Pranoto, Minggus Minarto
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Roh Kudus dan Good Governance dalam Konteks Gereja Pentakostal-Karismatik Pranoto, Minggus Minarto
Theologia in Loco Vol 3 No 2 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.916 KB)

Abstract

This article aims to emphasize the importance of the concept of good governance for Pentecostal-Charismatic churches, which are prone to scandals, especially in financial cases. The leadership system centered on one spiritual leader without being critical causes the risk of financial scandals. Methodologically, this essay uses the theories of good governance developed in the context of modern organizations or institutions whose participation, accountability, transparency, and authority values ​​demonstrate good governance to support the primary standards of action and behavior of stakeholders. This article brings into dialogue these theories with the Pentecostal-Charismatic theology that focuses on the work and experience of the Holy Spirit.  It further integrates practical and systematic theology. The author argues that the implementation of good governance is critical to regulating the organizational life of Pentecostal-Charismatic churches that emphasize work and experience with the Holy Spirit to manage a healthy and proper church life.
Peran Kaum Awam, Entrepreneur, dan Orang Lokal dalam Pekabaran Injil di Tanah Jawa Pranoto, Minggus Minarto
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 8 No 1 (2024): Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v8i1.701

Abstract

Inkarnasi Allah sebagai Mahkota Sejati Ciptaan dalam Teologi Maximus the Confessor Pranoto, Minggus Minarto
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 8 No 2 (2024): Volume 8 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v8i2.808

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep inkarnasi Kristus sebagai mahkota sejati ciptaan dengan membangun argumentasinya didasarkan pada pengajaran Maximus tentang dyothelitism. Metode yang dipakai dalam artikel ini melalui studi literatur atau pustaka dengan menjelaskan pokok-pokok pemikiran teologi Maximus tentang relasi dua kehendak Yesus Kristus dalam beberapa karya tulisannya. Dyothelitism berbicara mengenai kesatuan kehendak Ilahi dan manusiawi secara harmonis di dalam diri Yesus Kristus. Kehendak manusiawi-Nya ditundukkan kepada kehendak Ilahi menjadikan inkarnasi Yesus Kristus ke dalam ciptaan sebagai mahkota sejati ciptaan. Ia contoh bagi ciptaan lainnya bagaimana seharusnya berelasi dan berpusat kepada Allah. Yesus Kristus menjadi perantara relasi kembali antara Allah dan ciptaan. Keselamatan dinyatakan melalui karya inkarnasi tersebut.
APAKAH BERAGAMA ITU SEHARUSNYA MEMILIKI MOTIF ATAU TIDAK? Pranoto, Minggus Minarto
Jurnal Amanat Agung Vol 20 No 1 (2024): Jurnal Amanat Agung Vol. 20 No. 1 Juni 2024
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47754/jaa.v20i1.657

Abstract

Tulisan ini mendiskusikan pemikiran dua teolog yaitu A. Van de Beek dan Martin Luther King, Jr. mengenai: “Apakah agama itu seharusnya memiliki motif tersembunyi (ulterior motive) atau tidak?” Motif adalah alasan untuk melakukan sesuatu. Van de Beek menegaskan bahwa Gereja tidak perlu memiliki motif apa pun selain hanya berfokus kepada Allah saja. Karena dikuatirkan jika Gereja berurusan dengan persoalan-persoalan dunia seperti memperjuangkan pembebasan, emansipasi, transformasi sosial, kesehatan dan kejayaan, dan seterusnya maka Gereja dipengaruhi dengan motif tersembunyi yang salah dan menyesatkan. Gereja harus semurni mungkin dengan menjaga hidupnya yang terarah kepada Tuhan Allah saja. Sebaliknya King berkata jika Gereja ingin menjadi relevan maka mesti terlibat dengan pergumulan dunia ini. Tidak dibenarkan Gereja berpangku tangan sekadar menunggu perubahan di dalam waktu terhadap suatu tatanan sosial yang lebih baik. Gereja dalam kuasa Tuhan mesti peka dan berbela rasa terhadap masalah keadilan sosial. Gereja harus berjuang untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Metode yang dipakai dalam tulisan ini melalui memaparkan pandangan dua teolog di atas dan mendialogkannya serta kemudian menyajikan kesimpulan melalui memaparkan pendapat penulis. Pernyataan tesisnya adalah Gereja mesti tetap menjadi relevan dalam panggilan-Nya sembari tetap menjaga kemurnian motifnya melalui menyatakan karya-karyanya seturut dengan Kerajaan Allah.
Misteri Kristus Dan Kristus Pemersatu Ciptaan Dalam Teologia Filosofis Maximus The Confessor: Sebuah Tinjauan Kritis Pranoto, Minggus Minarto
Theologia in Loco Vol 1 No 1 (2018): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.825 KB) | DOI: 10.55935/thilo.v1i1.6

Abstract

The incarnation of Christ is the manifestation of God’s love for the creation. God showed the peak of His love and grace in and through the incarnation of Jesus Christ. Through Jesus Christ the Logos, the everything of all good is united and the whole of the creation can achieve the unity with God or experience deification (theosis). The mystery of the incarnation of Christ was revealed byhypostasis union of the two natures of Jesus Christ. The unity of divine and human will (dyotheletism) of Jesus Christ becomes the basis of the unity between God and all creation. The incarnation of Christ, which is the manifestation of God’s love, forms the ultimate aim of the everything of all good. Eventhough, the second person of the Triune God became human being, but it did not mean that there was not secret anymore of the mystery of the incarnation of Jesus Christ. Human being knows the mystery as far it was revealed by God. The incarnation is still a mystery and it can not be explained completely by the mind of human being. In and through Jesus Christ, all creation is integrated into God’s activity or energy, but not with His essence. Maximus can give the basis of the philosophical theology when he discusses the Chalcedonian christology; and his philosophical theology may be able to give a basis for Christian praxis to overcome the problems such as ecology crisis, gender injustice, and fight for human rights.
Perikhoresis Trinitaris Pranoto, Minggus Minarto
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 10 No. 2 (2025): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2025.102.1118

Abstract

AbstractThis study seeks to elucidate the doctrine of the Triune God as the constitutive and characteristic foundation of the Christian faith. It addresses the central question: why can the doctrine of the Triune God serve as a solid source for the constitutive basis of the Christian faith and provide practical direction for its distinctive expression? The thesis proposed in this paper is that the Triune God forms both the constitutive foundation and the defining characteristic of the Christian faith, which are intrinsically connected to praxis in all dimensions of life. The methodological approach involves a theological dialogue with the thought of Catherine Mowry LaCugna, Jürgen Moltmann, and John D. Zizioulas to explore the relational and communal nature of the Triune God. From this dialogue, the study draws implications for Christian praxis, demonstrating how Trinitarian theology offers a dynamic framework for understanding faith not merely as doctrine, but as lived communion with God and others.  AbstrakTujuan tulisan ini adalah untuk menjelaskan doktrin Allah Trinitas, terutama persekutuan Allah Trinitas yang dapat menjadi landasan konstitutif dan karakteristik iman Kristen. Penulis akan menjawab pertanyaan: “Mengapa doktrin tentang persekutuan Allah Trinitas dapat menyediakan sebuah sumber yang kokoh bagi landasan konstitusif iman Kristen dan memberi arah praksis bagi karakteristik iman Kristen?” Metode yang dipakai untuk mengeksplorasi kajian ini adalah mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran teologi dari beberapa teolog Barat and Asia untuk menjelaskan topik mengenai Allah Trinitas dan kemudian menarik implikasi praksisnya. Pernyataan tesis dari tulisan ini adalah persekutuan Allah Trinitas memberikan landasan konstitutif dan karateristik iman Kristen yang relasinya terkait dengan implikasi praksisnya di setiap aspek kehidupan dan sebagai jembatan dialog dengan agama dan kepercayaan lainnya di konteks Asia
Peran Kaum Awam, Entrepreneur, dan Orang Lokal dalam Pekabaran Injil di Tanah Jawa Pranoto, Minggus Minarto
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol. 8 No. 1 (2024): Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v8i1.701

Abstract

Inkarnasi Allah sebagai Mahkota Sejati Ciptaan dalam Teologi Maximus the Confessor Pranoto, Minggus Minarto
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol. 8 No. 2 (2024): Volume 8 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v8i2.808

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep inkarnasi Kristus sebagai mahkota sejati ciptaan dengan membangun argumentasinya didasarkan pada pengajaran Maximus tentang dyothelitism. Metode yang dipakai dalam artikel ini melalui studi literatur atau pustaka dengan menjelaskan pokok-pokok pemikiran teologi Maximus tentang relasi dua kehendak Yesus Kristus dalam beberapa karya tulisannya. Dyothelitism berbicara mengenai kesatuan kehendak Ilahi dan manusiawi secara harmonis di dalam diri Yesus Kristus. Kehendak manusiawi-Nya ditundukkan kepada kehendak Ilahi menjadikan inkarnasi Yesus Kristus ke dalam ciptaan sebagai mahkota sejati ciptaan. Ia contoh bagi ciptaan lainnya bagaimana seharusnya berelasi dan berpusat kepada Allah. Yesus Kristus menjadi perantara relasi kembali antara Allah dan ciptaan. Keselamatan dinyatakan melalui karya inkarnasi tersebut.
Dialog Sosial di Klenteng Sam Poo Kong: Kajian dari Perspektif Historis dan Pneumatologi Religionum Gea, Elianus; Pranoto, Minggus Minarto
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol. 9 No. 2 (2025): Volume 9 Nomor 2 Tahun 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/csn8pf20

Abstract

Latarbelakang penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan dialog sosial antar umat beragama yang terjadi di lingkungan klenteng Sam Poo Kong Semarang. Penulis menjelaskan dialog sosial sebagai dialog kehidupan yang menghubungkan orang-orang atau kelompok dari suku, ras, budaya, agama bahkan pandangan politik yang berbeda untuk saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dialog sosial merupakan pintu masuk untuk membangun relasi, komunikasi, persahabatan, bahkan kerjasama untuk semua pihak. Klenteng Sam Poo Kong merupakan ikon istimewa di kota Semarang yang menjadi ruang bersama untuk mengadakan kegiatan sosial, adat, budaya, seni, dan menjadi salah satu destinasi religius wisata kota Semarang. Metode yang dipakai untuk mengeksplorasi tulisan ini adalah pengkajian keberadaan klenteng secara historis dan sosiologis serta menyoroti realitas dialog sosial yang terjadi dari persepektif pneumatologi religionum melalui pendekatan teologi religionum Amos Yong dan Stanley J. Samartha. Hasil dari penelitian ini adalah penulis meletakkan landasan pemikiran bahwa Roh Kudus berkarya melalui dialog sosial dari berbagai kelompok yang berinteraksi di klenteng Sam Poo Kong.