Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbandingan Efektivitas Patient-Controlled Analgesia (PCA) Fentanil, PCA Morfin dan Tramadol Intravena sebagai Analgetik Pasca Operasi Modified Radical Mastectomy Nurcahyo, Widya Istanto; Madjan, Arie Faishal; Samdani, Ibnu Siena
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 6 No. 2 (2019): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.683 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v6i2.392

Abstract

Background : Modified Radical Mastectomy often accompanied by moderate to severe post-operative pain. Some patients who received intermitten analgesic combination of tramadol and ketorolac still complaining of pain. PCA is a new method of analgesic administration. The use of PCA fentanyl and PCA morphine is expected to be more effective in the management of MRM post-operative pain. The aim of study : This study aims to determine the effectivity, side effects and patient satisfaction level between intravenous PCA fentanyl, PCA morphine and tramadol as an analgesic for post-operative MRM. Methods : Double-blind clinical trial of 36 patients who were scheduled to undergo MRMfulfilled this study criteria. After general anesthesia, the patients were divided into 3 groups of post-operative analgesic treatment: 1) PCA fentanyl group with fentanyl loading dose 50 mcg, demand dose 20 mcg, 10 min interval lockout, 70 mcg/hour dose limit, infusion background 30 mcg/hour; 2) PCA group morphine with morphine loading dose 4 mg, demand dose 1 mg, 10 minute interval lockout, 6 mg/hour limit dose, no background infusion; 3) tramadol group who received intravenous tramadol 100 mg/8 hours. Periodic assessment of NRS score, RASS score, vital signs, side effects and patient satisfaction levels during first 24 hours post-operative. Data analyzed with Shapiro-Wilk followed by Kruskal-Wallis or One Way ANOVA, were considered significant if p<0.05. Result : PCA fentanyl is the most effective, followed by PCA morphine then tramadol. PCA fentanyl and PCA morphineRASS score are lower than tramadol(p=0,000). Drugs side effects are nausea,vomiting and dizziness which not statistically significant. PCA fentanyl provides the highest patient satisfaction level, while there is no significant differences between PCA morphine and tramadol(p=0,009). Blood pressure, respiratory rate and pulse rate PCA fentanyl and PCA morphine is significantly lower than tramadol group. Conclusion :PCA fentanyl and PCA morphine are more effective than tramadol. PCA fentanyl providesthe highest patient satisfaction level. Drugs side effects are nausea, vomiting and dizziness which not statistically significant. Keyword : MRM,PCA fentanil, PCA morfin, tramadol, effectivity, side effects, patient satisfaction level Latar Belakang : Operasi Modified Radical Mastectomy menimbulkan nyeri derajat sedang hingga berat pasca operasi. Sebagian pasien yang mendapat kombinasi anagetik tramadol dan ketorolak secara berkala, masih mengeluh nyeri. PCA merupakan metode baru pemberian analgetik. Penggunaan PCA fentanil dan PCA morfin diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi nyeri pasca operasi MRM. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas, efek samping dan tingkat kepuasan pasien antara penggunaan PCA fentanil, PCA morfin dan tramadol intravena sebagai analgetik pasca operasi MRM. Metode :Dilakukan uji klinis tersamar ganda terhadap 36 pasien rencana operasi MRM yang memenuhi kriteria penelitian. Setelah dilakukan anestesi umum, pasien dibagi dalam 3 kelompok perlakuan pemberian analgetik pasca operasi: 1) kelompok PCA fentanil dengan fentanilloading dose 50 mcg, demand dose 20 mcg, lockout interval 10 menit, limit dose70 mcg/jam, background infusion 30 mcg/jam; 2) kelompok PCA morfin denganmorfin loading dose 4 mg, demand dose 1 mg, lockout interval 10 menit, limit dose6 mg/jam, tanpa background infusion; 3)kelompok tramadol yang mendapat tramadol intravena 100 mg/8jam. Dilakukan penilaian berkala skor NRS, RASS, tanda vital, efek samping dan tingkat kepuasan pasien selama 24 jam pasca operasi. Data dianalisa dengan Shapiro-Wilk dilanjutkan Kruskal-Wallis atau One wayANOVA, dianggap bermakna bila p< 0,05. Hasil :Efektivitas terbaik pada PCA fentanil, diikuti PCA morfin lalu tramadol. Skor RASS PCA fentanil dan PCA morfin lebih rendah dari tramadol (p=0,000). Terdapat efek samping mual, muntah dan dizziness yang secara statistik tidak berbeda bermakna. Tingkat kepuasan pasien tertinggi pada kelompok PCA fentanil, sedangkan antara kelompok PCA morfin dan tramadol tidak berbeda bermakna(p=0,009). Tekanan darah, laju napas dan laju nadi kelompok PCA fentanil dan PCA morfin lebih rendah daripada tramadol. Simpulan:PCA fentanil dan PCA morfin lebih efektif dibandingkan tramadol. PCA fentanil memberikan tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi dibanding PCA morfin dan tramadol. Terdapat efek samping mual, muntah dan dizziness namun secara statistik tidak berbeda bermakna Kata Kunci : MRM, PCA fentanil, PCA morfin, tramadol, efektivitas, efek samping, tingkat kepuasan pasien
Kombinasi Dexmedetomidine Sevoflurane 0,5 MAC pada Bedah Mikro Reseksi Malformasi Arteri-Vena Tjahyanto, Adhy; Samdani, Ibnu Siena; Harahap, M Sofyan
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.6 KB) | DOI: 10.24244/jni.v10i2.332

Abstract

Malformasi arterivena (MAV) merupakan kasus yang jarang terjadi, terutama pada usia muda (40 tahun). Usaha untuk menjaga kestabilan hemodinamik dan pencegahan perdarahan masif selama reseksi bedah mikro MAV adalah hal yang harus dikuasai oleh seorang ahli anestesi. Total Intra Venous Anesthesia dengan propofol masih populer untuk mengendalikan tekanan intrakranial karena mudah dititrasi dan agen kerja cepat (baik onset maupun durasi). Penilaian status neurologis umum segera setelah anestesi dihentikan juga termasuk komponen penting dalam pembedahan mikro reseksi MAV otak. Pada kasus ini, dilaporkan seorang wanita berusia 20 tahun yang mengalami penurunan kesadaran dan hemiparesis sinistra mendadak. Hasil angiografi otak menunjukan adanya MAV di lobus frontal dekstra. Tindakan reseksi MAV dilakukan dengan pembedahan mikro. Setelah 5-menit-preoksigenasi dilakukan, induksi anestesi menggunakan propofol, fentanil, rocuronium, dan sevoflurane. Sepuluh detik proses intubasi tidaklah menimbulkan gejolak hemodinamik. Pembedahan berlangsung lancar dengan kombinasi dexmedetomidine-sevoflurane 0,5MAC. Hemodinamik pasien pasca-anestesi stabil dan tanpa lesi neurologis baru.A Combination of Dexmedetomidine Sevoflurane 0.5MAC in Microsurgical Resection of Arteriovenous Malformation: a Case ReportAbstractArterio-venous malformation (AVM) is a rare case, particularly among young patients (40 years old). Maintaining haemodynamic stability and anticipating massive haemorrhage during micro surgery resection of AVM are fundamental for an anaesthetist. Total Intra Venous Anesthesia using propofol is still popular to control intracranial pressure as it is easily titrated and fast acting agent (both in onset and duration). Moreover, general neuruologic evaluation soon after anesthesia terminated is an integral important component of microsurgery of brain MAV. In this case report: a 20-year-old woman suddenly lost her consciousness and left-sided motors strength. Brain angiographic revealed an AVM in right frontal lobe. Microsurgery of brain AVM resection was performed. After 5-minute-preoxygenation, anaesthetic induction was performed by using propofol, fentanyl, rocuronium, and sevoflurane. The surgery went successfully using a combination of dexmedetomidine-sevoflurane 0.5MAC. Post-anaesthesia hemodynamic of this patient was in stable and without new neurologic deficit afterward.