Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Analisis Geospasial Sedimentasi Teluk Kendari Akibat Perkembangan Lahan Terbangun Alfiani, Nur; Salihin, Loade Muh. Iradat; Usman, Ida; Khairisa, Noor Husna
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi) Vol 3, No 2 (2019): JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.349 KB) | DOI: 10.33772/jagat.v3i2.9452

Abstract

Sedimentasi di Teluk Kendari dapat terjadi akibat semakin berkembangnya aktivitas manusia setiap tahunnya. Aktivitas manusia dapat meningkatkan kebutuhan penduduk akan lahanyang semakin terbatas, terutama kebutuhan terhadap lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana (pemukiman dan jalan). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan areal sedimentasi di Teluk Kendari, (2) mengetahui lahan terbangun di Kota Kendari periode tahun 2009, 2014 dan 2018 dan, (3) menganalisis hubungan sedimentasi di Teluk Kendari terkait perkembangan lahan terbangun. Penentuan sedimentasi pada penelitian ini berdasarkan Total Suspended Solid (TSS) dengan menggunakan metode gravimetrik dan transformasi algoritma. Penentuan lahan terbangun menggunakan metode NDBI. Hasil penelitian ini menunjukkan:(1) kandungan TTS cenderung tinggi pada kawasan dermagaPelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dan Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) dengan kandungan TSS sebesar 6,0680 mg/L hasil pengukuran lapangan dan 266–353 mg/L hingga 354-442 mg/L TSS perolehan data citra.Kandungan TSS menjadi lebih rendah ke arah laut.(2) penggunaan lahan terbangun di Kota Kendari pada tahun 2009 seluas 3301 Ha, tahun 2014 seluas 5881 Ha dan 8076 Ha pada tahun2018. (3) hasil analisis SPSS menunjukkan perkembangan lahan terbangun dan TSS Teluk hasil pengukuran lapangan memiliki korelasi yang positif dengan tingkat hubungan cukup kuat yang ditunjukkan dengan nilai korelasi dari kedua variabel (r) sebesar 0,518, bahwa semakin bertambah luas lahan terbangun maka akan besar jumlah material yang tersuspensi (sedimentasi).Kata Kunci :Sedimentasi (TSS), Lahan Terbangun, NDBI, Citra Landsat.DOI: 10.5281/zenodo.3607300
Pemetaan Tingkat Kekritisan Lahan Dengan Pemanfatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kecamatan Pondidaha Irama, Roma; Mey, Djafar; Karim, Jufri; Khairisa, Noor Husna
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi) Vol 4, No 1 (2020): JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jagat.v4i1.11890

Abstract

Abstrak: Lahan kritis merupakan soiltanah yang mengalami atau dalam proses kerusakan kimia, fisik dan biologi yang dapat mengganggu atau kehilangan fungsinya di dalam lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)mengetahui tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian dan kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan di Kecamatan Pondidaha (2) memetakan sebaran tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian dan kawasan hutan lindung diluar kawasan hutan di Kecamatan Pondidaha. Penelitian ini menggunakan metode skoring dan pembobotan dengan menggunakan analisis sistem informasi geografis. Hasil penelitian antara lain : (1)Tingkat kekritisan lahan Kecamatan Pondidaha terbagi menjadi dua, yaitu tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian dan tingkat kekritisan lahan kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan, kawasan budidaya pertanian tingkat kekritisan lahannya terbagi menjadi lima, yaitu sangat kritis seluas 66,64 Ha (0,83%), kritis seluas 3127,28 ha (41,69%), agak kritis seluas 219,02 ha (2,92%), potensial kritis seluas 3457,22 ha (43,51%), dan tidak kritis seluas 1074,68 ha (13,52%). Kawasan hutan lindung diluar kawasan hutan terbagi menjadi empat kelas yaitu sangat kritis seluas 7,78 ha (0,73), kritis seluas 22,18 ha (2,10%), agak kritis seluas 98,98 ha (9,37%) dan potensial kritis seluas 926,47 ha (87,78%).(2) Sebaran tingkat kekritisan di Kecamatan Pondidaha pada fungsi kawasan budidaya pertanian, lahan dengan kategori potensial kritis memiliki proporsi luas terbesar yaitu 3457,22 ha, dan kawasan lindung di luar kawasan hutan lahan dengan kategori potensial kritis juga memiliki proporsi luas terbesar yaitu 926,47 ha. Kata Kunci : Lahan Kritis, Sistem Informasi geografis, Kecamatan PondidahaDOI: 10.5281/zenodo.3875959
Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lahan Gambut di Kabupaten Barito Kuala Khairisa, Noor Husna; Sartohadi, Junun; Setiawan, M.Anggri
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi) Vol 5, No 1 (2021): JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jagat.v5i1.17857

Abstract

Abstrak: Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan kebutuhan, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan diikuti dengan perkembangan usaha peningkatan kesejahteraan penduduk mengakibatkan pemusatan perhatian lebih kepada fungsi sosial ekonomi dan pemanfaatan lahan gambut dibandingkan dengan fungsi ekologinya. Masyarakat lahan gambut pada umumnya bekerja sebagai petani yang merupakan pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun sejak awal penggunaannya. Lahan gambut di Kabupaten Barito Kuala dominan digunakan sebagai lahan pertanian padi, perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit dengan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian sebanyak 18.023 jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi petani yang menggunakan lahan gambut untuk pertanian di Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini menggunakan metode survei. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan Accidential Sampling. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis sosial ekonomi data petani yang dibagi menjadi 3 kelas data berdasarkan komoditas yang dominan diusahakan, yaitu padi, karet dan kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman usaha tani yang paling lama dimiliki oleh petani padi. Umur petani pada ketiga komoditas yang diusahakan adalah 45-59 tahun, anggota keluarga petani berkisar antara 2-6 orang. Petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah, terutama petani padi, mereka dominan bahkan tidak lulus Sekolah Dasar (SD). Luas kepemilikan lahan adalah sedang (0,5 - 1 ha) dan luas (>1 ha). Semua petani memiliki pendapatan rendah (< 1.500.000 Rupiah), sehingga petani perlu memiliki pekerjaan tambahan entah yang masih dalam maupun diluar sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kontribusi pendapatan dari pekerjaan lain pada keseluruhan pendapatan petani adalah sebesar 70% - 91%. Kata kunci: Petani, Lahan Gambut, Sosial-Ekonomi, Pertanian
Perbandingan Metode Indeks Vegetasi NDVI, SAVI dan EVI Terkoreksi Atmoafer iCOR Hardianto, Hardianto; Golok Jaya, La Ode, Muh; Nurgiantoro, Nurgiantoro; Khairisa, Noor Husna
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi) Vol 5, No 1 (2021): JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jagat.v5i1.17841

Abstract

Abstrak: Koreksi atmosfer merupakan turunan metode dari koreksi radiometrik dari kategori koreksi yang mempertimbangkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap kesalahan informasi yang ada pada citra. Dalam penelitian ini, koreksi atmosfer dilakukan pada Citra Landsat 8 OLI dikarenakan memiliki akses data yang relatif mudah. Penelitian ini bertujuan untuk  menerapkan hasil koreksi BoA iCOR pada indeks vegetasi metode NDVI, SAVI dan EVI. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, metode transformasi indeks vegetasi NDVI, SAVI dan EVI untuk mengidentifikasi tingkat kerapatan vegetasi. Hasil penelitian ini antara lain rentang nilai kerapatan vegetasi terkoreksi atmosfer iCOR metode NDVI -0,63 sampai 1,42; SAVI -0,14 sampai 0,37; dan EVI -0,15 sampai 0,35 dari citra hasil koreksi iCOR. Hasil koreksi iCOR baik diterapkan pada metode transformasi NDVI sedangkan metode transformasi SAVI dan EVI kurang baik diterapkan karena tidak mendekati rentang indeks vegetasi secara global.Kata Kunci: NDVI, SAVI, EVI
Identifikasi Determinasi Faktor Penentu Lokasi Pembangunan Permukiman Masyarakat Dan Perumahan Yang Dibangun Oleh Swasta Di Kabupaten Muna Herfa, Putri; Ido, Irfan; Khairisa, Noor Husna
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi) Vol 5, No 2 (2021): JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jagat.v5i2.21618

Abstract

Abstrak: Pertambahan penduduk di Kabupaten Muna menyebabkan peningkatan kebutuhan akan rumah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi  faktor penentuan lokasi pembangunan permukiman masyarakat dan perumahan yang dibangun oleh swasta; (2) menganalisis perbedaan faktor dominan dalam penentuan lokasi pembangunan permukiman oleh masyarakat dan perumahan yang dibangun oleh swasta. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif yang dilanjutkan dengan analisis faktor lokasi pembangunan permukiman dan pembangunan perumahan. Hasil penelitian ini antara lain: (1) Faktor penentu lokasi pembangunan permukiman oleh masyarakat dengan 3 urutan teratas antara lain: pelayanan air, listrik dan telepon, faktor kondisi jaringan lingkungan, dan keberadaan ruang terbuka. Faktor penentu lokasi pembangunan perumahan oleh swasta adalah faktor tingkat kemiringan lahan, faktor ketersediaan jaringan listrik, faktor kedekatan jarak, dan faktor kemudahan dalam pemasaran; (2) Faktor dominan dalam penentuan lokasi pembangunan permukiman oleh masyarakat antara lain tempat tinggal asal, ketersediaan lahan yang luas, harga tanah yang terjangkau, masuk dalam wilayah kota dan kondisi lingkungan. Sedangkan pengembang cenderung mempertimbangkan faktor letak, yaitu lokasi termasuk dalam daerah pengembangan kota, kedekatan jarak, lokasi yang strategis, harga tanah dan untuk memenuhi kebutuhan perumahan daerah.Kata kunci: Faktor penentu lokasi permukiman, faktor penentu lokasi perumahanAbstrak: Population growth in Muna Regency causes an increase in the need of house.This research aims to: (1) identify factors in determining the location of settlements development and housing development; (2) analyze the differences of dominant factors in determining the location of residential development by the community and housing builtby the private sector. Data in this research is analized by using quantitative and qualitative analysis followed by factor analysis of location of settlements development and housing development. The results of this study shows that: (1) The determining factors for the location of settlement development by the community with the top 3 ranking, namely, water, electricity and telephone services, environmental network conditions, and the existence of open spaces. The determining factors for the location of housing development by the private sector are the land slope, the availability of the electricity network, the proximity factor, and the convenience factor in marketing; (2) The dominant factors in determining the location of residential development by the communityi.e.the original place of resident, the available land is wide, affordable land prices, included in the city area and environmental conditions. Mean while, private sector tend to consider location factors, namely location is in urban development areas, proximity to distances, strategic locations, land price and to meet regional housing needs.Keywords: Determining factors of settlement location, determining factors of housing location
Pengembangan Data Geospasial Melalui Pemetaan Desa Dengan Menggunakan Drone Di Kelurahan Pondidaha Kabupaten Konawe Karim, Jufri; Salihin, L.M. Iradat; Saleh, Fitra; Hidayat, Ahmad; Khairisa, Noor Husna
Society : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2, No 1 (2023): Januari
Publisher : Edumedia Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55824/jpm.v2i1.228

Abstract

Geospatial data is indispensable as basic information for resource utilization and area development. Geospatial data in the form map is necessary to be owned by each administrative area until smallest unit (village/kelurahan). However, the availability of geospatial data in the village is still very limited so that information about the geographical conditions and potentials of the village is not thoroughly known. Administratively, Pondidaha Kelurahan is included in the Pondidaha Sub-district, Konawe Regency, but does not have sufficient geospatial data yet to describe the geographical condition of the area. Therefore, the community service team together with apparatus and community of Pondidaha compiled geospatial data in the Pondidaha by using drone. The activities were started from the collection of secondary data as initial and supporting data in field activities, then continued by coordination with government and community of Pondidaha. Making geospatial data using drones is done by these following steps: (1) making work maps; (2) identifying, validating and field mapping; (3) processing GCP/ICP control point data; (4) processing aerial photography data; (5) making digital land maps; (6) compiling spatial databases; (7) cartographic and printing processes. Geospatial data generated include: landform map, topographical map, slope map, administrative map and land use map of Pondidaha.
The Impact of the Bahteramas Bridge Construction on the Socioeconomic Conditions of the Community in Abeli District Renaldy, Adrian; Indriasary, Anita; Khairisa, Noor Husna; Ido, Irfan; Fitriani, Fitriani; Kumar, Shubham
Sustainability (STPP) Theory, Practice and Policy Vol. 5 No. 1 (2025): Sustainability (STPP) Theory, Practice and Policy June Edition
Publisher : Pusat Kajian Berkelanjutan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/sdgs.v5i1.3150

Abstract

The construction of the bridge connecting Abeli District and Nambo District in Kendari City has had significant impacts on the socio-economic conditions of the local community, including employment opportunities, income levels, social cohesion, and public safety. This research aims to quantitatively assess the effects of the bridge infrastructure development on these socio-economic factors in Abeli District. Data were collected through structured interviews with 156 respondents residing within a 500-meter radius of the bridge, selected via [specify sampling method, e.g., purposive or random sampling]. The collected data were analyzed using simple linear regression and descriptive statistical methods to evaluate relationships between infrastructure development and socio-economic variables. The results indicate a statistically significant positive relationship between bridge infrastructure and community social activities, with a regression coefficient of 0.421 (p < 0.05). This suggests that the bridge has facilitated stronger social ties by connecting previously separated communities across Kendari Bay, improving access, and reducing travel distances to educational facilities. Additionally, the economic analysis reveals a positive impact on community income, particularly among traders, with a regression coefficient of 0.473 (p < 0.05). This effect is attributed to increased consumption by bridge construction workers and enhanced accessibility, alongside a notable reduction in transportation expenses, including fuel costs and crossing fees.
Kualitas Perairan di Sekitar Pulau Saugi Desa Mattiro Baji Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara Kabupaten Pangkep Qaiyimah, Dinil; Yanti, Jeddah; Khairisa, Noor Husna
LaGeografia Vol 22, No 2 (2024): Februari
Publisher : UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/lageografia.v22i2.61685

Abstract

Water quality research around Saugi Island, Mattiro Baji Village, North Tuppabiring Liukang District, Pangkep Regency was conducted at 5 measuring and observing points. The purpose of this study is to provide information on the quality of water that can be utilized for development in the Saugi Island fisheries sector. The parameters measured and observed are temperature, salinity, pH, DO, brightness, depth, garbage, and the smell of water. The research results show temperature parameter values ranging from 30-33°C, salinity 30-32 ppt, pH 6, DO 2-4 mg/l, brightness 2-4.32 m, depth 2.07-9.3 m, garbage exists at some point, and all points have natural odors. From the results of calculating water quality using limiting parameters, it yields values of 38%, 50%, 63%, and 88%. Then the water quality of Saugi Island is divided into three categories based on the results of calculating the limiting parameters, which are good, medium, and ugly categories. Only points 1 and point 5 fall into good categories. Points 3 belong to the medium category, while points 2 and 4 belong to the ugly category.AbstrakPenelitian kualitas perairan di sekitar Pulau Saugi, Desa Mattiro Baji, Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara, Kabupaten Pangkep dilakukan di 5 titik pengukuran dan pengamatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang kualitas perairan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pada sektor perikanan Pulau Saugi. Adapun parameter yang diukur dan diamati adalah suhu, salinitas, pH, DO, kecerahan, kedalaman, sampah, dan bau perairan. Hasil penelitian menunjukkan nilai parameter suhu berkisar antara 30-33˚C, salinitas 30-32 ppt, pH 6, DO 2-4 mg/l, kecerahan 2-4.32 m, kedalaman 2.07-9.3 m, sampah ada di beberapa titik, dan semua titik memiliki kebauan alami. Dari hasil perhitungan kualitas air dengan menggunakan parameter pembatas, menghasilkan nilai 38%, 50%, 63% dan 88%. Kemudian kualitas perairan Pulau Saugi dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan hasil perhitungan parameter pembatas yaitu kategori baik, sedang, dan jelek. Hanya titik 1 dan titik 5 yang termasuk dalam kategori baik. Titik 3 termasuk dalam kategori sedang, sedangkan titik 2 dan 4 termasuk dalam kategori jelek.