saliva dan hubungan berat pinang dengan kadar NO saliva. Sedangkan regresi linear berganda dengan metode stepwise digunakan untuk menganalisis perilaku kebiasaan menyirih yang paling berpengaruh terhadap kadar NO saliva. Rerata kadar NO saliva pada kelompok yang menggunakan pinang 287,61±158,31 µM dan tidak menggunakan pinang 184,87±59,42 µM. Hasil analisis data menunjukkan perbedaan kadar NO saliva yang signifikan antara kelompok yang menggunakan dengan tidak menggunakan pinang (p=0,077). Pada kelompok yang menggunakan pinang, peningkatan kadar NO saliva memiliki korelasi yang kuat terhadap lama kebiasaan (r=0,736), frekuensi (r=0,796) dan lama paparan menyirih (r=0,814). Demikian juga pada kelompok yang tidak mengggunakan pinang, peningkatan kadar NO saliva memiliki korelasi yang kuat terhadap lama kebiasaan (r=0,929), frekuensi (r=0,906) dan lama paparan menyirih (r=0,935). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar NO saliva adalah lama paparan menyirih dengan persamaan y=-30,479+33,009x pada kelompok yang menggunakan pinang dan y=20,949+17,172x tidak menggunakan pinang. Sebagai kesimpulan, peningkatan kadar NO saliva pada kelompok yang menggunakan pinang lebih signifikan dibandingkan kelompok yang tidak menggunakan pinang.
PEMBUKAAN MULUT MAKSIMAL SUKU BATAK KELOMPOK UMUR 17-22 TAHUN Ginting, Rehulina; Purba, May
Dentika: Dental Journal Vol. 19 No. 1 (2016): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.762 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v19i1.143

Abstract

Pembukaan mulut maksimal adalah jarak terjauh antara tepi insisal insisivus sentralis maksila dan mandibula pada garis tengah gigi ketika mulut terbuka maksimal. Pembukaan mulut maksimal merupakan parameter yang penting untuk mengevaluasi fungsi sendi temporomandibula dan status otot mastikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran pembukaan mulut maksimal suku Batak kelompok umur 17-22 tahun. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pembukaan mulut maksimal antar jenis kelamin (p<0,05) namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar masing-masing kelompok umur (p>0,05). Sebagai kesimpulan, rerata pembukaan mulut maksimal aktif pada laki-laki adalah 44,52 ± 7,27 mm dan pada perempuan 38,13 ± 4,16 mm, nilai rerata pembukaan mulut maksimal pasif pada laki-laki adalah 46,28 ± 6,79 mm dan pada perempuan 39,59 ± 4,62 mm.
PERUBAHAN SCORE BLEACHEDGUIDE DAN NILAI KEKERASAN ENAMEL GIGI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN BLEACHING KARBAMID PEROKSIDA 35%: CHANGES IN BLEACHEDGUIDE SCORE AND HARDNESS VALUES OF TOOTH ENAMEL BEFORE AND AFTER BLEACHING WITH 35% CARBAMIDE PEROXIDE Rehulina Ginting; Ashvinaa Morgan
Dentika: Dental Journal Vol. 18 No. 3 (2015): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.138 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v18i3.1978

Abstract

Bleaching merupakan salah satu perawatan estetik untuk memutihkan gigi yang mengalami diskolorisasi. Selain efekmemutihkan gigi, bleaching memiliki efek negatif terhadap gigi yaitu menurunnya nilai kekerasan enamel akibat prosesoksidasi bahan peroksida sehingga komponen Ca2+ dan PO43- menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah perlakuan bleaching karbamid peroksida 35% yaituterdapat penurunan skor warna berdasarkan VITA Bleachedguide 3D-Master dan penurunan nilai kekerasan (HV) enamelgigi. Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre-post test design. Penelitian inidilakukan pada 20 spesimen premolar pertama maksila permanen yang telah mengalami diskolorisasi dan dipotongbagian bukal gigi sehingga menghasilkan spesimen berukuran 5 x 5 x 4 mm kemudian ditanam dalam resin epoksi. Skorwarna spesimen gigi diukur dengan menggunakan Bleachedguide, dan nilai kekerasan enamel gigi (HV) dengan alatpenguji kekerasan Vicker’s sebelum dan sesudah perlakuan bleaching karbamid peroksida 35% satu jam sehari selamatujuh hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan pada skor warna sebanyak1,60 ± 0,60 tingkat antara sebelum dibanding sesudah bleaching pada p< 0,05 dengan VITA Bleachedguide 3D-Master.Nilai kekerasan (HV) mengalami penurunan yang signifikan sebanyak 29,15 ± 8,88 HV antara sebelum dibandingsesudah bleaching pada p< 0,05. Sebagai kesimpulan, tindakan pemutihan gigi (bleaching) dengan karbamid peroksida35% ternyata dapat menurunkan skor warna gigi (warna gigi bertambah putih), tetapi pada waktu yang sama mempunyaidampak negatif terhadap gigi yaitu penurunan nilai kekerasan enamel.
ANALISIS VOLUME SALIVA YANG TERSTIMULASI PADA PECANDU GANJA DI PUSAT REHABILITASI INSYAF MEDAN TAHUN 2014: ANALYSIS OF STIMULATED SALIVARY VOLUME AMONG MARIJUANA ABUSERS AT INSYAF REHABILITATION CENTER IN MEDAN 2014 Rehulina Ginting; Beactris Lamria
Dentika: Dental Journal Vol. 18 No. 2 (2014): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.64 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v18i2.2018

Abstract

Indonesia merupakan produsen ganja kedua terbesar di dunia, jumlah pecandu ganja pada tahun 2007 mencapai 9000orang dan di Sumatera Utara, mencapai 1.072 orang pada tahun 2011. Konsumsi ganja dapat menyebabkan masalahkesehatan rongga mulut seperti xerostomia, penyakit periodontal, karies, kandidiasis serta perubahan pada epitel ronggamulut. Hal ini dapat disebabkan karena kurang adekuatnya saliva pada pecandu ganja. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan mengonsumsi ganja dengan volume saliva yang distimulasi pada mantan pecandu ganja di pusatrehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014. Jenis penelitian adalah studi observasional analitik dengan rancangan crosssectional. Subjek yang diteliti adalah sebanyak 40 orang yang terdiri atas 30 orang mantan pecandu ganja dan 10 orangtanpa riwayat konsumsi ganja sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi penurunan volumesaliva yang distimulasi pada pecandu ganja dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 7,7623 ml/5 menit. Kesimpulanpenelitian ini menunjukkan adanya hubungan mengonsumsi ganja dengan penurunan volume dan saliva yang distimulasiantara kelompok mantan pecandu ganja dengan kelompok kontrol dan hal ini dipengaruhi oleh frekuensi, durasi danlamanya berhenti mengonsumsi ganja.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 030 SIBUAK ginting, Rehulina; Marhadi, Hendri; ', Syahrilfuddin
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol 4, No 1 (2017): Wisuda Februari 2017
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: the problem in this research was IPS learning outcomes in fifth grade (v) students SDN 030 Sibuak still low with average value 64.50 (with KKM  70). The purpose of this research was to improve IPS learning outcomes of the fifth grade (v) students SDN 030 Sibuak with the implementation of cooperatif’s GI tipe learing model. This research was classroom action research with two cycles. The subjects were students  of class v SDN 030 Sibuak academic years 2015/2016 which amounted 15 people consisting of 5 women and 10 men. Based on the result a discussion the observation of teacher ‘s and student activity sheet seen rising each meeting. Teacher ‘s activity with the implementation of cooperatif ‘s GI tipe learning model at first meeting of first ceyle was  54.16 % (good), and second meeting was  62.50%( enough). At  second cycle, teacher ‘s activity at first meeting was 70.80% (good) and second meeting was  75.00%( good). Students activities at first meeting of first cycle was  50.00% (enough) and second meeting was 65.00% ( enough)  at second cycle, students activities at  first meeting was70.00% (good), secoond meeting was 85.00% (good), IPS learning outcomes before implementation cooperatif ‘s GI tipe learing model average 64.50, after implementation of cooperatif’ s GI tipe learing model UH I was 80.00, UH II 89.60. implementation of cooperatif’ s GI tipe learing modei can improved IPS learing outcomen of the fifth grade(V) students SDN 030 Sibuak Key Words: Cooperatif’s Group Investigation Tipe Learning Model, IPS Studies Students Achievement
Correlation of the vertical dimension of occlusion with five distances between facial landmarks among those of Batak Toba ethnicity Rehulina Ginting; Debora Lovelisa Hinson Simbolon
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 53 No. 1 (2020): March 2020
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/j.djmkg.v53.i1.p30-35

Abstract

Background: The normal vertical dimension of occlusion (VDO) results in orofacial and temporomandibular joint (TMJ) biomechanical balance. If the VDO changes due to attrition, full edentulism, accidents involving the lower third of the face and even improper denture manufacturing will result in the disruption of mastication, speech and aesthetic functions. Therefore, the right technique is needed to predict the correct VDO. Purpose: To identify the correlation values and regression equation of the VDO for five distances between facial landmarks among people of Batak Toba ethnicity. Methods: This research is an analytical study with a cross-sectional design. A purposive-sampling technique obtained 30 Batak Toba subjects, consisting of 15 males and 15 females aged 19–24 years. The data were analysed by an independent t-test, one-way ANOVA, the Pearson correlation, and linear regression (p<0.05). Results: A significant difference distance in the VDO (p=0.0001, p<0.05) was observed between male subjects (72.96±3.75mm) and female subjects (65.24±5.12mm). A positive and significant correlation was observed between the VDO distance and the facial landmark distances, where the criteria for significant correlation were the RO–Pu distance being {r male=0.723(p=0.02) and female=0.650(p=0.09)} and the OC–RO distance being {r male=0.689(p=0.004) and female=0.615(p=0.015)}; the moderate correlation criteria were the OC–IC distance being {r male=0.476(p=0.045) and female=0.428(p=0.043)}, the E–E being {r male=0.435(p=0.043) and female=0.458(p=0.047)}, and the EH being {r male=0.398(p=0.051) and female=0.414(p=0.051)}. The regression equation for the VDO distance in males is {[22.694 + 0.673 (RO–Pu)], [24.371 + 0.642 (OC–RO} and in females is {[23.017 + 0.616 (RO–Pu)], [21.795 + 0.632 (OC–RO)]}. Conclusion: The distances of RO–Pu and OC–RO have the strongest correlation with the VDO in people of Batak Toba ethnicity.
Gejala klinis dan faktor penyebab kelainan temporo mandibular joint pada kelas I oklusi AngleClinical symptoms and aetiological factors of temporomandibular joint abnormalities in Angle class I occlusion Rehulina Ginting; Febe Mawar Nurindah Napitupulu
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 31, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.175 KB) | DOI: 10.24198/jkg.v31i2.21440

Abstract

Pendahuluan: Temporomandibular joint (TMJ) adalah sendi engsel yang menghubungkan tulang rahang atas dengan rahang bawah antara tulang temporalis dengan kepala kondilus mandibularis. Penderita kelainan TMJ dapat menunjukkan satu atau lebih gejala berupa bunyi kliking, krepitasi, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, nyeri telinga, telinga berdengung, keterbatasan gerak mandibula, deviasi, dan defleksi. Faktor penyebab terjadinya kelainan TMJ dapat berupa maloklusi seperti  crowded, crossbite, edentulus gigi posterior, atau kebiasaan buruk misalnya mengunyah satu sisi, bruksism, dan stres. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gejala klinis dan faktor-faktor penyebab kelainan TMJ pada klas I oklusi Angle. Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional  terhadap 33 penderita kelainan TMJ kelompok umur 18-24 tahun, Klas I Oklusi Angle. Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner berupa anamnesis dan pemeriksaan klinis. Hasil: Gejala tertinggi yang dialami penderita kelainan TMJ klas I oklusi angle berupa kliking (72,7%). Faktor-faktor pendukung terjadinya kelainan TMJ adalah stres (45,5%). Berdasarkan kebiasaan buruk tertinggi yaitu penderita mengunyah satu sisi (48,5%). Tingkat  Helkimo’s anamnestic index (Foncesa 1992) diperoleh kelainan TMJ tertinggi berupa kelainan TMJ ringan (72,73 %). Berdasarkan RDC/TMD (1992) diperoleh bentuk kerusakan TMJ tertinggi  berupa dislokasi diskus dengan reduksi (42,22%). Simpulan: Gejala klinis kelainan TMJ pada Klas I Oklusi Angle menunjukkan gejala lebih dari satu sampai tujuh gejala dan faktor penyebabnya adalah kondisi gigi crowded, crossbite, edentulus gigi posterior, kebiasaan buruk seperti bruksism, mengunyah satu sisi, menopang dagu, tidur satu sisi, mengunyah makanan keras, kondisi stres, perawatan ortodonti.  Kata kunci: Temporomandibular joint (TMJ), kelainan TMJ, oklusi kelas I angle. ABSTRACTIntroduction: The temporomandibular joint (TMJ) is a hinge joint that connects the maxillary bone with the lower jaw between the temporal bone and the head of the mandibular condyle. People with TMJ abnormalities can show one or more symptoms in the form of clicking, crepitations, joint pain, muscle aches, headaches, ear pain, ear buzzing, limitation of mandibular motion, deviation, and deflection. Factors causing TMJ abnormalities can be malocclusions such as crowding, crossbite, posterior dental edentulous, or bad habits such as one side chewing, bruxism, and stress. The purpose of this study was to identify clinical symptoms and factors that cause TMJ abnormalities in class I Angle occlusion. Methods: This study was a descriptive study with cross-sectional design of 33 patients with TMJ abnormalities in the 18-24 years old age group, class I angle occlusion. Data collection was obtained through questionnaires in the form of history taking and clinical examination. Results: The highest symptoms experienced by patients with TMJ class I occlusion angle abnormalities in the form of clicking (72.7%). Supporting factors for TMJ abnormalities are stress (45.5%). Based on the highest bad habit, the sufferers chew one side (48.5%). The level of Helkimo's anamnestic index (Foncesa 1992) obtained the highest TMJ abnormalities in the form of mild TMJ abnormalities (72.73%). Based on RDC / TMD (1992) obtained the highest form of TMJ damage in the form of disc dislocation with reduction (42.22%). Conclusion: Clinical symptoms of TMJ abnormalities in Class I Angle occlusion shows more than one to seven symptoms and the causes are crowded teeth, crossbite, posterior edentulous, bad habits such as bruxism, chewing on one side, supporting the chin, sleeping on one side, chewing hard food, stress conditions, orthodontic treatment.Keywords: Temporomandibular joint (TMJ), TMJ disorder, class I angle occlusion
Growth and Development Factors of Infants and Maternal Conditions During Pregnancy for the Eruption of the First Deciduous Teeth (Literature Review): Faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Persiapan Kondisi Ibu selama Masa Kehamilan terhadap Erupsi Gigi Desidui Pertama (Tinjauan Pustaka) Ginting, Rehulina; Tarigan, Yesica Elisabeth
Dentika: Dental Journal Vol. 25 No. 1 (2022): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/dentika.v25i1.6581

Abstract

Tooth eruption is a condition in which the cusp or incisal of the tooth emerges through the gingiva, but not exceeding 3mm above this level after the corona is formed. The first human tooth that erupts is the mandibular primary central incisor, which is the reference for the eruption of others, including the primary and permanent teeth, that support the growth of the jaw, face, mastication, swallowing, speech, and aesthetics. Furthermore, tooth eruption is influenced by the growth and development of the fetus during pregnancy. Maternal conditions during pregnancy such as age, level of education, physical condition, and nutritional intake affect fetal nutrition which indicates the level of growth and development in the form of head circumference, birth weight, and height that affect the eruption time of the mandibular deciduous central incisor. During pregnancy, the maternal preparation to be considered is the age which might range from 20-35 years, adequate nutritional intake of carbohydrates, folic acid, protein, vitamin C, vitamin D, and minerals, prevention of physical fatigue, intelligence in choosing nutrition, and abstaining from alcohol and caffeine consumption. This study aims to provide information/education on the preparation of pregnant women for the eruption of the mandibular primary central incisor which is part of the infant's growth and development.