Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Surgical services during pandemic era in the most remote part in Indonesia Koerniawan, Heru Sutanto; Halim, Freda; Prawira, Prajnaariayi; Waine, Irene
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 1 (2021): Penyakit Dalam
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.519 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v48i1.1268

Abstract

The corona virus disease 2019 (COVID-19) pandemic has brought unprecedented adaptations and changes in global healthcare management. The pandemic has created major dilemmas for health care workers in all health care areas including surgical services. To avoid any local transmission, the risk level of all surgical patients are evaluated before, or immediately after admission. Changes have been made based on the availability of the hospital resources, as best as possible, based on the protocol developed by WHO and the Ministry of Health Republic of Indonesia.Pandemi penyakit corona virus 2019 (COVID-19) menyebabkan adaptasi dan perubahan manajemen pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Pandemi ini telah menyebabkan dilemma besar bagi pekerja kesehatan di semua bidang termasuk pelayanan bedah. Untuk mencegah transmisi lokal, semua pasien bedah dinilai tingkat risikonya sebelum, atau sesaat setelah di dalam rumah sakit. Beberapa protokol dan manajemen pelayanan kesehatan di Indonesia telah dibuat dan diterapkan berdasarkan tersedianya sumber daya di rumah sakit dan sedapat mungkin mengikuti protokol WHO dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Late Diagnosis of Traumatic Diaphragmatic Rupture: Experience in Developing Country Sutanto Koerniawan, Heru; Kuning Atmadjaya, Nengah; Wiargitha, Ketut
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.76 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i12.1244

Abstract

Diaphragm is a dome-shaped muscular structure that can be divided into right and left hemi-diaphragm. Rupture of diaphragm can be caused by penetrating trauma or blunt trauma to chest and abdomen. A 32 year-old man with sustained traumatic rupture of diaphragm due to blunt abdominal trauma because of traffic accident. Diaphragm repair was performed at the 6th day.Diafragma adalah struktur otot berbentuk kubah yang dapat dibagi menjadi hemi-diafragma kanan dan kiri. Pecahnya diafragma dapat disebabkan oleh trauma tembus atau trauma tumpul pada dada dan perut. Seorang pria 32 tahun dengan trauma pecah diafragma karena trauma tumpul pada perut karena kecelakaan lalu lintas. Perbaikan diafragma dilakukan pada hari ke-6.
Kranioplasti untuk Kasus Cedera Kepala Niryana, Wayan; Wardhana, Dewa Putu Wisnu; Koerniawan, Heru Sutanto; Maliawan, Sri
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 8 (2018): Alopesia
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.961 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i8.635

Abstract

Seiring kemajuan teknik operasi bedah saraf, jumlah pasien cedera kepala yang mampu selamat pasca kraniektomi dekompresi meningkat signifikan. Pasien-pasien tersebut selanjutnya akan menjalani kranioplasti untuk memperbaiki defek kranium. Keuntungan lain prosedur kranioplasti antara lain: menyediakan proteksi otak, pencegahan atau eliminasi kolapsnya hemisfer otak atau herniasi serebri yang disebut sindrom pasca trepanasi. Hingga saat ini belum ada material ideal untuk kranioplasti.Advances in neurosurgery techniques will increase decompressive craniectomy survivors significantly. These patients will undergo cranioplasty to correct the cranium defects. Cranioplasty has other advantages : to provide brain protection, to prevent or to eliminate brain hemisphere collapse or cerebral herniation called post trephine syndrome. There is no truly ideal material for cranioplasty until now.
PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PENGAYAAN MATERI DAN PELATIHAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DAN PEMERIKSAAN PAYUDARA OLEH TENAGA KLINIS (SADANIS) PADA BIDAN DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN I Putu Gosen Partama; Made Kurniawan AS; Heru Sutanto Koerniawan
JURNAL SEWAKA BHAKTI Vol 7 No 2 (2021): Sewaka Bhakti
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian besar penderita kanker payudara datang ke sarana pelayanan kesehatan/ Rumah sakit dengan stadium lanjut (terlambat). Hal ini disebabkan karena program deteksi dini masih belum efisien dan efektif akibat skrining terhadap kanker payudara masih bersifat individual dan sporadis. Di Indonesia, angka kejadian kanker payudara dibuat berdasarkan registrasi berbasis patologi dengan insiden relative 11,5% (artinya ada 11-12 kasus baru per 100.000 penduduk berisiko). Untuk melaksanakan upaya pencegahan kanker payudara maka FKIK Universitas Warmadewa melakukan pengabdian masyarakat melalui pengayaan materi dan pelatihan deteksi dini kanker payudara kepada 71 bidan yang bekerja di BRSU Tabanan sebagai salah satu penunjang dalam pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kanker payudara. Kegiatan ini diadakan secara daring menggunakan aplikasi zoom presentasi oleh narasumber Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, mayoritas kader kesehatan memiliki pengetahuan kurang tentang SADARI (97%). Kedua, pengetahuan yang kurang tentang SADARI rupanya tidak menghalangi kader kesehatan untuk melakukan SADARI (28%). Ketiga, pelatihan SADARI meningkatkan keterampilan kader kesehatan dengan rata-rata peningkatan 31%. Keempat, pelatihan SADARI juga meningkatkan pengetahuan kader dengan rata-rata peningkatan 29%. Disamping itu, semua kader menyatakan bahwa mereka akan menyebarkan pengetahuan dan keterampilan SADARI yang mereka miliki kepada keluarga dan orang lain.
Kranioplasti untuk Kasus Cedera Kepala Wayan Niryana; Dewa Putu Wisnu Wardhana; Heru Sutanto Koerniawan; Sri Maliawan
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 8 (2018): Alopesia
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v45i8.635

Abstract

Seiring kemajuan teknik operasi bedah saraf, jumlah pasien cedera kepala yang mampu selamat pasca kraniektomi dekompresi meningkat signifikan. Pasien-pasien tersebut selanjutnya akan menjalani kranioplasti untuk memperbaiki defek kranium. Keuntungan lain prosedur kranioplasti antara lain: menyediakan proteksi otak, pencegahan atau eliminasi kolapsnya hemisfer otak atau herniasi serebri yang disebut sindrom pasca trepanasi. Hingga saat ini belum ada material ideal untuk kranioplasti.Advances in neurosurgery techniques will increase decompressive craniectomy survivors significantly. These patients will undergo cranioplasty to correct the cranium defects. Cranioplasty has other advantages : to provide brain protection, to prevent or to eliminate brain hemisphere collapse or cerebral herniation called post trephine syndrome. There is no truly ideal material for cranioplasty until now.
Surgical services during pandemic era in the most remote part in Indonesia Heru Sutanto Koerniawan; Freda Halim; Prajnaariayi Prawira; Irene Waine
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 1 (2021): Penyakit Dalam
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v48i1.1268

Abstract

The corona virus disease 2019 (COVID-19) pandemic has brought unprecedented adaptations and changes in global healthcare management. The pandemic has created major dilemmas for health care workers in all health care areas including surgical services. To avoid any local transmission, the risk level of all surgical patients are evaluated before, or immediately after admission. Changes have been made based on the availability of the hospital resources, as best as possible, based on the protocol developed by WHO and the Ministry of Health Republic of Indonesia.Pandemi penyakit corona virus 2019 (COVID-19) menyebabkan adaptasi dan perubahan manajemen pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Pandemi ini telah menyebabkan dilemma besar bagi pekerja kesehatan di semua bidang termasuk pelayanan bedah. Untuk mencegah transmisi lokal, semua pasien bedah dinilai tingkat risikonya sebelum, atau sesaat setelah di dalam rumah sakit. Beberapa protokol dan manajemen pelayanan kesehatan di Indonesia telah dibuat dan diterapkan berdasarkan tersedianya sumber daya di rumah sakit dan sedapat mungkin mengikuti protokol WHO dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Late Diagnosis of Traumatic Diaphragmatic Rupture: Experience in Developing Country Heru Sutanto Koerniawan; Nengah Kuning Atmadjaya; Ketut Wiargitha
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v47i12.1244

Abstract

Diaphragm is a dome-shaped muscular structure that can be divided into right and left hemi-diaphragm. Rupture of diaphragm can be caused by penetrating trauma or blunt trauma to chest and abdomen. A 32 year-old man with sustained traumatic rupture of diaphragm due to blunt abdominal trauma because of traffic accident. Diaphragm repair was performed at the 6th day.Diafragma adalah struktur otot berbentuk kubah yang dapat dibagi menjadi hemi-diafragma kanan dan kiri. Pecahnya diafragma dapat disebabkan oleh trauma tembus atau trauma tumpul pada dada dan perut. Seorang pria 32 tahun dengan trauma pecah diafragma karena trauma tumpul pada perut karena kecelakaan lalu lintas. Perbaikan diafragma dilakukan pada hari ke-6.
CERVICAL GUNSHOT INJURY Gede Andry Nicolas; Heru Sutanto Koerniawan; Raka Janitra; Tjokorda Gde Bagus Mahadewa
Neurologico Spinale Medico Chirurgico Vol 1 No 2 (2018)
Publisher : Indoscholar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1523.288 KB)

Abstract

The incident of cervical spine injury and cervical spinal cord injury is between 2.0% to 5.0%. The advanced trauma life support (ATLS) stated that a patient with multiple traumas should be assumed to have cervical spine injury especially if the patient loses consciousness when present in the ER. It is stressed that cervical spine injury requires continuous immobilization of the patient’s entire body using a semirigid collar as well as a backboard with tape and straps before and during transfer to a defnitive care facility. The understanding of the mechanism of injury is the most important as the forces transferred are signifcantly different causing different injuries. A serial case reported by Walter and Adkins found that there was no signifcant difference between the patients that have a bullet removed from the neck and patients that have a bullet left in the cervical cord. In both cases, there was no improvement to the neurologic outcome. Kupcha recommends doing selective wound management and observation of retained intracanal bullet fragments in a patient with complete lesion. Surgical decompression after the injury is not recommended. We report a case of 14 year old boy who was treated at Sanglah Hospital referred from an out-of-island Type C Hospital with a spinal cord injury - American Spinal Injury Association A (SCI ASIA A) caused by a gunshot wound in the cervical. Surgical decompression and bullet removal was performed as well as fusion stabilization. He is then treated in the intensive care unit for 48 hours with a slight improvement in motoric of upper and lower extremities.
Surgical Services during Pandemic Era in the Most Remote Part in Indonesia Heru Sutanto Koerniawan; Freda Halim; Prajnaariayi Prawira; Irene Waine
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48 No 1 (2021): Infeksi COVID-19
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v48i1.35

Abstract

The coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic has brought unprecedented adaptations and changes in global healthcare management. The pandemic has created major dilemmas for health care workers in all health care areas including surgical services. To avoid any local transmission, the risk level of all surgical patients is evaluated before, or immediately after admission. Changes have been made based on the availability of the hospital resources, as best as possible, based on the protocol developed by WHO and the Ministry of Health Republic of Indonesia. Pandemi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) menyebabkan adaptasi dan perubahan manajemen pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Pandemi ini telah menyebabkan dilema besar bagi pekerja kesehatan di semua bidang termasuk pelayanan bedah. Untuk mencegah transmisi lokal, semua pasien bedah dinilai tingkat risikonya sebelum, atau sesaat setelah di dalam rumah sakit. Beberapa protokol dan manajemen pelayanan kesehatan di Indonesia telah dibuat dan diterapkan berdasarkan tersedianya sumber daya di rumah sakit dan sedapat mungkin mengikuti protokol WHO dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Late Diagnosis of Traumatic Diaphragmatic Rupture: Experience in Developing Country Heru Sutanto Koerniawan; Nengah Kuning Atmadjaya; Ketut Wiargitha
Cermin Dunia Kedokteran Vol. 47 No. 10 (2020): Dermatologi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v47i10.550

Abstract

Diaphragm is a dome-shaped muscular structure that can be divided into right and left hemi-diaphragm. Rupture of diaphragm can be caused by penetrating trauma or blunt trauma to chest and abdomen. A 32 year-old man with sustained traumatic rupture of diaphragm due to blunt abdominal trauma because of traffic accident. Diaphragm repair was performed at the 6th day. Diafragma adalah struktur otot berbentuk kubah yang dapat dibagi menjadi hemi-diafragma kanan dan kiri. Pecahnya diafragma dapat disebabkan oleh trauma tembus atau trauma tumpul pada dada dan perut. Seorang pria 32 tahun dengan trauma pecah diafragma karena trauma tumpul pada perut karena kecelakaan lalu lintas. Perbaikan diafragma dilakukan pada hari ke-6.