Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISTIK LANSEKAP BUDAYA DI DUSUN KAJUARA, KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN ., Hamka
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 1 (2017): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1601.55 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v4i1.20390

Abstract

Lansekap merupakan kondisi bentang alam dengan karakteristik unsur dan elemen tertentu pada suatu wilayah. Lansekap pada suatu permukiman merupakan hasil interaksi antara manusia dengan alam dan budaya yang menjadi latar belakang ciri identitas suatu lansekap.   Khususnya pada lansekap budaya dengan latar belakang sosial masyarakat yang berbeda-beda di tiap daerah di Indonesia. Peranan kondisi geografis dan budaya pada suatu kelompok masyarakat atau suku menarik dikaji kaitannya dalam hal lansekap budaya pada lingkungan permukiman. Kajian ini akan membahas karakteristik lansekap budaya permukiman Dusun Kajuara Kabupaten Bone dengan pendekatan metode kualitatif analsis deskriptif berdasarkan 13 komponen lansekap budaya. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa, letak geografis wilayah dan sosial budaya masyarakat di Dusun Kajuara yang sebagian besar sebagai petani berpengaruh terhadap karakter lansekap budaya permukiman yang masih didominasi oleh unsur dan elemen alami pada softscape dan hardscape lingkungan. Kata-kata kunci: komponenen lansekap, lansekap budaya, lansekap tradisional  THE CHARACTERISTICS OF CULTURAL LANDSCAPE IN KAJUARA VILLAGE, BONE REGENCY SOUTH SULAWESILandscape is a condition with its landscape elements characteristic and specific elements of the region. Landscape on a settlement is the result of interaction between human and nature and culture which blends into the background characteristics of the identity of a landscape. Particularly in the cultural landscape with socially different backgrounds of each region in Indonesia. The role of geography and culture of a community or ethnic group is interesting to study in terms of the cultural landscape in the neighborhoods. This review will discuss the characteristics of the cultural landscape settlements of Dusun Kajuara Bone district with qualitative method approach which is based on 13 components of the cultural landscape. The results of the discussion showed that the geographical location and social and cultural area in the Kajuara Village, mostly as farmers, affected the landscape character of the settlement that is still dominated by natural factors and elements on softscape and hardscape settlements. Keywords: cultural landscape, landscape component, traditional landscape REFERENCESHasan, & Prabowo. (2002). Perubahan Bentuk dan Fungsi Arsitektur Tradisional Bugis di Kawasan Pesisir Kamal Muara, Jakarta Utara. International Symposium Building Research and the Sustainability of the Built Environment in the Tropics’ Universitas Tarumanegara. Koentjaraningrat. (1999). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan: Jakarta. Nurjannah & Anisa. (2003). Pola Permukiman Bugis di Kendari. NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Page, Robert. R, Cathy Gilbert, Susan A.Dolan. (1998). Guide of Culture Landscape Report. Hal: 53 Plachter, H. dan Rossler, M. (1995). Cultural Landscape: Reconnecting Culture and Nature. Dalam van Droste, B., Placher, H., dan Rossler, M. (Editors). Cultural Landscape of Universal Value. Suwarno, Nindyo. (2000). Tipologi Spasial Permukiman Transmigran Spontan di Desa Tolai Kecamatan Sausu Kabupaten Donggala. Media Teknik UGM
Representasi Fashion Culture Dalam Digital Media Hypebeast Di Kalangan Siswi Menengah Atas Sari, Wilda Vina; ., Hamka; ., H. Sandi
Jurnal Ekonomika Dan Bisnis (JEBS) Vol. 5 No. 1 (2025): Januari - Februari
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47233/jebs.v5i1.2504

Abstract

Kebanyakan siswi menganggap Hypebeast sebagai rujukan penting ketika mengikuti tren fesyen dan mencari inspirasi dalam gaya dan produk yang dipromosikan. Namun di sisi lain, sebagian mahasiswi merasa tertekan untuk mengikuti tren yang seringkali dianggap mahal dan tidak terjangkau sehingga menimbulkan ketegangan antara keinginan untuk bergaya dan kenyataan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Representasi Fashion Culture dalam Digital Media Hypebeast di Kalangan Siswi Menegah Atas pada Siswi kelas XII IPS 3 Sekolah Menengah Atas Negeri 25 Bone yang berjumlah 22 Siswi. Desain penelitian yaitu Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Representasi Fashion Culture dalam Digital Media Hypebeast Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 25 Bone dalam menentukan keputusan untuk pembelian suatu barang Fashion dan keikut sertaannya dalam Trend Fashion yang sedang viral.