Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN PERTUMBUHAN AWAN HUJAN PADA SAAT BANJIR BANDANG BERBASIS CITRA SATELIT DAN CITRA RADAR (STUDI KASUS : PADANG, 2 NOVEMBER 2018) Al Habib, Abdul Hamid; Pradana, Yoga Wahyu; Pangestu, Dany; Winarso, Paulus Agus; Sujana, Jusa
Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol 6 No 2 (2019): Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (983.352 KB) | DOI: 10.36754/jmkg.v6i2.117

Abstract

Banjir besar kembali melanda enam kecamatan di kota Padang, Sumatera Barat pada tanggal 2 November 2018.  Banjir terjadi disebabkan oleh debit sungai yang meluap akibat hujan sangat lebat yang terjadi di bagian hulu dan hilir. Dampak banjir bandang tersebut mengakibatkan 600 rumah terendam banjir, 3 jembatan putus dan menelan korban jiwa. Karena dampak tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk meninjau kondisi suhu permukaan laut, mean sea level pressure, nilai transport uap air, streamline, data citra satelit Himawari-8 dan data citra radar cuaca C-Band. Data diolah dalam bentuk grafik dan peta spasial kemudian dilakukan analisis deskriptif yang meliputi analisis temporal dan analisis spasial. Berdasarkan hasil analisis hujan sangat lebat yang terjadi di wilayah Padang dipicu oleh gangguan cuaca skala regional berupa adanya pola shearline atau komponen zona arah lintasan angin yang mengalami perubahan secara tiba-tiba yang sejajar dengan angin horizontal dan daerah tekanan rendah yang menimbulkan konvergensi di pesisir kota Padang, kemudian nilai transport uap air yang cukup tinggi yaitu kisaran antara 700-1100 Kg/ms-1 pada lapisan 1000-300 mb. Terjadinya hujan lebat seringkali terkait dengan keberadaan awan Cumulonimbus (Cb). Hal ini dikarenakan karakteristik awan Cb dengan dimensi yang besar serta mengandung banyak partikel presipitasi seperti  air dan kristal es. Kondisi ini didukung dengan keberadaan awan Cb berdasarkan analisis time series citra satelit Himawari-8 dan nilai reflektifitas radar berada pada nilai 45-60 dBz. Pada tanggal 2 November 2018, hampir seluruh awan hujan yang muncul mempunyai ketebalan lebih dari 7 km, dimana suhu puncak awan terendah mencapai nilai      -72.5°C.
KORELASI INDEKS NINO 3.4 DAN SOUTHERN OSCILLATION INDEX (SOI) DENGAN VARIASI CURAH HUJAN DI SEMARANG Hidayat, Anistia Malinda; Efendi, Usman; Agustina, Lisa; Winarso, Paulus Agus
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018): December 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.883 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3143

Abstract

Semarang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terdampak bencana hidrometeorologi. Sejumlah wilayah di Semarang merupakan daerah rawan kekeringan, sementara di wilayah lainnya merupakan daerah langganan banjir tiap tahunnya. Salah satu parameter yang memiliki keterkaitan erat dengan fenomena hidrometeorologi adalah El Nino Southern Oscillation (ENSO). Sebagai sirkulasi tropis non musiman, ENSO memiliki peran penting terhadap variasi curah hujan yang diamati. Penelitian terkait ENSO telah banyak dilakukan sebelumnya, namun belum ada penelitian tekait yang dilakukan di Semarang yang notabene merupakan daerah rawan bencana hidrometeorologi, sehingga fluktuasi ENSO menarik untuk dikaji di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi fenomena global laut atmosfer terhadap distribusi curah hujan di wilayah Semarang. Dalam jangka waktu 15 tahun (2001-2015), pengaruh dari ENSO dianalisis menggunakan korelasi temporal untuk menentukan dampak dari ENSO pada curah hujan yang diamati di enam pos pengamatan hujan di Semarang. Analisis tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara anomali Suhu Permukaan Laut (SPL) di wilayah Nino 3.4 dengan curah hujan diamati secara signifikan pada lima pos pengamatan hujan selama periode September Oktober November (SON) dengan rentang nilai korelasi antara -0.598 sampai dengan -0.679. Sementara itu, korelasi variabilitas curah hujan dengan Southern Oscillation Index (SOI) menunjukan nilai yang berkisar antara 0.561 sampai dengan 0.780. Curah hujan yang diamati umumnya selalu berkurang pada tahun-tahun dimana nilai indeks Nino 3.4 positif dan nilai SOI negatif, sedangkan curah hujan diamati meningkat pada tahun-tahun dimana nilai indeks Nino 3.4 negatif dan nilai SOI yang positif.