This Author published in this journals
All Journal BERITA BIOLOGI
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

SERANGGA PENGUNJUNG KACANG PANJANG (VIGNA UNGUICULATA) RAHAYUNINGSIH, Y.; NOERDJITO, W.A.; ADISOEMARTO, S.; ASWARI, P.
BERITA BIOLOGI Vol 2, No 9&10 (1984)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.435 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v2i9&10.1418

Abstract

Sekalipun kacang panjang (Vigna unguiculata} meiupakan tanaman sayuran penting,hal ikhwal serangga pengunjungnya, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, belum banyak diungkapkan (Kalshoven et al. 1951). Keterangan mengenai keanekaragaman jenis serangga pengunjung,hubungan tingkat umui tanaman dengan jenis serangga pengunjung, bagian tanaman yang dikunjungi serta peranan dan fungsi masing-masing jenis, pengaruh musim terhadap kehadiran serangga pengunjung kacang panjang belum banyak dipelajari.Oleh karena itu, penanganan terhadap serangga yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kehidupan kacang panjang belum dapat dilakukan dengan pasti. Di negara lain seperti Nigeria (Singh 1975; Ayoade 1975) dan Tanzania (Kayumbo 1975) penelitian hama kacang panjang sudah agak lanjut.untuk melengkapi data biologi serangga pengunjung kacang panjang di Indonesia serangkaian penelitian yang dilaporkan berikut ini telah dilakukan.
KOMPONEN HAYATI YANG SERING DIJUMPAI DI PEKARANGAN KASUS TELUKNAGA, CITEUREUP DAN PACET SASTRAPRADJA, D.S.; IMELDA, M.; ADISOEMARTO, S.
BERITA BIOLOGI Vol 3, No 2 (1985)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (811.446 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v3i2.1359

Abstract

D.S. SASTRAPRADJA, M. IMELDA & S. ADISOEMARTO.1985. Biological components frequently encountered in the kitchen gardens : thein Teluk Naga, Citeureup and Pacet.Berita Biologi 3 (2) : 25 - 36. Based on the grouping into ornamental plants, fruit trees, vegetables, medicinal plants, industrial plants and tu'oer crops, the vegetation of kitchen gardens showed uniform peicentage in the three study localities.The highest was occupied by ornamental plants, followed by lruit trees and vegetables, then industrial and medicinal plants, while the least was tuber crops.However, the three localities showed variations in frequency classes of each plant group, whilst in total, these frequency classes were uniform. Animal comiponents in the kitchen gardens were represented by variaous numbers of species in the three localities.In any case, chickens were the dominant group of animals, These birds were raised traditionally in most cases.Of the decomposing insects, each of the three localities showed their specificities. The coastal area was dominated by underground beetles, the interior low land by termites and the higher altitude by dung beetles. Different compositions were showed also by the insect pest groups.
PEMILIKAN TERNAK DI LINGKUNGAN PEKARANGAN TELUKNAGA, CITEUREUP DAN PACET ADISOEMARTO, S.; WALUJO, SRI PARYANTI; NOERDJITO, WORO A.
BERITA BIOLOGI Vol 3, No 2 (1985)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.287 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v3i2.1364

Abstract

S. ADISOEMARTO, SRI PARYANTI-WALUJO& WORO A.NOERDJITO. 1985. Domestic animal ownership within the kitchen gardens in Teluk naga, Citeureup and Pacet.Berita Biologi 3(2) : 70- 75. Surveys on domesticated animals in kitchen gardens were conducted in Teluknaga,Citeureup and Pacet in West Java in the middle of 1980.There were 13 kinds of animals listed. Each kind of these animals has been analysed on the bases of number of owners,rearing intensity and pattern of distribution in each locality. The most popular and widely distributed animals were chickens. This animal might be crowned as the "prima dona" of the kitchen garden environment.
MORFOLOGI MULUT DAN SALURAN PENCERNAAN SERANGGA PEMAKAN TUMBUHAN DAN PEMANGSA RAHAYUNINGSIH, Y.; ADISOEMARTO, S.; NOERDJITO, W.A.
BERITA BIOLOGI Vol 2, No 9&10 (1984)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.336 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v2i9&10.1419

Abstract

Walaupun diketahui bahwa makanan serangga menentukan berbagai bentuk mulut dan saluran pencemaannya, hubungan keanekaragaman jenis makanan dan keanekaragaman fungsi dan bentuk mulut seita saluran makanan belum banyak diketahui.Padahal pengetahuan ini mempunyai segi terapan yang beiguna, misalnya dalam membantu menentukan peranan serangga di suatu lingkungan. Kekhasan modifikasi bagian-bagian mulut diharapkan dapat dipakai untuk mencirikan kelompok pemiliknya. Dalam tahap permulaan penelitian morfologi mulut dan saluran pencernaan dilakukan terhadap serangga bermulut pengunyah dan penusuk-pengisap tumbuhan .serta mangsa. Hasil yang diperoleh dimaksudkan untuk menambah data mengenai bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan (Snodgrass l935;Metcalf etal. 1962; Nasution 1972) danmenambah data yang dapat digunakan untuk membedakan serangga pemakan tumbuhan dari pemangsa.
PENGARUH GULMA AKUATIK DALAM TAPAK PENANGKARAN JENTIK-JENTIK SANGAT, HARINI M.; ADISOEMARTO, S.
BERITA BIOLOGI Vol 2, No 3 (1979)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v2i3.1393

Abstract

Pada berbagai genangan air, dari danau sampai air yahg tertampung pada sehelai daun, sering dijumpai jentik-jentik nyamuk. Di samping itu dalam genangan air yang cukup besamya sering terdapat tumbuh-tumbuhan air yang umumnya merupakan gulma. Sebagai penghuni habitat ail yang sama tidak mengherankan bila terjadi hubungan atau saling pengaruh antara tumbuh-tumbuhan dan jentik-jentik tersebut. Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan sudah diketahui mempunyai daya bunuh terhadap jentik-jentik nyamuk. Chara,Nitetta dan Utricularia adalah beberapa kelompok tumbuhan rendah yang mempunyai kemampuan sebagai larvisida (Anonim 1973). Akan tetapi kemungkinan tumbuh-tumbuhan tinggi sebagai pengandung daya laivisida belum pernah dijajaki secara tegas (Sen1941). Kenyataan sering didapatinya tumbuhan ail atau gulma pada bermacam-macam bentuk perairan dan pengamatan perorangan yang menyatakan bahwa terdapat kemungkinan pengaruh gulma akuatik terhadap kemampuan wadah untuk menghasilkan nyamuk, merupakan suatu gejala yang perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.Pembuktian ini akan bermanfaat dalam kemungkinan penggunaan gejala ini dalam usaha pengendalian populasi nyamuk.Dalam usaha pembuktian ini yang pertama-tama harus dilakukan ialah mengetahui sifat-sifat kualitatif beberapa gulma akuatik terhadap tempat tumbuh jentik-jentik nyamuk.Menuiut Eussen (wawancara pribadi 1975) diketahui adanya eksudan pada beberapa gulma dan pengaruhnya terhadap organisme lain, sebagai contoh eksudan gulma Imperata cylindrica yang menghambat perkecambahan ketimun dan jagung.Macam eksudan yang dikeluarkan dari tiap jenis gulma tidak sama, begitu pula pengaruh macam-macam eksudan itu terhadap organisme lain.Dalam penelitian ini beberapa jenis gulma akuatik dicoba untuk dicari pengaruhnya terhadap tapak penangkaran nyamuk.Dalam percobaan ini digunakan jenis gulma akuatik yang banyak terdapat dalam pertanian, mudah memencar dan tumbuh dalam lingkungan/keadaan ekologi yang bermacam-macam. Selanjutnya perlu diselidiki adanya beberapa gulma akuatik yang mengeluarkan eksudan yang berlainan, baik sebagai penghambat (larvisida) atau pun sebagai penarik (attractant) dan diharapkan eksudan-eksudan itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap populasi nyamuk.Untuk membedakan pengaruh gulma terhadap tapak penangkaran nyamuk dari pengaruh faktor-faktor lain yang mungkin mempunyai pengaruh sama, dilakukan beberapa percobaan.Percobaan-percobaan ini mencakup perlakuan dengan menggunakan wadah, lokasi, dan ada tidaknya lumpur.Berdasarkan percobaan pendahuluan dapat disimpulkan bahwa warna ember tidak menunjukkan pengaruh terhadap kemampuan nyamuk untuk berbiak pada ember tersebut. Pada percobaan ini yang dihitung dan dianalisis ialah nyamuk dewasa saja, karena tingkat inilah yang sanggup berbiak, menggigit serta menularkan penyakit dan yang menjadi perhatian manusia (BIOTROP 1975).Dalam hal ini jumlah nyamuk induk (imago), telur dan telur yang menetas menjadi larva tidak dihitung, karena segi-segi tersebut sudah di luar ruang lingkup percobaan. Percobaan ini dimaksudkan sebagai penelitian permulaan untuk mengetahui pengaruh gulma akuatik terhadap kemampuan wadah untuk menghasilkan nyamuk.
PENYEBARAN JENIS TIKUS DI KEBUN RAYA BOGOR TAPPA, B.; ADISOEMARTO, S.
BERITA BIOLOGI Vol 3, No 1 (1985)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v3i1.1366

Abstract

B. TAPPA & S. ADISOEMARTO. 1985. Rat distribution in the Bogor Botanic Garden. Berita Biologi 3 (1) : 5 - 7. A study on rat distribution in the Bogor Botanical Garden was conducted in dry and wet season for one year period. Live-trapping was placed at habitat ten types. Three rats species were recorded during the study, i.e. Rattus tiomanicus, R.r. diardii and R. exulans. R. tiomanicus was found to be the most predominant species and its population more abundant than R.r. diardii and R. exulans. R. tiomanicus typically was captured at trap stations characterized by bamboo clumps, bananas and palms vegetation. R.r. diardii generally was trapped at stations with block housing area. R. exulans occupied may occur on some types of habitat.Analysis of rat distribution related trapping period wa s als o discussed
SERANGGA-SERANGGA BERKEMAMPUAN MERUSAK PADA TANAMAN PEKARANGAN DI TELUKNAGA, CITEUREUP DAN PACET ATMOWIDJOJO, A.H.; ADISOEMARTO, S.; AMIR, M.
BERITA BIOLOGI Vol 3, No 2 (1985)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v3i2.1362

Abstract

ANITA H. ATMOWIDJOJO, S. ADISOEMARTO & M. AMIR. 1985. Potential insect pests on vegetations of home gardens in Teluknaga, Citeureup and Pacet. Berita Biologi 3 (2) : 55 - 65. A total of 60 species of insects were recorded associated with 78 species of plants in three research localities. However, not all of these species were distributed equally, either in space or time. Many were found specific on certain host plants for the localities. On the other hand, there were host plants that harboured specific insect pests. It was also found that the seriousness of damage was not related to the specificity (in either way). A serious pest on certain host was not necessarily a serious pest on other host plants.
MORFOLOGI SISTEM PENCERNAAN BEBERAPA JENIS COLEOPTERA PEROMBAK KAYU LAPUK RAHAYUNINGSIH, Y.; NOERDJITO, W.A.; ADISOEMARTO, S.
BERITA BIOLOGI Vol 2, No 4 (1979)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v2i4.1394

Abstract

Pada dasarnya tipe mulut serangga dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu tipe pengunyah dan tipe pengisap (Boiror & De Long 1954).Mulut bertipe pengunyah ditandai dengan mandibula kuat yang dapat digerakkan ke samping. Mulut bertipe pengisap telah mengalami variasi dan modifikasi sehingga berbentuk pipa pengisap.Salah satu kelompok besar serangga yang sangat beranekaragam ialah kumbang atau Coleoptera.Walaupun beranekaragam, semua Coleoptera mempunyai bagian mulut yang berfungsi sebagai pengunyah.Berdasarkan perbedaan makanannya, bentuk terperinci bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan pemakan tumbuhan berbeda dari pemakan binatang.Perincian perbedaan pada Coleoptera masih belum banyak diungkapkan.Untuk menambah data umum yang telah diperoleh (Snodgrass1935,' Borror & De Long 1954, Imms 1957,Metcalf & Flint 1962),dilakukan pengamatan morfologi terhadap beberapa jenis Coleoptera pemakan kayu lapuk.
SERANGGA PERUSAK KECIPIR (PSOPHOCARPUS TETRAGONOLOBUS L.) HANNA, ANITA; ADISOEMARTO, S.
BERITA BIOLOGI Vol 2, No 9&10 (1984)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v2i9&10.1417

Abstract

Kecipir kini merupakan tanaman protein yang mulai digalakkan pengembangannya karena kandungan protein yang hampir sama dengan kedelai. Biji kering mengandung 2.9,8 - 37,4% protein, daun 5,7 - 15%, bunga sekitar 5,6% dan polong muda 1,9 - 2,9% (NAS 1975, Citroreksoko 1977). Banyak bagian tanaman kecipir, seperti daun muda, polong dan biji, serta pada beberapa vaiietas juga juga umbinya, dapat dimakan (Burkill 1936).Penggalakan pengembangan budidaya kecipii ini memerlukan perhatian masalah hamanya. Penelitian mengenai hama kecipir telah dilakukan di berbagai negara, di antaranya ialah Papua Niugini, Malaysia dan Filipina (Price 1978). Di Indonesia sendiri penelaahan terhadap hama kecipir masih agak diabaikan. Dari pengumpulan data yang telah dilakukan temyata bahwa kecipir di Indonesia mempunyai pula musuh alami yang berpotensi dan kalau dibiarkan dapat menggagalkan usaha penanamannya (Adisoemarto dkk. 1978). Mengingat permasalahan hama yang timbul perlu dilakukan penelaahan secara kualitatif serangga hama yang berhubungan dengan kecipir.