Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

A Syntactical Analysis on Sentence Structure used in Two Adeles’s Songs Purnomoadjie, Wiyogo; Mulyadi, Mulyadi
PANYONARA: Journal of English Education Vol 1, No 1 (2019): PANYONARA: Journal of English Education
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.733 KB) | DOI: 10.19105/panyonara.v1i1.2516

Abstract

Syntax is the branch of linguistics that described the sentence structure, songs are composed by a collection of phrases and sentences are also interested to be studied through syntax. This research aims to describe the sentence structure through a tree diagram and to find the sentence structure appears in two Adele?s song, especially in writing a descriptive text. This research employs a descriptive qualitative method. Two kinds of data collection were used to collect the data, those are observation and documentation. In observation, the researcher did something such as listening to the songs ?Someone Like You? and ?Don?t You Remember? and listening to the songs again focusing on the lyrics. In the documentation, analyzing the lyrics from each song and writing down all the lyrics of two songs to be analyzed use tree diagram. Having analyzed the data, then, finally found sixty forms of the structure of the two Adele?s songs. From the two of Adele?s songs used as the samples in this thesis, grammatical sentence mostly appears rather than an ungrammatical sentence. Through the discussion, the researcher also found the substandard English words, such as Ain?t, you?d, I?ll, you?re, didn?t, couldn?t, isn?t.
Tindak Tutur Masyarakat di Desa Lawangan Daya Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Verawati, Fifin; Mulyadi, Mulyadi
GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ghancaran.v1i1.2984

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tindak tutur dalam kegiatan masyarakat di lingkungan keluarga  yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Lawangan Daya Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Terdapat dua permasalahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini, yaitu: pertama, bagaimana jenis tindak tutur di lingkungan keluarga masyarakat Desa Lawangan Daya Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan; kedua, bagaimanakah wujud tindak tutur di lingkungan keluarga masyarakat Desa Lawangan Daya Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis fenomenologis. Sumber data diperoleh melalui metode simak libat bebas cakap, wawancara tak terstruktur dan dokumentasi atau teknik lanjutan rekam dan catat. Informannya adalah masyarakat di lingkungan keluarga Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan pada bulan Desember 2018 s.d Januari 2019. Sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan melalui perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, jenis tindak tutur yang terjadi dalam kegiatan masyarakat di lingkungan keluarga ini berjenis tindak tutur yang ditemukan meliputi, tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi (dengan subjenis  asertif atau representatif, komisif, direktif, ekspresif, dan deklaratif), dan tindak tutur perlokusi. Kedua, wujud tindak tutur yang terjadi dalam kegiatan masyarakat di lingkungan keluarga ditemukan dengan meliputi: jenis tindak tutur lokusi, yaitu pernyataan, perintah, dan pertanyaan.
THE UNIVERSAL GRAMMAR APPROACH - Mulyadi
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 6 No. 2 (2012): OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ojbs.v6i2.427

Abstract

This paper describes what Universal Grammar (UG) is, the universal of UG (parameters and principles, marked and unmarked, core and peripheral), UG and L2 Acquisition, Access to UG and L2 Acquisition, the strength and weakness of UG
PEMAKAIAN BAHASA MADURA DI KALANGAN REMAJA - Mulyadi
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 8 No. 2 (2014): OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ojbs.v8i2.463

Abstract

Bahasa Madura adalah bahasa yang secara aktif dipakai oleh penuturnya. Baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup publik. Namun seiring perkembangan jaman dan derasnya arus globalisasi banyak bahasa-bahasa nasional dan lokal yang sudah mengalami peregeseran bahkan kematian. Remaja adalah sekelompok penutur potensial untuk pemertahanan bahasa karena pada merekalah bahasa Madura dibebankan untuk dipertahankan. Jika ingin melihat masadepan Madura lihatlah bagaimanan remajanya menggunakan bahasa ini. Secara sederhana penelitian ini memiliki tiga fokus yaitu: Bagaimana pemakaian Bahasa Madura dalam rumah tangga oleh remaja di Pamekasan; Bagaimana pemakaian Bahasa Madura dalam pergaulan di sekolah oleh remaja di Pamekasan; dan Bagaimana pemakaian Bahasa Madura dalam komunikasi sehari-hari oleh remaja di Pamekasan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Dalam pergaulan, remaja di tingkat SD mempunyai kecenderungan untuk memakai bahasa yang mereka pakai dalam keluarga kemudian mereka pakai lagi untuk berkomunikasi dengan teman sepergaulan di luar sekolah. Misalnya, remaja yang berkomunikasi dengan orangtuanya dengan Bahasa Madura cenderung menggunkan bahasa yang sama saat berkomunikasi dalam bergaul. Sedangkan mereka yang menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orangtunya akan memakai bahasa yang sama dalam pergaulan dengan temannya. Ini juga dipengaruhi oleh tempat lahir dan asal orangtua. Dalam keseharian Remaja yang berkomunikasi dengan orangtuanya menggunakan bahasa Madura, maka mereka akan menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Mereka yang berkomunikasi dengan orangtuanya menggunakan bahasa Indonesia cenderung memakai bahasa Indonesia juga untuk berkomunikasi dalam sehari-hari.
AHOK: SIMBOL ANOMALI BAHASA KELAS PENGUASA Mulyadi Mulyadi
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 10 No. 2 (2016): OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ojbs.v10i2.973

Abstract

One of the distinguishing features between the ruling class with the lower class is language. The higher stratum of someone then he has a tendency to use the language as well as, as smooth as, or as a good order as possible. But this credo does not apply to Basuki Tjahaja Purnama called  Ahok, as Head of Jakarta region,  he communicates in a language far from polite, smooth, and well,  sometime he uses rough language, gratuitous, even invective. Ahok selected to be analyzed because in the social fact Ahok is deemed to have a behavior that is controversial that reveals the good government jargon without corruption and nepotism with languages that are far from a good order of language used by the elits. This article tries to analyze and compare the language of politics that used by Ahok that represent the ruling class of the ruling in a metropolis and became the capital of the State in the reform era (freedom) with the language used in the era of Soeharto.
PENDAMPINGAN PENGUATAN PENANAMAN NILAI-NILAI PROFETIK DALAM PROSES BELAJAR DAN MENGAJAR BAGI GURU DI PONDOK PESANTREN MATHOLI’UL ANWAR REK-KERREK PALENGAAN H. Mosleh Habibullah; Achmad Baidawi; Mulyadi Mulyadi; Eva Nikmatul Rabbianty; Wahab Syakhirul Alim
ABDI KAMI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2022): (Februari 2022)
Publisher : LPPM Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy Genteng Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29062/abdi_kami.v5i1.1274

Abstract

One of the goals of education is to produce a generation that has commendable behavior as exemplified by the Prophet Muhammad SAW. This community service activity aims to equip teachers at Pondok Pesantren Matholiul Anwar either theoretical or practical to instill prophetic values ​​in teaching and learning activities in the classroom. This community service activity is carried out by providing counseling which is conducted through presentation from the resource persons and followed by a question and answer or discussion session. From this activity, the teachers seemed enthusiastic in participating and they were very enlightened and helped to further strengthen the practice of instilling prophetic values ​​in teaching and learning activities. This community service activity is expected to improve the quality of a more integrative teaching and learning process.
PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMPI NURUT-TAUFIQ PANGLEGUR PAMEKASAN Usmaniyah dan Mulyadi
ENTITA: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 1 No. 1 (2019)
Publisher : IAIN Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ejpis.v1i1.2959

Abstract

Diera globalisasi, dengan masuknya budaya asing ke Indonesia menyebabkan nilai-nilai nasionalisme bangsa kian menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis cara guru mata pelajaran IPS SMPI Nurut-Taufiq menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada mata pelajaran IPS, mendeskripsikan nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam mata pelajaran IPS, mengidentifikasi persepsi siswa SMPI Nurut-Taufiq tentang nilai-nilai nasionalisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) cara guru mata pelajaran IPS dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada mata pelajaran IPS yaitu dengan mengaitkan setiap materi IPS dengan hal yang dapat menanamkan nilai-nilai nasionalisme, melalui kebiasaan dan keteladanan, menggunakan media visual, dan melalui kegiatan- kegiatan diluar kelas. sedangkan faktor penghambat dalam penanaman nilai-nilai nasionalisme yaitu kurangnya fasilitas yang dimiliki sekolah. 2) nilai nasionalisme yang terkandung dalam mata pelajaran IPS yaitu: nilai sosial, nilai perjuangan, dan nilai persatuan. 3) persepsi siswa tentang nilai-nilai nasionalisme adalah bahwa tertanamnya nilai-nilai nasionalisme dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu, perasaan cinta terhadap tanah air, keinginan membela Indonesia. Nilai nasionalisme merupakan paham yang telah dicontohkan oleh para pahlawan lewat kesetiaannya dalam membela Indonesia.
A Syntactical Analysis on Sentence Structure used in Two Adeles’s Songs Wiyogo Purnomoadjie; Mulyadi Mulyadi
PANYONARA: Journal of English Education Vol. 1 No. 1 (2019): PANYONARA: Journal of English Education
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/panyonara.v1i1.2516

Abstract

Syntax is the branch of linguistics that described the sentence structure, songs are composed by a collection of phrases and sentences are also interested to be studied through syntax. This research aims to describe the sentence structure through a tree diagram and to find the sentence structure appears in two Adele’s song, especially in writing a descriptive text. This research employs a descriptive qualitative method. Two kinds of data collection were used to collect the data, those are observation and documentation. In observation, the researcher did something such as listening to the songs “Someone Like You” and “Don’t You Remember” and listening to the songs again focusing on the lyrics. In the documentation, analyzing the lyrics from each song and writing down all the lyrics of two songs to be analyzed use tree diagram. Having analyzed the data, then, finally found sixty forms of the structure of the two Adele’s songs. From the two of Adele’s songs used as the samples in this thesis, grammatical sentence mostly appears rather than an ungrammatical sentence. Through the discussion, the researcher also found the substandard English words, such as Ain’t, you’d, I’ll, you’re, didn’t, couldn’t, isn’t.
Evaluasi Media Pembelajaran Materi Fikih Madrasah Aliyah Mahfida Inayati; Mulyadi Mulyadi
Pedagogika: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/ped.v3i1.946

Abstract

Evaluation plays a vital role in learning as a deliberate and purposeful activity. Teachers consciously engage in learning evaluation to ascertain students' learning outcomes and receive feedback regarding their teaching practices. Evaluation directly relates to the purpose of an activity, measuring the extent to which a goal is achieved. Generally, evaluation is understood as a systematic process of determining the value of something—be it provisions, activities, decisions, work points, processes, individuals, objects, or others—based on specific criteria. It involves assessing and comparing the subject with predetermined criteria to gauge its performance against general standards and measure the effectiveness of the evaluation subject. Evaluation serves as an essential tool in assessing progress, identifying areas for improvement, and making informed decisions to enhance the learning process.
Stratifikasi Sosial Ondhâg Bâsa Bahasa Madura Mulyadi Mulyadi; Umar Bukhory
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol. 16 No. 1 (2019)
Publisher : Research Institute and Community Engagement of IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/nuansa.v16i1.2403

Abstract

Bahasa Madura, sebagai bahasa, mengalami kepadatan linguistik dan non-linguistik. Namun harus bersaing dengan bahasa nasional dan internasional untuk bertahan hidup sebagai lingua franca. Secara bertahap ditinggalkan oleh penuturnya karena kompleksitas morfologis, prestise, dan praktik komunikasi. Fenomena ini menginspirasi penulis untuk melakukan studi bagaimana penutur Madura menerima bahasa mereka sendiri dan harus menyelidiki karakteristik sosial penutur. Kelas menengah adalah salah satu stratifikasi sosial yang cenderung lebih fleksibel dalam menolak dan mengambil budaya baru dan bahasa adalah bagian dari budaya. Penulis memfokuskan penelitian tentang bagaimana kelas menengah Pamekasan melakukan Madura Ondhâg Bâsa dan bagaimana kelas menengah Pamekasan menerima Ondhâg Bâsa. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan fenomenologi dalam pendekatan. Hasil penelitian: pertama, kelas menengah Pamekasan sebagian besar menggunakan stratifikasi Madura tingkat rendah, bâsa mabâ, dipertukarkan dengan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari alih-alih mempraktikkan stratifikasi tingkat Madura yang lebih tinggi menengah (bása alos) dan tingkat tinggi (bâsa tèngghi). Situasi bahasa ini mudah ditemukan pada percakapan antara pasangan suami-istri, anak-anak dan orang tua, saudara kandung, lingkungan baik dalam situasi formal dan non-formal. Kedua, dari temuan ini dapat secara interpretatif dijelaskan bahwa Ondhâg Bâsa Madura diterima dengan cara-cara berikut: sebagai ungkapan keadilan, strategi kesopanan, strategi ice breaking, pernyataan posisi, percepatan prestise, dan strategi ekonomi. (Madurese, as language, experience linguistic and non-linguistic densities. It must compete to national and international languages to survive as lingua franca; it is gradually left by its speakers due to its morphological complexity, prestige, and communication practice. This inspires to conduct a study how the Madurese speaker accept their own language and must also investigate the social characteristics of the speakers. Middle class is one of the social stratifications that tend to be more flexible in rejecting and taking new culture and language is part of culture. The writer focuses the research on how middle class of Pamekasan perform Madurese Ondhâg Bâsa and how middle class of Pamekasan accept Ondhâg Bâsa. Qualitative design and phenomenology in approach of this research. The result: firstly, the middle class of Pamekasan mostly use the low level of Madurese stratification, bâsa mabâ, interchangeably with Indonesian in daily conversation instead of practice the higher level of Madurese stratification middle (bâsa alos) and high level (bâsa tèngghi). Secondly, from this finding it could be interpretatively described that Madurese Ondhâg Bâsaare accepted in the following ways: as the expression of equity, strategy of politeness, strategy of ice breaking, statement of position, prestige acceleration, and economic strategy.)