Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IDENTIFIKASI PENYAKIT KEBUN ENTRES TANAMAN KARET PADA BEBERAPA PENANGKAR DI SUMATERA UTARA Apdillah, Zaka; Darwis, Hilda Sayafitri; Tanjung, Dicky Zulkarnain; Gunawan, Ahmad; Susanto, Susanto
JURNAL AGROTEKNOSAINS Vol 8, No 1 (2024): Jurnal Agroteknosains
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/ja.v8i1.1238

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyakit yang ada serta mengetahui intensitas dan persentase serangan penyakit di kebun entres tanaman karet (Hevea brasiliensis). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan serta Penangkar Karet di tiga Kabupaten dan satu di Kota Madya dari bulan Januari sampai Maret 2017. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan intensitas serangan penyakit gugur daun dan identifikasi patogen penyebab penyakit. Pengamatan di lapangan dilakukan pada kebun entres karet yang terletak di tiga Kabupaten yaitu Langkat, Serdang Bedagai, dan Deli Serdang, serta satu di Kota Binjai. Sedangkan identifikasi dilakukan di Laboratorium. Parameter yang diamati adalah gejala di lapangan, intensitas serangan, persentase serangan dan pengamatan isolat patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lokasi mempengaruhi tingkat gejala, intensitas dan persentase serangan penyakit di lapangan. Penyakit yang terdapat di lapangan yaitu Corynespora, Helminthosporium, Oidium dan Colletotrichum.
Growth and Production Response of Corn (Zea mays L.) by Bokashi of Cow Waste and Tempe Industrial Liquid Waste Barus, Wan Arfiani; Utami , Sri; Tanjung, Dicky Zulkarnain
Indonesian Journal of Agricultural Research Vol. 2 No. 2 (2019): InJAR, Vol. 2, No. 2, July 2019
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.349 KB) | DOI: 10.32734/injar.v2i2.917

Abstract

The study aims to investigate the response of growth and production of the corn plant (Zea mays L.) due to the provision of bokashi cow dung and Tempe industrial liquid waste. This study was conducted in February 2017 until June 2017 at Lahan Perkebunan Rakyat Jalan Manunggal Ujung, Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan, Medan Tembung. The design used was Factorial Randomized Block Design (RBD) with 3 replications and consisted of two factors studied: Bokashi consisting of four levels, e.i : B0 : Control, B1 : 15 ton/ha, B2 : 30 ton/ha and B3 : 45 ton/ha. The use of industrial liquid waste Tempe consisting of four levels, namely, e.i: L0 : Control, L1 : 30 ml/l, L2 : 60 ml / l, L3 : 90 ml/l. The observation data was followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the use of bokashi cow dung had a significant effect on the observation parameters of height, leaf length and cob weight in corn plants that have been observed and not significant to the observation of leaf number, leaf area, dry seed weight each plot. The use of industrial effluent of Tempe has a significant effect on leaf length parameter at age 6 weeks after planting and cob weight/plant each plot but not significant effect on observation of plant height, leaf number, leaf area, dry seed weight each plot.
PERKEMBANGAN PERANAN BIOTEKNOLOGI PADA TANAMAN TRANSGENIK DI DUNIA DAN INDONESIA Susanto, Susanto; Apdillah, Zaka; Gunawan, Ahmad; Tanjung, Dicky Zulkarnain
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.3877

Abstract

Indonesia has a very rich biodiversity, is an important raw material for the development of modern biotechnology (DNA technology), this container material is used as a source of new genes to increase the productivity of the agricultural industry. Transgenic plants developed in Indonesia and used as food and feed such as corn, soybeans and potatoes must meet biosafety requirements. The research used is qualitative research. The type of research used in this study is descriptive research. Transgenic plant production The production of transgenic plants involves several steps in molecular biological engineering. The desired properties must be selected and the genes that control the gene must be identified. In the 18 years since this commercial crop began to grow, the crop area has increased 100 times, from just 1.7 million ha in 1996 to 175.2 million hectares in 2013. The total of transgenic crops in Latin America, Asia and Africa is 94 million hectares or 54% of the world's 175.2 million transgene crops, compared to 81 million hectars or 46% in the industrialized countries. This technology can be applied on condition: the application of transgenic crops in the field requires management that can regulate patterns of cultivation of transgene and non-transgene crops, the provision of controlled transgene seedlings in the form of seed packages, the need for legal certainty, government support for transgene products, and a routine evaluation of the implementation of Transgenic plant technology. Keywords : Biotechnology, Agriculture, Production, Transgenic INTISARIIndonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya, merupakan bahan baku penting untuk pengembangan bioteknologi modern (teknologi DNA), bahan baku ini digunakan sebagai sumber gen baru untuk meningkatkan produktivitas industri pertanian. Tanaman transgenik yang dikembangkan di Indonesia dan digunakan sebagai bahan pangan dan pakan seperti jagung, kedelai dan kentang harus memenuhi persyaratan biosafety. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Produksi Tanaman Transgenik Produksi tanaman transgenik melibatkan beberapa langkah dalam teknik biologi molekuler. Sifat yang diinginkan harus dipilih dan gen yang mengendalikan gen tersebut harus diidentifikasi. Perkembangan tanaman transgenik dunia Dalam 18 tahun sejak budidaya komersial tanaman ini dimulai, luas tanam telah meningkat 100 kali lipat, dari hanya 1,7 juta hektar pada tahun 1996 menjadi 175,2 juta hektar pada tahun 2013. Luas total tanaman transgenik di Amerika Latin, Asia dan Afrika adalah 94 juta hektar atau 54% dari 175,2 juta tanaman transgenik dunia, dibandingkan dengan 81 juta hektar atau 46% di negara industri . Solusi Untuk Tanaman Transgenik di Indonesia Teknologi ini dapat diterapkan dengan syarat: aplikasi tanaman transgenik di lapangan perlu manajemen yang dapat mengatur pola tanam tanaman transgenik dan non transgenik, penyediaan bibit tanaman transgenik dikendalikan dalam bentuk paket kemasanbenih, perlunya kepastian hukum,dukungan pemerintah terhadap produk transgenik, dan evaluasi rutin terhadap penerapan teknologi tanaman transgenik. Kata kunci : Bioteknologi, Pertanian, Produksi, Transgenik
ANALISIS USAHA DAN PEMASARAN ITIK PEDAGING (Anas planthrynchos) (STUDI KASUS : DESA KOTA RANTANG, KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG) Gunawan, Ahmad; Apdillah, Zaka; Tanjung, Dicky Zulkarnain; Susanto, Susanto
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.3972

Abstract

This study aims to find out how much income the farmer receives, far the business is feasible. The sampling method was carried out purposively. The analytical method used is descriptive, R/C and B/C as well as marketing margins, farmer's share, and marketing efficiency. Based on the research results, the average total revenue earned by breeders is Rp. 19,611,422, - with an average production cost of Rp. 9,871,917, - so that broiler duck breeders get an average income of IDR 9,739,509, - per harvest period. The average number of R/C obtained by breeders is 1.9, which means that according to the R/C testing criteria > 1, then broiler duck farming is feasible for breeders to cultivate. Meanwhile, from the results of the calculation of the benefit cost ratio, it can be seen that the B/C value is 1 = 1. So the broiler duck business in the B/C ratio test is categorized as a broiler duck business which is at the breakeven point where if it is cultivated, it does not experience losses or gains.  Keywords : Breeders, Income, Feasibility. INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diterima oleh peternak, layak kah usaha tersebut dijalankan. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Metode analisis yang digunakan adalah deskriftif, R/C dan B/C serta margin pemasaran, farmer’s share, dan efisiensi pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian Rata-rata total penerimaan yang di dapat oleh peternak sebesar Rp. 19.611.422,- dengan rata-rata pengeluaran untuk biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.871.917,- sehingga peternak Itik Pedaging mendapatkan pendapatan rata-rata yaitu sebesar Rp 9.739.509,- Per periode panen. Jumlah rata-rata R/C yang diperoleh para peternak yaitu sebesar 1,9 yang berarti sesuai dengan kriteria pengujian R/C > 1, Maka usahatani Itik Pedaging tersebut layak untuk diusahakan oleh peternak. Sedangkan dari hasil perhitungan benefit cost ratio dapat dilihat bahwa nilai B/C sebesar 1=1 Maka usaha ternak Itik Pedaging dalam uji B/C ratio dikategorikan usaha ternak Itik Pedaging yang berada pada titik impas dimana jika diusahakan tidak mengalami kerugian maupun tidak mengalami keuntungan. Kata Kunci : Peternak, Pendapatan, Kelayakan.