Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Spesial Issue: ETNO CENTRIS KABINET DJOKOWI Ali Bin Dachlan; Lalu Nurul Yaqin
Journal Ilmiah Rinjani : Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani Vol. 8 No. 1 (2020): Journal Ilmiah Rinjani: Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani
Publisher : LPPM Universitas Gunung Rinjani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.919 KB)

Abstract

Dominasi kekuasaan etnis Jawa terus menabuh genderangnya dalam perhelatan politik Nasional. Kekuasaan tidak lagi berbicara mana yang mampu dan mempuni tetapi lebih kepada pembagian kursi kekuasaan berdasarkan keputusan politis yang etno sentris. Peradaban kebudayaan seperti itu telah menempatkan warga bangsa menjadi warga bangsa yang primitif, lacurnya lagi ke-primitifan itu menohok watak animalistik pada warganya. Hal itu terjadi, karena Politik kebudayaan etnis luar Jawa belum mampu membendung politik kebudayaan etnis Jawa, dimana wacana kebudayaan yang dibangun oleh mereka (etnis Jawa) berorientasi kekuasaan, sedangkan di luar etnis Jawa wacana yang dibangun hanya untuk suatu wacana saja. Tulisan ini menyoroti peta etnik dalam kabinet Djokowi dengan mempertimbangkan asal usul partai yang diwakilinya atau asal profesi pejabat bersangkutan. Dari 34 menteri kabinet terdapat 14 orang menteri dari etnis Jawa jika Seketaris Kabinet disejajakan dengan menteri, maka jumlah etnis Jawa sebanyak 16 orang, demikian pula Sekretaris Kabinet setingkat menteri, maka terdapat 17 menteri dari etnis Jawa, atau 50% dari jumlah menteri. Populasi etnis Jawa di Indinesia adalah 40,2 %. Dari Sumatera sebanyak 7 orang menteri terdiri dari etnis Minang (1) Batak (2), Aceh (2) Lampung (1), Sumatera Selatan (1) dan Edi Prabowo yang lahir di Sumatera, maka jumlah orang dari pulau Sumatera menjadi 8 orang. Dari pulau Sulawesi sebanyak tiga orang, dua dari Manado dan satu dari Bugis (Zainuddin Amali, Suharso Monoarfa dan Syahrul Yasin impo). Dari etnis Sunda,1 orang, etnis Bali 1 orang, etnis Flores 1 orang, Maluku 1 orang, Jakarta (belum tentu orang Betawi) sebanyak 5 orang. Beberapa etnis luar Jawa memang ada yang menjadi Menteri, tetapi mengapa etnis Sasak selalu dibelakang dan tidak pernah ada yang menjadi Menteri bahkan menjadi wakil Menteri sekalipun, sejak orde lama, orde baru hingga Reformasi dan yang terbaru tidak pernah dibicarakan dalam kabinet Djokowi. Mengapa? Pertanyaan ini dijawab dan dibincangkan dalam tulisan ini.
ANALISIS INVENSI STRATEGI RETORIKA HJ. WARTIAH LALU NURUL YAQIN
Journal Ilmiah Rinjani : Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani Vol. 6 No. 1 (2018): Journal Ilmiah Rinjani: Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani
Publisher : LPPM Universitas Gunung Rinjani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.502 KB) | DOI: 10.12345/jir.v6i1.114

Abstract

Kajian ini menginvestigasi kuasa bahasa dalam retorika dan wacana Hj. Wartiah ketika menyajikannya kepada khalayak dengan tujuan mempengaruhi tindakan (movement) atau perubahan sikap (attitude) dan pilihan (choice). Kajian ini akan memberikan gambaran secara terang benderang terkait strategi retorika dalam kuasa bahasa yang digunakan oleh Hj. Wartiah dalam berbagai pidato dan pernyataan beliau di media massa. Kerangka analisis dalam kajian ini adalah adaptasi teori retorika kelasik Aristotle. Kajian ini menggunakan metode kualitatif, dengan maksud bahwa semua aspek yang berhubungan dengan ciri-ciri kajian strategi retorika Hj.Wartiah akan dianalisis dan dijelaskan secara terperinci. Dalam kajian kualitatif peneliti bertindak sebagai "instrumen utama" dalam pengumpulan data, dengan menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data (Lincoln & Guba, 1985; Merriam, 1988). Ini berarti bahwa pengkaji memiliki kuasa dalam menguraikan kajian ini untuk menemukan sumber daya dan menggunakan teori yang sesuai untuk menjawab pertanyaan kajian. Hasil kajian menunjukkan, bahawa Hj. Wartiah telah menggunakan teori invensi yang mengandung bukti logis, bukti emosional dan bukti etis dalam retorikanya.Kata Kunci: Invensi, Startegi Retorika, Hj. WartiahThis study investigates the language power of rhetoric and discourse of Hj. Wartiah when presenting it to the audience with the aim of influencing the action, attitude, and choice. This study will provide a clear picture of the rhetorical strategies of language power that were used by Hj. Wartiah in his speeches and statements in the mass media. The analytical framework in this study is the adaptation of Aristotle's classical rhetoric theory. This study uses a qualitative method, with the intention that all aspects relating to the study features of the rhetorical strategy of Hj.Wartiah was analyzed and explained in detail. In a qualitative study, the researcher acts as the "primary instrument" in data collection, using the natural environment as a source of data (Lincoln & Guba, 1985; Merriam, 1988). This means that the researcher has a power in outlining this study to find resources and use appropriate theory to answer the study questions. The study results show that Hj. Wartiah has used invention theory which contains logical proof, emotional proof and ethical proof in her rhetoric.Keywords: Invention, Rhetoric Strategy, Hj. Wartiah
KUASA BAHASA PEREMPUAN SASAK: SEBUAH ANALISIS DISPOSITIO RHETORIC HJ. WARTIAH LALU NURUL YAQIN
Journal Ilmiah Rinjani : Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani Vol. 6 No. 2 (2018): Journal Ilmiah Rinjani: Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani
Publisher : LPPM Universitas Gunung Rinjani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12345/jir.v6i2.139

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi disposisi retorika dalam pidato dan statemen Hj. Wartiah. Analisis ini difokuskan pada disposisi retorika Hj. Wartiah, yaitu bagian pendahuluan, dan bagian isi. Analisis kajian ini dilakukan berdasarkan teori retorika klasik Aristotle dan menggunakan metode kualitatif. Data dalam kajian ini berasal dari audio/video berupa ujaran-ujaran spontan Hj. Wartiah, dalam berbagai acara. Hasil kajian menunjukkan bahawa Hj. Wartiah menggunakan beberapa jenis retorika disposisi seperti rujukan subjek atau masalah, rujukan tempat kejadian, rujukan pribadi, teknik kejutan, penyelesasaian masalah, dan pola urutan. Bebagai jenis strategi retorik tersebut dilakukan untuk mempengaruhi dan menyakinkan pendengarnya bahawa beliau adalah bagian yang tak terpisahkan dalam memperjuangkan aspirasi mereka.Kata kunci: Kuasa Bahasa, Perempuan Sasak, Retorika, Hj. WartiahThis study aims to examine the rhetorical disposition strategies of Hj Wartiah's speeches and statements. This analysis focuses on the rhetoric disposition of Hj. Wartiah, namely the introduction, and the contents. The analysis of this study was based on Aristotle's classical rhetorical theory and this study used a qualitative method. The data of this study comes from audio/video in the form of spontaneous speeches of Hj. Wartiah, at various events. The study results show that Hj. Wartiah used several types of rhetoric disposition such as subject or problem references, place references, personal references, shock techniques, problem-solving, and sequence patterns. Those types of rhetorical strategies used to influence and convince the interlocutor that she is an integral part of strives for their aspirations.Keywords: Langauge Power, Sasak woman, Rhetoric, Hj. Wartiah
Lelakak Sasak in Lombok: An Analysis of The Educational Values Lalu Nurul Yaqin; Karomi Karomi; Mawardi Mawardi
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 3 No 2 (2018): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211 KB) | DOI: 10.33654/sti.v3i2.512

Abstract

Lelakak Sasak adalah salah satu bentuk puisi tradisional Sasak yang diiringi music dan umumnya sebagai alat komunikasi, hiburan, dan media pendidikan. Sebagai media pendidikan, Lelakak Sasak sering digunakan sebagai media untuk memberi saran dan bimbingan untuk masyarakat, anak-anak, dan yang lain-lain. Oleh karena itu, Lelakak Sasak adalah salah satu hal yang penting untuk dikembangkan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, karena menginisiasi untuk memberikan gambaran terkait nilai pendidikan dalam Lelakak Sasak di Selaparang. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara, dokumentasi, dan perekaman. Teknik wawancara adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada para informan. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai delapan informan. Teknik dokumentasi adalah pelaksanaan studi literature untuk mendapatkan data yang dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami Lelakak, dan teknik perekaman dilakukan oleh peneliti pada masyarakat Selaparang. Hasil kajian ini mendapati nilai-nilai pendidikan dalam Lelakak Sasak adalah: 1) Nilai pendidikan agama, isinya beberapa pelajaran seperti rasa syukur kepada Tuhan, saling mencintai. 2) Nilai pendidikan moral, mengandung moral manusia, dan 3). Nilai pendidikan sosial, berisi beberapa pelajaran seperti sikap kebersamaan umat manusia, sikap persaudaraan dan sabar.
SPEECH LEVEL OF SASAK LANGUAGE AT RARANG TENGAH VILLAGE Asman Hafiz; Lalu Nurul Yaqin; Abdul Majid Junaidi
Journal Ilmiah Rinjani : Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani Vol. 10 No. 2 (2022): Journal Ilmiah Rinjani: Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani
Publisher : LPPM Universitas Gunung Rinjani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53952/jir.v10i2.416

Abstract

This research is intended to describe the forms of Sasak language speech levels, with sub-focus, the domains of the Sasak Alus language (Base Alus) use in the Rarang Tengah community, the extent of the community concern in using and maintaining Sasak Alus language (Base Alus) at the Rarang Tengah community and the factors the lack of using Sasak Alus language (Base Alus) at Rarang Tengah community and the contexts that determine the usage of each. The data sources in this research are the community of Rarang Tengah community, namely children and parents living at Rarang Tengah community, Terara sub-district, East Lombok regency, NTB. This research method is qualitative; there are three steps applied: data collecting, data analysis, and result presentation. The results of this research indicate that there are three types of Sasak speech levels, namely, Bahasa Sasak Jamaq (ordinary), Bahasa Sasak Alus Madya (medium), and Bahasa Sasak Alus Utama (high). Several factors have affected the unfavorable use of Sasak speech levels in Rarang Tengah community. First, the environmental aspect is not conducive enough for people to use, hear, and practice the honorific Sasak Alus lexicon.  This is due to the assumption that Speech levels belong only to the Bangsawan aristocrat family members. Second, the number of noblemen's family members who use this variety is also decreasing. Third, the widespread use of Bahasa Indonesia in almost every domain of language use cannot be avoided to influence the young generation to communicate in it wherever possible. And fourth, the lack of will of children and lack of parents in controlling the children's communication last is the influence of electronic media and globalization Keywords: Speech Level, Sasak Language, Sasak Culture Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tingkat tutur bahasa Sasak, dengan sub fokus, domain penggunaan bahasa Sasak Alus (Base Alus) pada masyarakat Rarang Tengah, sejauh mana kepedulian masyarakat dalam menggunakan dan memelihara bahasa Sasak Alus (Base Alus) pada masyarakat Rarang Tengah dan faktor-faktor kurangnya penggunaan bahasa Sasak Alus (Base Alus) pada masyarakat Rarang Tengah dan konteks yang menentukan penggunaan masing-masing. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Rarang Tengah yaitu anak-anak dan orang tua yang tinggal di Desa Rarang Tengah, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif, ada tiga langkah yang diterapkan dalam penelitian ini; pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga jenis tingkat tutur Sasak, yaitu Bahasa Sasak Jamaq (biasa), Bahasa Sasak Alus Madya (sedang), dan Bahasa Sasak Alus Utama (tinggi). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan tingkat tutur bahasa Sasak yang kurang baik pada masyarakat Rarang Tengah. Pertama, faktor lingkungan yang kurang kondusif sehingga masyarakat dapat menggunakan, mendengar, dan mengamalkan leksikon kehormatan Sasak Alus. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa tingkat tutur hanya dimiliki oleh anggota keluarga bangsawan Bangsawan. Kedua, jumlah anggota keluarga bangsawan yang menggunakan varietas ini juga semakin berkurang. Ketiga, maraknya penggunaan bahasa Indonesia di hampir setiap ranah penggunaan bahasa tidak dapat dihindari untuk mempengaruhi generasi muda untuk berkomunikasi di dalamnya sedapat mungkin. Dan keempat, kurangnya kemauan anak dan kurangnya orang tua dalam mengontrol komunikasi anak, dan terakhir adalah pengaruh media elektronik dan globalisasi. Kata kunci: Level Bahasa, Bahasa Sasak, Budaya Sasak
Peralihan Bahasa Kaum Iban di Negara Brunei Darussalam Damit, Ashrol Rahimy; Lalu Nurul Yaqin; Rusdi, Aieza Surieana; Amirul Syafiee, Amieziezaitul Syazlien Ezzeq Ezrynah; Abdullah Sofian, Serianie
Journal Ilmiah Rinjani : Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani Vol. 12 No. 1 (2024): Journal Ilmiah Rinjani: Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani
Publisher : LPPM Universitas Gunung Rinjani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to examine the phenomenon of language transition that occurs among the Iban people in Brunei Darussalam. The inquiry method is used to identify patterns of language transition. The findings of this investigation found that although Iban is still the main language, it is slowly being replaced by Brunei Malay. Among the causes are mixed marriages between the Iban tribe and other tribes, migration to new places due to work incentives or mixed marriages, and social communication factors that prioritize the Bruneian Malay language. There is awareness among the respondents and they have a positive attitude towards their mother tongue. The majority of them hope that the Iban language will continue to be maintained and used. They also stated that it would be a loss if their mother tongue disappeared. This positive language attitude is reflected in those who continue to use Iban, where they feel proud to speak it even in public places. ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk meneliti fenomena peralihan bahasa yang berlaku dalam kalangan kaum Iban di Negara Brunei Darussalam. Metode kaji selidik digunakan dalam mengidentifikasi pola peralihan bahasa. Penemuan penyelidikan ini mendapati meskipun bahasa Iban masih menjadi bahasa utama namun bahasa tersebut perlahan-lahan diganti oleh bahasa Melayu Brunei. Antara penyebabnya ialah kahwin campur antara puak Iban dengan puak lain, migrasi ke tempat baharu atas dorongan pekerjaan atau kahwin campur, dan faktor komunikasi sosial yang mengutamakan bahasa Melayu Brunei. Terdapat kesedaran dalam kalangan responden dan mereka memiliki sikap positif terhadap bahasa ibunda mereka. Majoriti mereka berharap agar bahasa Iban terus dipelihara dan digunakan. Mereka juga menyatakan adalah satu kerugian jika bahasa ibunda mereka pupus. Sikap bahasa yang positif ini tercermin dalam kalangan mereka yang kekal menggunakan bahasa Iban di mana mereka merasa bangga untuk menuturkannya meskipun di tempat awam. Keywords: Language switching; Language extinction; Iban language; The Iban; Brunei Darussalam  
Negotiating Honor Through Indirectness: Off-Record Politeness Strategies in Sasak Elopement Rites Lalu Nurul Yaqin
Jurnal Arbitrer Vol. 12 No. 3 (2025)
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ar.12.3.336-349.2025

Abstract

This study examines the off-record politeness strategies employed by the Pembayun Adat leaders during the Sasak elopement ceremony of the Sorong Serah ritual (Merariq). Using qualitative ethnography research. The study’s data were collected through participant observation, semi-structured interviews, and sixteen-hour audio-visual recordings of fifteen Sorong Serah ceremonies conducted in Lombok Timur, Indonesia. The data analysis employs Brown and Levinson’s (1987) politeness models, revealing four strategies: hinting, associative clues, overstating, and metaphorical. These strategies enable Pembayun to manage face-threatening acts (FTAs) used in critique, requests, and negotiations with minimal risk of confrontation. The results show that Pembayun politeness in this context is not merely a matter of linguistic preferences, but also a performance in cultural expectations of morality and ceremony. The study suggests a need to theorize a more culturally situated approach to politeness that captures the nexus between communication’s ethical and symbolic aspects in ritual contexts. By situating politeness in lived practices, this study contributes to cross-cultural pragmatics and ethnographic linguistics, providing relevant applications for intercultural communication, ritual language analysis, and culturally responsive dialogue strategies. It advances politeness theory by emphasizing the need for culturally specific models that account for moral symbolism, high-context communication, and collectivist norms.
Peralihan Bahasa Kaum Iban di Negara Brunei Darussalam Damit, Ashrol Rahimy; Lalu Nurul Yaqin; Rusdi, Aieza Surieana; Amirul Syafiee, Amieziezaitul Syazlien Ezzeq Ezrynah; Abdullah Sofian, Serianie
Journal Ilmiah Rinjani : Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani Vol. 12 No. 1 (2024): Journal Ilmiah Rinjani: Media Informasi Ilmiah Universitas Gunung Rinjani
Publisher : LPPM Universitas Gunung Rinjani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to examine the phenomenon of language transition that occurs among the Iban people in Brunei Darussalam. The inquiry method is used to identify patterns of language transition. The findings of this investigation found that although Iban is still the main language, it is slowly being replaced by Brunei Malay. Among the causes are mixed marriages between the Iban tribe and other tribes, migration to new places due to work incentives or mixed marriages, and social communication factors that prioritize the Bruneian Malay language. There is awareness among the respondents and they have a positive attitude towards their mother tongue. The majority of them hope that the Iban language will continue to be maintained and used. They also stated that it would be a loss if their mother tongue disappeared. This positive language attitude is reflected in those who continue to use Iban, where they feel proud to speak it even in public places. ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk meneliti fenomena peralihan bahasa yang berlaku dalam kalangan kaum Iban di Negara Brunei Darussalam. Metode kaji selidik digunakan dalam mengidentifikasi pola peralihan bahasa. Penemuan penyelidikan ini mendapati meskipun bahasa Iban masih menjadi bahasa utama namun bahasa tersebut perlahan-lahan diganti oleh bahasa Melayu Brunei. Antara penyebabnya ialah kahwin campur antara puak Iban dengan puak lain, migrasi ke tempat baharu atas dorongan pekerjaan atau kahwin campur, dan faktor komunikasi sosial yang mengutamakan bahasa Melayu Brunei. Terdapat kesedaran dalam kalangan responden dan mereka memiliki sikap positif terhadap bahasa ibunda mereka. Majoriti mereka berharap agar bahasa Iban terus dipelihara dan digunakan. Mereka juga menyatakan adalah satu kerugian jika bahasa ibunda mereka pupus. Sikap bahasa yang positif ini tercermin dalam kalangan mereka yang kekal menggunakan bahasa Iban di mana mereka merasa bangga untuk menuturkannya meskipun di tempat awam. Keywords: Language switching; Language extinction; Iban language; The Iban; Brunei Darussalam