Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGEMBANGAN ALUR KOMUNIKASI PERAN QS (QUANTITY SURVEYOR) PADA DEVELOPER SWASTA DINILAI DARI SEGI RISIKO (Studi kasus: PT. XYZ) Safri, Safri; Ariostar, Ariostar
Jurnal Komposit: Jurnal Ilmu-ilmu Teknik Sipil  Vol. 3 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Ibn Khaldun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/komposit.v3i1.3746

Abstract

Abstrak: Komunikasi pada Quantity Surveyor (QS) adalah kunci utama di dunia konstruksi termasuk pada badan pemerintahan, pemilik bangunan, arsitek dan kontraktor. Adapun fenomena yang terjadi adalah masih banyak proyek yang terlambat dan over budget, padahal sudah menggunakan alur komunikasi dan telah ditetapkan peran Quantity Surveyor. Penelitian ini menganalisis pengembangan alur komunikasi peran QS pada developer swasta berbasis risk dalam mengelola / mendokumentasikan resiko dalam pengelolaan QS untuk meningkatkan kinerja waktu. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisa risiko berdasarkan validasi pakar (pendapat ahli). Hasil penelitian menyarankan bahwa QS perlu dilibatkan dalam proses perekrutan calon peserta tender; proses perhitungan Surat Penawaran Harga dan pekerjaan tambah kurang; dalam setiap proses tender hingga serah terima pekerjaan juga harus memperhatikan penggunaan SOP (Standard Operating Procedure).Kata Kunci: komunikasi, alur komunikasi, manajemen risiko, Quantity Surveyor.Abstract: Communication on the Quantity Surveyor (QS) is a primary key in the construction world, including in government agencies, building owners, architects and contractors. The phenomenon that occurs is that there are still many projects that are late and over budget, even though they have used communication channels and the role of the Quantity Surveyor has been assigned. This study analyzes the development of the communication flow of the role of QS in risk-based private developers in managing and/or documenting risks in QS management to improve time performance. This research is a qualitative research with a risk analysis method based on expert validation (expert opinion). The results suggest that QS should be involved in the process of recruiting candidate tender participants; the process of calculating the quotation letter and addendum work; SOP (Standard Operating Procedure) must also be considered in any tender process until project handover.Key words: communication, communication flow, risk management, Quantity Surveyor.
Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Lentur Jalan Raya (Studi Kasus: Ruas Jalan Tarutung - Bts. Kabupaten Tapanuli Selatan) Hidayatulloh, Cecep; Ariostar, Ariostar
Jurnal Komposit: Jurnal Ilmu-ilmu Teknik Sipil  Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Ibn Khaldun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/komposit.v5i2.6283

Abstract

AbstrakJalan merupakan akses yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya dalam satu daratan. Perencanaan jalan ini bertujuan untuk membangun sarana trasportasi antar daerah yang dimana berfungsi untuk melancarkan perekonomin Kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Metode penelitian ini dilakukan beberapa langkah yaitu: perumusan masalah, survey lokasi, pengumpulan data, pengolahan data sehingga didapatkan analisis yang relevan. Lokasi penelitian akan direncanakan pada ruas jalan Tarutung - Bts. Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menghasilkan perhitungan secara teknis untuk Aliyemen Horizontal dengan beberapa jenis tikungan yang dihasilkan, yaitu: 1 (satu) unit tikungan Full Circle, 5 (lima) unit tikungan Spiral Circle Spiral, dan 4 (empat) unit Tikungan Spiral Spiral. Dengan tebal perkerasan jalan, yaitu Surface Course 7,5 cm, Base Course 20 cm dan Sub Base Course 29 cm. Sehingga pengguna jalan dapat melintas dengan aman dan nyaman.Kata Kunci: Geometrik Jalan, Tikungan, Perkerasan Lentur, Tebal Lapisan Perkerasan.Abstract Road is an access that connects one place to another in one land. This road plan aims to build inter-regional transportation facilities which function to launch the economy of the Lake Toba Region and its surroundings. This research method is carried out in several steps, namely: problem formulation, site survey, data collection, data processing so that relevant analysis is obtained. The research location will be planned on the Tarutung - Bts road. South Tapanuli Regency, North Sumatra Province. The results of this study produce technical calculations for Horizontal Alignment with several types of bends produced, namely: 1 Full Circle Bend, 5 Spiral Circle Spiral Bend, and 4 Spiral Spiral Bend. The pavement thickness is 7.5 cm for the Surfase Course, 20 cm for the Base Course and 29 cm for the Sub Base Course. So that road users can pass safely and comfortably.Key words: Road Geometry, Bends, Flexible Pavement, Pavement Layer Thickness.
Implementasi Standar Pelayanan Minimal Bus Trans Metro Bandung Koridor 1 Ariostar, Ariostar; Muttaqin, Ahmad Wildan; Adriadi, Adriadi; Andiyan, Andiyan; Irawan, Shendy
Jurnal Komposit: Jurnal Ilmu-ilmu Teknik Sipil  Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Ibn Khaldun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/komposit.v6i1.6697

Abstract

ABSTRAKTingkat pelayanan sistem angkutan umum di Kota Bandung masih jauh dari kondisi yang diharapkan, baik dari sisi kapasitas maupun kualitas pelayanan. Salah satu upaya yang ditempuh Pemkot Kota Bandung dalam mengatasi kemacetan dengan mengembangkan angkutan massal, yaitu Bus Trans Metro Bandung (TMB). Pada prinsipnya penerapan TMB untuk mengubah sistem pengelolaan angkutan umum perkotaan.Tujuan penelitian ini terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu : Pertama untuk mengetahui Standar Pelayanan Minimal Bus TMB Koridor 1, Kedua untuk megetahui sejauh mana Standar Pelayanan Minimal Bus TMB Koridor 1.Penelitian ini merupakan penilaian kesesuaian kondisi ekisting pelayanan TMB yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Pemenhub Nomor 10 tahun 2012 dan Pemenhub Nomor 27 tahun 2015. Tinjauan dari penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder berupa kajian literatur, kebijakan serta studi instansi yang terkait serta didapat langsung dari tinjauan sarana maupun prasaranan yang ada dilapangan. Dari hasil penilaian ini didapat beberapa kesimpulan, yaitu Pelayanan Bus TMB saat ini belum memenuhi Standar Pelayanan Minimal TMB masih memiliki kekurangan dalam segi keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan keteraturan. Saran sebagai masukan bagi pihak operator dan pemerintah Kota Bandung ini yaitu dengan memperbaiki pelayanan – pelayanan yang memiliki penilaian buruk yakni berkaitan dengan atribut keamanan, atribut keselamatan dan atribut kenyamanan seperti kondisi halte yang ada.Kata Kunci: Sistem Angkutan Umum TMB, Penilaian Kinerja TMB, Standar Pelayanan Minimal.ABSTRACTThe level of service of the public transport system in Bandung is still far from the expected conditions, both in terms of capacity and quality of service. One of the efforts taken by the City Government of Bandung City in overcoming congestion is by developing mass transportation, namely the Trans Metro Bandung Bus (TMB). In principle, the application of TMB is to change the urban public transport management system. The purpose of this study consists of 2 (two) parts: First, to determine the Minimum Service Standards for Corridor 1 TMB Buses, and to determine the extent to which the Minimum Service Standards for Corridor TMB Buses are implemented. This study assessed the suitability of the existing condition of TMB services which refers to the Minimum Service Standards of the Ministry of Transportation Number 10 of 2012 and the Ministry of Transportation Number 27 of 2015. The review of this study uses primary and secondary data in the form of literature studies, policies, and studies of related agencies and is obtained directly from the review. Facilities and infrastructure are available in the field. From the results of this assessment, it is hoped that some conclusions can be drawn, namely that the TMB Bus Service currently does not meet the Minimum Service Standards for TMB and still has shortcomings in terms of security, safety, comfort, and regularity. The conclusion for the operator and the Bandung city government is to improve services that have a bad rating, namely related to security attributes, safety attributes and comfort attributes such as the existing bus stop conditions.Keywords: TMB Public Transport System, TMB Performance Assessment, Minimum Service Standard