Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS STRUKTUR PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN PUSAT INFORMASI MANGROVE KOTA DENPASAR Darmawan, Dwi Putra; Putradi, Jarek
dwijenAGRO Vol 1 No 2 (2010): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.388 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.1.2.387.%p

Abstract

Kawasan hutan mangrove di Denpasar, sangat potensial dikembangkan menjadi objek ekowisata. Beragamnya jenis mangrove di kawasan ini memiliki fungsi sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan dan kenyamanan dan mitigasi bencana. Pengembangan ekowisata hutan mangrove merupakan sebuah sistem yang mengandung beberapa elemen pendukung yang saling terkait. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan elemen penting, mengidentifikasi sub elemen kunci, dan mensintesisnya untuk menentukan kriteria pengembangan model ekowisata hutan mangrove.Penelitian dilakukan di kawasan Pusat Informasi Mangrove, Suwung Kauh, Denpasar. Metode Interpretative Structural Modeling (ISM) dari Saxena digunakan untuk menganalisis struktur pengembangan kawasan ekowisata mangrove. Pengumpulan informasi dilakukan melalui expert meeting.Temuan penelitian menunjukkan bahwa sub-elemen kunci penggerak sistem ekowisata hutan mangrove adalah  masyarakat di wilayah pengembangan ekowisata mangrove (elemen sektor masyarakat yang terpengaruh), pemberdayan pelaku bisnis ekowisata, kebijakan publik yang kondusif, tanggung jawab sosial perusahaan (elemen kebutuhan program), kebijakan pemerintah yang tidak konsisten (elemen kendala utama), peningkatan pangsa pasar produk (rekreasi, bisnis, dan ilmiah) dari objek ekowisata mangrove (elemen tujuan dari program), meningkatnya kualitas sumberdaya manusia ekowisata (elemen tolok ukur untuk menilai setiap tujuan), koordinasi antar instansi teknis terkait dalam upaya menjamin tercapainya target prgram konservasi lingkungan terpadu (elemen aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan) dan pemerintah daerah dan pusat (elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanakan program). Kriteria dalam pengembangan ekowisata mangrove, meliputi peningkatan keahlian kerja dan kesejahteraan masyarakat di wilayah pengembangan ekowisata mangrove, pelestarian lingkungan, jaminan kuantitas, kualitas, kontunyuitas, dan harga produk (rekreasi, bisnis, dan ilmiah) dari objek ekowisata mangrove, peningkatan akses pasar dan profitabilitas optimal objek ekowisata, dan ketersediaan prasarana dan sarana penunjang di kawasan ekowisata mangrove.Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan ekowisata mangrove terpadu untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dan perlindungan lingkungan, meminimalkan dan meresolusi konflik beragam pemanfaatan sumberdaya, meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam perencanaan dan pengelolaan, mengedepankan keterpaduan kebijakan fungsional, mereduksi resiko terhadap masyarakat dan kesehatan lingkungan, serta mendorong investasi swasta dalam infrastruktur ekowisata mangrove dalam suatu sistem yang utuh dan menyeluruh.Kata kunci: pengembangan kawasan ekowisata mangrove, pengelolaan sumberdaya  pesisir berkelanjutan, Interpretative Structural Modeling (ISM).
PRIORITAS STRATEGI BISNIS BENIH KERAPU DI KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI Darmawan, Dwi Putra; Putradi, Jarek
dwijenAGRO Vol 1 No 2 (2010): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.416 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.1.2.394.%p

Abstract

Keberhasilan bisnis benih kerapu di Balitidak lepas dari peran Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Saat ini, di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng terdapat 76 unit hatchery Skala Rumah Tangga dan lima unit Hatchery Lengkap. Meskipun bisnis benih kerapu di tingkat hatchery cukup berkembang, tetapi keuntungan yang diperoleh petani hatchery belum optimal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal, merumuskan alternatif strategi, menentukan prioritas strategi, dan menentukan implementasi strategi bisnis benih kerapu tingkat hatchery.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2007, dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan sentra hatchery di Provinsi Bali dan merupakan daerah penghasil benih kerapu terbesar di Indonesia. Kegiatan FGD melibatkan 14 orang pakar yang berasal dari perguruan tinggi, praktisi bisnis, dan instansi pemerintah dan lembaga non-pemerintah. Indikator-indikator faktor internal dan faktor eksternal dievaluasi dengan metode IFAS dan EFAS. Alternatif strategi dirumuskan melalui matriks SWOT, sedangkan prioritas strategi dan prioritas implementasi strategi diputuskan dengan  Analytic Hierarchy Process (AHP).Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan bisnis benih kerapu tingkat hatchery di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng adalah akses pasar, lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat, letak geografis, jaminan kualitas, kuantitas dan harga, permodalan dan fasilitas perbankan, teknologi budidaya kerapu dan prosesing, dan rantai pemasaran, sedangkan kelemahannya adalah kontinyuitas produksi, manajemen, keuntungan dan resiko usaha, dan layanan Pemkab. Peluang bisnis benih kerapu adalah pertumbuhan ekspor, diversifikasi produk, pertumbuhan ekonomi, suku bunga dan kurs dollar, stabilitas politik/keamanan nasional, kepastian hukum, kebijakan pemerintah pusat, dan perkembangan teknologi, sedangkan ancamannya adalah kebijakan Pemkab, kehadiran eksportir pesaing, dan harga benih kerapu. Alternatif strategi bisnis benih kerapu tingkat hatchery, meliputi pengembangan sentra hatchery benih kerapu, strategi kerja sama pemangku kepentingan bisnis domestik dan internasional, strategi kemitraan bisnis terpadu, dan strategi perbaikan manajemen pemasaran. Prioritas strategi tertinggi adalah pengembangan sentra hatchery benih kerapu, diikuti berturut-turut oleh strategi pembinaan terpadu, strategi kerjasama domestik dan internasional, dan strategi perbaikan manajemen pemasaran. Prioritas implementasi strategi utama adalah penerapan teknologi hatchery tepat guna, diikuti oleh pengembangan pola kemitraan terpadu, peningkatan kualitas SDM di bidang hatchery, membangun prasarana dan sarana hatchery yang memadai, melaksanakan diversifikasi produk, dan pengembangan potensi usaha lokal yang terkait dengan hatchery.Oleh karena itu, perlu dilakukan diversifikasi produk ikan kerapu, utamanya pembesaran ikan kerapu dalam upaya mengoptimalkan keuntungan petani hatchery di Kabupaten Buleleng. Kerjasama antara pelaku bisnis domestik dan internasional dalam bisnis ikan kerapu juga perlu semakin dipererat. Di samping itu, kemitraan bisnis terpadu antara petani hatchery, perusahaan/eksportir ikan kerapu, dan pihak perbankan perlu segera direalisasikan dengan melibatkan pemerintah daerah sebagai penjamin.Kata kunci: benih kerapu di tingkat hatchery, prioritas strategi bisnis, analisis SWOT, Analytic Hierarchy Process (AHP).