Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Informasi Kinerja Incumbent Terhadap Partisipasi Pemilih Milenial Dalam Pilkada Medan 2020 Perangin-Angin, M. Ichsan Bayunta; Raffiudin, Riaty
Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Vol 9, No 2 (2023): (November) Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Siliwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/jipp.v9i2.5224

Abstract

Penelitian ini dilakukan karena telah terjadi peningkatan yang signifikan pada tingkat partisipasi dalam Pilkada langsung Walikota Kota Medan tahun 2020 setelah lima belas tahun mengalami penurunan partisipasi. Kandidat pesaing Bobby Afif Nasution yang merupakan generasi milenial dan menantu Presiden Joko Widodo berhasil mengalahkan petahana Akhyar Nasution dengan selisih 46,55% dan Bobby menang 53,45%. Peningkatan tingkat partisipasi yang signifikan ini merupakan fenomena baru dalam sejarah Pilkada Kota Medan yang patut untuk ditelaah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja incumbent terhadap partisipasi milenial dalam Pilkada Kota Medan 2020 dengan menggunakan teori perilaku pemilih rasional Anthony Downs (1957). Penelitian ini menggunakan survei, sebagai salah satu jenis metode kuantitatif, menggunakan sampel sebanyak 204 responden dengan tingkat kepercayaan 93% dan Margin of Error (MoE) 7%. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab peningkatan partisipasi pemilih dan kekalahan petahana adalah pengetahuan dan evaluasi kinerja petahana di sektor infrastruktur yang dianggap buruk oleh milenial dalam Pilkada Kota Medan 2020 dengan hasil nilai chi square sebesar 0,020 sebagai indikator pertama, 0,022 sebagai indikator kedua dan 0,003 sebagai indikator ketiga. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap teori yang digunakan. Dalam teori perilaku pemilih rasional, faktor kinerja incumbent menunjukkan pengaruh yang signifikan dan signifikan pada Pilkada Medan 2020. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab peningkatan partisipasi pemilih dan kekalahan petahana adalah pengetahuan dan evaluasi kinerja petahana di sektor infrastruktur yang dianggap buruk oleh milenial dalam Pilkada Kota Medan 2020 dengan hasil nilai chi square sebesar 0,020 sebagai indikator pertama, 0,022 sebagai indikator kedua dan 0,003 sebagai indikator ketiga. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap teori yang digunakan. Dalam teori perilaku pemilih rasional, faktor kinerja incumbent menunjukkan pengaruh yang signifikan dan signifikan pada Pilkada Medan 2020. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab peningkatan partisipasi pemilih dan kekalahan petahana adalah pengetahuan dan evaluasi kinerja petahana di sektor infrastruktur yang dianggap buruk oleh milenial pada Pilkada langsung Kota Medan 2020 dengan hasil nilai chi square sebesar 0,020 sebagai indikator pertama, 0,022 sebagai indikator kedua dan 0,003 sebagai indikator ketiga. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap teori yang digunakan. Dalam teori perilaku pemilih rasional, faktor kinerja incumbent menunjukkan pengaruh yang signifikan dan signifikan pada Pilkada Medan 2020. Kinerja sektor infrastruktur yang dinilai kurang baik oleh kaum milenial pada Pilkada Kota Medan 2020 dengan hasil nilai chi square 0,020 sebagai indikator pertama, 0,022 sebagai indikator kedua dan 0,003 sebagai indikator ketiga. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap teori yang digunakan. Dalam teori perilaku pemilih rasional, faktor kinerja incumbent menunjukkan pengaruh yang signifikan dan signifikan pada Pilkada Medan 2020. Kinerja sektor infrastruktur yang dinilai kurang baik oleh kaum milenial pada Pilkada Kota Medan 2020 dengan hasil nilai chi square 0,020 sebagai indikator pertama, 0,022 sebagai indikator kedua dan 0,003 sebagai indikator ketiga. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap teori yang digunakan. Dalam teori perilaku pemilih rasional, faktor kinerja incumbent menunjukkan pengaruh yang signifikan dan signifikan pada Pilkada Medan 2020.
Gender Stereotype and the Voting Behavior of the Balinese Society in the 2014 Legislative Election Apriani, Kadek Dwita; Raffiudin, Riaty
Politeia: Jurnal Ilmu Politik Vol. 11 No. 1 (2019): Politeia : Jurnal Ilmu Politik
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/politeia.v11i1.674

Abstract

This research explains the relationships between gender stereotypes that live inside patriarchal culture among Balinese with voting behaviour of female candidates in the 2014 legislative election. Using quantitative method, the number of the samples are 800 which are proportionally spread in all Bali regencies and cities. The margin of error of this research is 3% at 95% confidence level. The sampling technique used is multi stage random sampling. The research findings suggest that in the 2014 legislative election, only 4% of the Balinese respondents voted for female candidates. This is due to the gender stereotyping factor, where there are very few issues or policies that are considered more capable of being resolved by female politicians. Almost all the issues that become problems in the daily life of the Balinese people are considered by the respondents to be better resolved by male politician
Dominasi Oligarki Sumber Daya Alam: Studi Kasus Ketergantungan Indonesia Terhadap Industri Batu Bara Di Masa Pemerintahan Joko Widodo Ayubi, Sholahudin Al; Raffiudin, Riaty
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 7, No 3 (2023): JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan) (Juli)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pendidikan (LPP) Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58258/jisip.v7i3.5513

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk memahami bagaimana dominasi oligarki sumber daya alam yang terjadi di sektor industri ekstraktif batu bara pada masa pemerintahan Jokowi. Melalui metode penelitian kualitatif, fokus penelitian ditujukan dengan menganalisis beberapa indikator berdasarkan toeri oligarki Winters, diantaranya masih terkonsentrasinya kekayaan oligarki di Indonesia, dan meningkatnya kekayaan individu yang bersumber dari penguasaan atas konsesi tambang batu bara. Besarnya kekayaan ini sekaligus telah memperkuat pengaruh oligarki sumber daya alam terhadap kebijakan dan sistem politik yang ada. Di periode pemerintahan Jokowi, keterkaitan bisnis yang kuat antara oligarki batu bara dan elit politik telah membuat Indonesia berada pada kondisi ketergantungan yang ekstrim terhadap industri batu bara, para ahli melabeli kondisi ini sebagai rezim ekstraktivisme. Salah satu dampak buruk rezim ekstraktivisme ini adalah meningkatnya potensi korupsi politik, yang berujung pada state capture atau pembajakan negara. Salah satu indikator terjadinya state capture adalah rendhnya indeks persepsi korupsi di Indonesia.
Gender Stereotype and the Voting Behavior of the Balinese Society in the 2014 Legislative Election Apriani, Kadek Dwita; Raffiudin, Riaty
Politeia: Jurnal Ilmu Politik Vol. 11 No. 1 (2019): Politeia : Jurnal Ilmu Politik
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.561 KB) | DOI: 10.32734/politeia.v11i1.674

Abstract

This research explains the relationships between gender stereotypes that live inside patriarchal culture among Balinese with voting behaviour of female candidates in the 2014 legislative election. Using quantitative method, the number of the samples are 800 which are proportionally spread in all Bali regencies and cities. The margin of error of this research is 3% at 95% confidence level. The sampling technique used is multi stage random sampling. The research findings suggest that in the 2014 legislative election, only 4% of the Balinese respondents voted for female candidates. This is due to the gender stereotyping factor, where there are very few issues or policies that are considered more capable of being resolved by female politicians. Almost all the issues that become problems in the daily life of the Balinese people are considered by the respondents to be better resolved by male politician