Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

A 2x4 Element Rectangular H-Slot Array Microstrip Antenna Rectifier for Harvesting Electromagnetic Energy at 2.4 GHz Frequency Darmono, Hendro; Koesmarijanto, Koesmarijanto; Suharto, Nugroho; Ratnawati, Yani; Cahyono , Agung Dwi
Jurnal Jaringan Telekomunikasi Vol 13 No 3 (2023): Vol. 13 No. 03 (2023) : September 2023
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to develop an energy capture system, specifically an antenna rectifier. The chosen antenna for this purpose is a microstrip antenna operating at a frequency of 2.4 GHz, utilizing a 2x4 array configuration to enhance the collection of electromagnetic waves emitted by an Access Point. To enhance the rectifier's voltage-doubling capability, the design incorporates three distinct levels: level 8, level 12, and level 14. Experimental results from implementing the 2x4 rectangular H-Slot array microstrip antenna rectifier demonstrate its capacity to convert incoming AC waves from the antenna into DC voltage. During the implementation phase, the rectenna harvesting system exhibits notable outcomes. The most significant outcome is observed in the 14th-level rectifier circuit, yielding a conversion of 101.98 mV when positioned 50 cm away from the wireless source or access point. This voltage reading diminishes to 49.148 mV at 200 cm. In the 12th-level rectifier circuit, the values are 64.8 mV at 50 cm and 39.08 mV at 200 cm. Furthermore, the 8th level circuit generates 24.72 mV at 50 cm and 11.4 mV at 200 cm. Evidently, the proximity of the testing distance correlates with the magnitude of the produced voltage.
Indikator konsentrasi pelarut tembaga berbasis IOT Darmono, Hendro; Koesmarijanto, Koesmarijanto; Suharto, Nugroho
JURNAL ELTEK Vol. 20 No. 2 (2022): Oktober 2022
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/eltek.v20i2.355

Abstract

Penelitian ini menguji kinerja perangkat pelarut tembaga skala kecil untuk digunakan di labotarium elektronika. Bahan kimia ferri clorida 40 % 1500 ml digunakan sebagai bahan pelarut dasar, perangkat ini digunakan untuk menghapus atau menghilangkan sebagian lapisan tembaga yang tidak diperlukan pada rangkaian di Printed Circuit Board (PCB). Sebuah kamera digunakan sebagai sensor kepekatan larutan yang telah digunakan untuk menghapus lapisan tembaga. Data sensor diproses dengan menggunakan Raspberry Pi yang digunakan sebagai pembanding perhitungan kepekatan larutan secara manual dan data dikirimkan ke aplikasi android. Metoda pengalamatan warna Red, Green, dan Blue (RGB) digunakan untuk menentukan kadar tembaga berdasarkan warna yang ditangkap kamera. Hasil pengujian menunjukkan kamera mengidentifikasi warna untuk kadar tembaga dalam laruran mulai dari 0% sampai dengan 0,121 % dan waktu yang diperlukan untuk melarutkan tembaga mencapai 45 menit yang akan digunakan acuan untuk menentukan larutan sudah jenuh. Hasil pengolahan data menghasilkan tampilan kejenuhan dari 30% sampai dengan 100%, artinya perubahan warna untuk kadar laruran kurang dari 0,02% tidak dapat diidentifikasi demikian juga untuk diatas 0,121%. Dengan demikian dapat disimpukan perangkat ini hanya mampu mendeteksi kadar tembaga dalam pelarut diatas 0.02% hingga maksimum 0,121%. ABSTRACT This research tested the performance of a small-scale copper solvent device for use in an electronics laboratory. The chemical ferric chloride 40 % 1500 ml is used as a primary solvent. This device removes or partially removes the copper layer that is not needed on the circuit on the Printed Circuit Board (PCB). A camera is used as a sensor for the concentration of a solution used to remove the copper layer. Sensor data is processed using a Raspberry Pi, which compares the attention of the solution manually and the data sent to the Android application. The Red, Green, and Blue (RGB) colour addressing method is used to determine the copper content based on the colour captured by the camera. The test results show the camera identifies the colour for the copper content in the solution ranging from 0% to 0.121%. The time required to dissolve the copper reaches 45 minutes, which will be used as a reference to determine whether the solution is saturated. The data processing results produce a saturation display from 30% to 100%, meaning that the colour change for a solution content of less than 0.02% cannot be identified as well as for those above 0.121%. Thus, it can be concluded that this device can only detect copper levels in solvents above 0.02% up to a maximum of 0.121%.
Implementasi Bandpass Filter M-derifed pada pemancar radio FM Koesmarijanto, Koesmarijanto; Imammudin, Azam Muzakhim; Hadiwiyatno, Hadiwiyatno
JURNAL ELTEK Vol. 19 No. 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/eltek.v19i2.299

Abstract

Pemancar siaran radio FM adalah salah satu sistem komunikasi nirkabel, bekerja rentang frekuensi 88-108 MHz membutuhkan sebuah filter bandpass untuk menghindari adanya interferensi dengan frekuensi yang berdekatan dengan pemancara radio. Jenis filter yang memiliki performansi cukup baik adalah filter dengan tingkat kecuraman yang cukup tinggi. Namun, untuk mendapatkan tingkat faktor kecuraman yang tinggi dengan menambah beberapa elemen. Maka, pada penelitian ini menambahkan rangkaian m-derived utnuk memberikan respon filter yang lebih curam tanpa menambahkan nilai elemen yang banyak. Tujuan penelitian ini mengetahui perbandingan daya pemancar tanpa filter, dengan bandpass filter, dan menggunakan bandpass filter m-derived. Hasil pengujian daya pancar tanpa filter sebesar 2 Watt, dengan menggunakan bandpass filter daya pancar sebesar 1,05 Watt, sedangkan dengan menggunakan bandpass filter m-derived daya pancar sebesar 1,4 Watt. Kesimpulannya pelemahan (insertion loss) pada Bandpass Filter sebesar 2,53 dB sedangkan pelemahan (insertion loss) pada BPF m-derived section sebesar 1,54 dB dengan menambahkan BPF m-derived section memperbaiki daya keluaran pemancar lebih besar 0,35 W atau 1,01 dB dibandingkan dengan pemancar yang menggunakan BPF tanpa m-derived. ABSTRACT FM radio broadcast transmitter is a wireless communication system, with frequency range of 88-108 MHz requires a bandpass filter to avoid interference with frequencies adjacent to radio transmitters. The type of filter that has a fairly good performance is a filter with a fairly high level of steepness. However, to get a high level of steepness factor by adding some elements. So, in this study, we added an m-derived circuit to provide a steeper filter response without adding a lot of element values. The purpose of this study is to compare the transmitter power without a filter, with a bandpass filter, and using an m-derived bandpass filter. The result of testing the unfiltered transmit power is 2 Watt, using a bandpass filter the transmit power is 1.05 Watt, while using the m-derived bandpass filter the transmit power is 1.4 Watt. In conclusion, the insertion loss in the Bandpass Filter is 2.53 dB, while the insertion loss in the BPF m-derived section is 1.54 dB by adding the BPF m-derived section to improve the transmitter output power by 0.35 W or 1 .01 dB compared to transmitters using BPF without mderived.
PELATIHAN PENGOPERASIAN JAM DIGITAL DENGAN ALARM DAN RUNNING TEXT SEBAGAI MEDIA PENGINGAT HAFALAN ALQURAN Hidayati, Nurul; Koesmarijanto, Koesmarijanto; M. Syirajuddin, M. Syirajuddin; Hudiono, Hudiono; Taufik, Mohammad; Widjajanti, Kristina
Jurnal Hilirisasi Technology kepada Masyarakat (SITECHMAS) Vol. 4 No. 2 (2023): Vol. 4 No. 2 Oktober 2023
Publisher : Politeknik Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32497/sitechmas.v4i2.5056

Abstract

Yayasan Panti Asuhan & Rumah Tahfidz Cahaya Qur'an berlokasi di Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo baru didirihkan 2018. Yayasan sosial ini memiliki program unggulan untuk mencetak anak yatim yang berakhlak dan hafal AlQuran (tahfidz), sebagai wadah untuk anak-anak yatim yang terlantar di daerah Sidoarjo. Disiplin dalam menghafal merupakan kunci untuk menjadi hafidz, akan tetapi kendala selama ini jadwal untuk menghafal Alquran dan mengikuti kegiatan panti asuhan kurang berjalan dengan tepat waktu, sehingga program-program yang dijalankan menjadi kurang maksimal. Teknologi tepat guna dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya jam digital disertai dengan alarm sebagai pengingat waktu hafalan Alquran untuk para hafidz. Keutamaan alat ini tidak akan maksimal apabila tidak didukung sumber daya yang mumpuni dalam mengelola dan mengoperasikan alat ini guna keberlanjutan kedepannya. Dengan pelatihan pengoperasian jam digital dengan alarm, 90% pengurus Yayasan Panti Asuhan & Rumah Tahfidz Cahaya Quran dapat memasang dan mengoperasikan alat sehingga mengurangi keterlambatan untuk setiap program hafalan Alquran yang diselenggarakan.