Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Contextual Approach Abdullah Saeed dan Aplikasinya Terhadap Ayat Cadar Dardum, Abdulloh
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol 8 No 2 (2018): Agustus
Publisher : Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v8i2.3016

Abstract

Polemik penggunaan cadar (niqa>b) sudah menjadi perdebataan klasik para ulama salaf. Perdebatan tersebut berangkat dari perbedaan interpretasidalam menyikapi batasan aurat wanita. Masing-masing memiliki bangunan argumentasi yang kuat baik secara rasional maupun normatif. Dalam konteks ini, penulis ingin melakukan pembacaan terhadap ayat al-Qur’an yang menjadi sumber perbedaan pendapat terkait polemik cadar ini dengan menggunakan teori contextualist approach (pendekatan kontekstual) yang dikembang­kan oleh Abdullah Saeed. Pendekatan seperti ini meniscayakan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dengan tanpa mengabaikan sosio-historis saat al-Qur’an turun, dengan melakukan identifikasi terhadap pesan-pesan dasar yang muncul dari al-Qur’an kemudian mengaplikasikan pesan-pesan tersebut untuk diterjemahkan dalam konteks saat ini.
METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SEKOLAH TAHFIDZ ANAK USIA DINI SAHABAT QUR’AN (TAUD SAQU) JEMBER: KAJIAN LIVING QUR’AN Sa'adah, Nurul; Dardum, Abdulloh
An-Nisa' : Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 1 (2021)
Publisher : LP2M IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i1.54

Abstract

Salah satu bentuk penjagaan Allah Swt terhadap ayat-ayatnya (al-Qur’an) adalah dengan banyaknya umat Islam yang menghafalkan al-Qur’an. Tradisi menghafal ini bahkan sudah ada sejak masa Nabi Saw dan dan para shahabat. Ketika wahyu diturunkan, disamping ditulis, Nabi Saw dan para shahabat juga berupaya untuk langsung menghafalkannya. Tradisi menghafal ayat-ayat al-Qur’an ini terus berlangsung hingga saat ini. Karena itu banyak berdiri lembaga yang fokus pada tahfidz al-Qur’an, baik itu berupa yayasan, pesantren, dan sebagainya dengan metodenya masing-masing. Bahkan ada juga lembaga tahfidz yang dikhususkan untuk mencetak para huffadz dari kalangan anak-anak usia dini. Tentu saja bukan perkara mudah untuk mengajar bahkan mencetak anak-anak usia dini menjadi penghafal al-Qur’an. Dalam konteks inilah kajian living qur’an ini ingin mengungkap bagaimana metode yang digunakan oleh Sekolah Tahfidz Anak Usia Dini Shahabat Qur’an (TAUD SAQU) Jember dalam pembelajaran al-Qur’an untuk anak usia dini. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang didapatkan selanjutnya dianalisa, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 metode yang digunakan dalam pembelajaran al-Qur’an di TAUD SAQU Jember, yaitu; 1) Metode Tarbiyah, Metode Tahajji dan Metode Tahfidz. The tradition of memorizing the Koran (Alquran) has existed since the time of the Prophet and friends. This tradition continues to this day. Because of that, there are many institutions that focus on the tahfidz of the Koran, both in the form of foundations, Islamic boarding schools, and so on with their respective methods. There is even a tahfidz institute which is devoted to producing huffadz from young children. Of course, it is not an easy matter to teach and even print young children to memorize the Koran. It is in this context that this study of living quran wants to reveal how the methods used by the Tahfidz Early Childhood School of Sahabat Qur'an (TAUD SAQU) Jember in learning the Koran for early childhood. The method used in this study is a qualitative method, while the data sources were obtained from interviews, observation, and documentation. The data obtained is then analyzed, then conclusions are drawn. The results showed that there were 3 methods used in learning the Koran at TAUD SAQU Jember: 1) Tarbiyah method, which is religious material taught to children which includes morning dhikr, prayers, asmaul husna, hadis, tauhid, and so on . 2) Tahajji method, which is material on how to learn and spell hijaiyah letters and 3) Tahfiz method, which is memorizing the Koran by using TTM (Talaqqi-Tasmi'-Murāja'ah).
Teologi Asy’ari dalam Kitab Tafsir (Analisa Metode Ta’wil Tafṣīlī dalam Memahami Ayat Istiwā’) Abdulloh Dardum
Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 15, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/klm.v15i2.1489

Abstract

Among the mutasyābihāt verses, there are verses which speak about Allah SWT substances, such as verses about hands, eyes, face, istawa', and so on. This article specifically tries to expose and review the ta'wīl tafṣīli method used by the mufasir in understanding the Istiwa' verses. Some of the mufasir mentioned in this article are Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H), Abu Bakr Ahmad al-Razi al-Jassas al-Hanafi (w. 370 H), Abu al-Laith Nasr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim al-Samarqandi (w. 375 H), Abu Hasan Ali bin Muhammad al-Mawardi (w.450 H), Abu Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi al-Naisaburi (w. 468 H), Abu Muhammad Abdul Haq bin' Athiyyah al-Andalusiy (w. 541 H), Fakhruddin al-Razi al-Shafi'i (w. 606 H), Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurthubi (w. 671 H), Nasiruddin Abdul Khair Abdullah bin Umar ibn Muhammad al-Baidawi al-Shafi'i (w. 685 H), Abu al-Barkat Abdullah bin Ahmad al-Nasafi (w. 710 H), Abu Hayyan al-Andalusiy (w. 754 H), and Abdurrahman bin Muhammad bin Makhluf Abu Zaid al-Tha'alabi (w. 875 H). Using the ta'wīl method, it was found that the majority of the mufasir did not understand istawa' literally. They do not believe that the meaning of istawa' is that Allah sits or stays at the 'Arsy. They turn the meaning of istawa' from its literal meaning to another meaning which corresponds to His greatness traits. They interpret istawa' with istawla or qahara which means to dominate or to conquer. The choice of the ta'wil method is a logical consequence to reinforce Asy'ari's ideology which believes that Allah exists without any place.
KIAI NU DAN POLITIK (KETERLIBATAN KIAI NU JEMBER DALAM KONTESTASI PILPRES 2019): Kiai NU And Politics (Involvement Of Kiai NU Jember In Presidential Election Contestation 2019) Abdul Haris; Abdulloh Dardum
Fenomena Vol 20 No 1 (2021): FENOMENA: Journal of the Social Sciences
Publisher : LP2M UIN KH.Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/fenomena.v20i1.51

Abstract

Kajian tentang dinamika dan kiprah politik kiai selalu menarik untuk terus dikaji dari berbagai sudut pandang berbeda. Pada kontestasi Pilpres 2019, beberapa kiai NU struktural maupun non struktural di Jember terlibat aktif dalam memenangkan pasangan calon no urut 1, Jokowi dan Ma’ruf Amin. Penelitian ini ingin mengungkap makna politik dalam perpsektif kiai NU Jember, serta motivasi dan bentuk keterlibatan mereka dalam kontestasi politik praktis (Pilpres 2019). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Secara operasional penggalian data dalam peneilitian ini dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara mendalam terhadap para informan yang sudah ditetapkan, dan dokumentasi. Data yang didapatkan setelah itu dianalisa melalui dua tahap, yaitu selama proses pengumpulan data di lapangan dan setelah data tersebut terkumpul dengan langkah; 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Mayoritas kiai NU Jember memaknai politik sebagai perjuangan untuk mewujudkan kemashlahatan umat. Politik juga dimaknai dengan upaya untuk menjaga aqidah umat dari faham atau ideologi yang berseberangan dengan NU. 2) Ada dua motivasi yang mendorong keterlibatan kiai NU Jember dalam politik praktis, yaitu orientasi dakwah dan orientasi ideologis. 3) Bentuk keterlibatan kiai NU dalam politik praktis (Pilpres 2019) di Kabupaten Jember dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya memberikan dukungan melalui edaran/maklumat, konsolidasi sesama kiai dan instruksi secara langsung kepada para santri, wali santri, dewan guru/asatidz, alumni dan simpatisan pesantren. The dynamics and political work of the Kiai are always interesting to be studied from various points of view. In the 2019 presidential election contest, several structural and non-structural NU Kiai in Jember were actively involved in winning candidate pair number 1, Jokowi and Ma'ruf Amin. This research intends to reveal the political meaning from the perspective of the Kiai NU Jember, as well as their motives and forms of involvement in practical political contestation (Pilpres 2019). This research was conducted using a qualitative approach. Operationally the data mining in this research was carried out through observation, in-depth interviews with the informants assigned, and documentation. The data obtained after that were analyzed in two stages, namely during the data collection process in the field and after the data was collected by steps; 1) data reduction, 2) data presentation, and 3) conclusion. The results of this study indicate that 1) Most NU Jember Kiai interpret politics as a struggle to achieve the benefit of the people. Politics is also interpreted as an effort to protect the aqidah of the people from opposing ideologies or ideologies. 2) two motivations encourage the involvement of the Jember NU Kiai in practical politics, namely dakwah orientation and ideological orientation. 3) The form of involvement of NU Kiai in practical politics (2019 Presidential Election) in Jember Regency is carried out in several ways, including providing support through circulars/announcements, consolidation of fellow Kiai, and direct instruction to students, guardians of santri, a board of teachers/asatidz, alumni and pesantren sympathizers.
Contextual Approach Abdullah Saeed dan Aplikasinya Terhadap Ayat Cadar Abdulloh Dardum
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 8 No. 2 (2018): Agustus
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v8i2.3016

Abstract

Polemik penggunaan cadar (niqa>b) sudah menjadi perdebataan klasik para ulama salaf. Perdebatan tersebut berangkat dari perbedaan interpretasidalam menyikapi batasan aurat wanita. Masing-masing memiliki bangunan argumentasi yang kuat baik secara rasional maupun normatif. Dalam konteks ini, penulis ingin melakukan pembacaan terhadap ayat al-Qur’an yang menjadi sumber perbedaan pendapat terkait polemik cadar ini dengan menggunakan teori contextualist approach (pendekatan kontekstual) yang dikembang­kan oleh Abdullah Saeed. Pendekatan seperti ini meniscayakan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dengan tanpa mengabaikan sosio-historis saat al-Qur’an turun, dengan melakukan identifikasi terhadap pesan-pesan dasar yang muncul dari al-Qur’an kemudian mengaplikasikan pesan-pesan tersebut untuk diterjemahkan dalam konteks saat ini.
Penguatan Moderasi Beragama Bagi Santri Penghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Ibnu Sholeh Jatiroto Lumajang Dardum, Abdulloh; Alawiyah, Fakhriyatus Shofa; Almalachim, Ainul Churria
Jurnal SOLMA Vol. 14 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Kegiatan pendampingan ini dilakukan untuk membekali para santri penghafal al-Qur’an di Pesantren Ibnu Sholeh Jatiroto Lumajang terkait wawasan moderasi beragama. Pengabdian ini bertujuan agar para santri tidak hanya mahir dalam membaca dan menghafal Al-Qur'an, tetapi juga mereka memiliki kepribadian yang inklusif dan multikultural. Metode: Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu partisipatori, koneksi, pemberdayaan. Hasil: Tim pendamping memberikan materi berkaitan dengan moderasi beragama disesuaikan dengan tingkat daya faham para santri. Materi ringan namun mengena diberikan kepada para peserta dampingan, seperti tentang pentingnya menghargai pendirian dan pendapat orang lain dan tidak menyalahkan jika pendapatnya berbeda dengan kita. Hal ini dikaitkan dengan surat Al-Hujurat ayat 11 – 13 yakni setiap manusia dilarang saling mengolok-ngolok, bergunjing, berburuk sangka serta mencari-cari kesalahan orang lain. Karena kita hidup sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain, maka harus saling menghargai satu sama lain.