S. Salami, Indah Rachmatiah
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISA PENGUKURAN KANDUNGAN MERKURI PADA BERAS DAN SEDIMEN DI SEKITAR KEGIATAN PERTAMBANGAN EMAS SKALA KECIL (PESK) DI KASEPUHAN ADAT CISITU, KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Aprianne, Delicia; S. Salami, Indah Rachmatiah
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1397.985 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.2.3

Abstract

Abstrak: Kasepuhan Adat Cisitu merupakan salah satu desa yang terdapat kegiatan Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) dengan memanfaatkan merkuri dalam proses amalgamasi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakatnya. Penggunaan merkuri pada kegiatan ekstraksi emas dalam PESK merupakan salah satu sumber emisi merkuri terbesar yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pengukuran dan analisa kandungan merkuri pada beras dan sedimen di sekitar kegiatan PESK serta analisa resiko berdasarkan konsumsi beras untuk mengetahui asosiasi antara kegiatan PESK dengan pencemaran merkuri pada sedimen dan beras di Kasepuhan Adat Cisitu. Metode pengukuran Hg yang dilakukan adalah dengan atomic absorption spectrophotometry dengan graphite furnace dan cold vapor. Hasil pengukuran Hg pada beras berada pada rentang 12,5-1186 ?g/kg dengan konsentrasi rata-rata pada sampel beras dengan kulit 258 ?g/kg±271,77 serta 161,76 ?g/kg±329,78 untuk sampel beras tanpa kulit. Hasil pengukuran Hg pada sedimen berada pada rentang 2.393,75-106962,5 ?g/kg  dengan  rata-rata 22076,56  ?g/kg±35059,85. Berdasarkan baku  mutu  yang  berlaku,  terdapat beberapa hasil pengukuran Hg pada beras yang berada di atas dan di bawah baku mutu. Sedangkan hasil pengukuran Hg pada sedimen menunjukkan nilai yang berada dibawah baku mutu yang berlaku. Analisa resiko kesehatan didasari oleh perkiraan asupan merkuri harian dari konsumsi beras dan dibandingkan dengan nilai maximum acceptable daily exposure yang ditetapkan oleh US EPA yaitu sebesar 0,1 ?g/kg BB per hari. Perkiraan paparan merkuri harian masyarakat Kasepuhan Adat Cisitu sebesar 0,07 ?g/kg BB per hari dan masih berada di bawah batas maksimum paparan yang ditetapkan oleh US EPA. Kata kunci: beras, Kasepuhan Adat Cisitu, merkuri, pertambangan emas skala kecil, sedimen. Abstract : Kasepuhan Adat Cisitu is one of the villages that has Artisanal and Small-Scale Gold Mining (ASGM) activities using mercury for amalgamation process done by most of the villagers. The use of mercury in ASGM?s gold extraction is one of the biggest emission source done by human or man-made. Therefore, in this research, measurement analysis of mercury in rice and sediments around the ASGM?s activities and also the risk analysis based on the rice consumption are done in order to know the association between the ASGM?s activities and the mercury contamination in rice and sediments in Kasepuhan Adat Cisitu. Atomic absorption spectrophotometry with graphite furnace and cold vapor is used to measure Hg concentration. The result of Hg measurement in rice are between the range from 12.5 up to 1,186 ?g/kg with the average Hg concentration in rice samples with skin (hull) is 258 ?g/kg±271.77 and for the rice samples without skin (hull) is 161.76 ?g/kg±329.78. The result of Hg measurement in sediments are between the range from 2,393.75 up to 106,962.5 ?g/kg with the average Hg concentration 22,076.56 ?g/kg±35,059.85. Based on the quality standard value for allowable Hg concentration, there are some of the rice samples that is below and also above the allowable value. On the other hand, all of the sediment samples are above the quality standard value for allowable Hg concentration in sediment. The health risk analysis is based on the result of daily mercury exposure prediction from rice consumption compared to the maximum acceptable daily exposure value set by US EPA which is 0.1 ?g/kg body weight per day. The exposure prediction value for the villagers of Kasepuhan Adat Cisitu is 0.07 ?g/kg body weight per day and still under the maximum acceptable daily exposure value for mercury by US EPA. Key words: artisanal and small-scale gold mining, Kasepuhan Adat Cisitu, mercury, rice,sediment.
AKUMULASI MERKURI (HG) PADA IKAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DAN IKAN LIAR DI WADUK JATILUHUR Suprian, Chefin; S. Salami, Indah Rachmatiah
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.834 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.7

Abstract

Abstrak: Ikan hasil produksi Waduk Jatiluhur dicurigai mengandung senyawa kimia berbahaya karena air waduk diduga kuat sudah tercemar limbah industri dan pakan ikan sendiri, selain akibat pencemaran dari Sungai Citarum dan Sungai Cilalawi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontaminasi logam berat merkuri pada air, ikan budidaya air tawar keramba jaring apung, dan ikan liar di Waduk Jatiluhur. Jenis sampel ikan dipilih berdasarkan ikan yang banyak dibudidayakan di Waduk Jatiluhur, yaitu Ikan Nila, Mas, dan Red Devil. Dari pemeriksaan yang dilakukan diketahui nilai rata-rata kandungan Hg dalam ikan Red Ikan Nila, Mas, dan Red Devil berturut-turut adalah 1,38.10-6; 1,74.10-6; 3,61.10-6 mg/kg. Dari ketiga jenis ikan yang dijadikan penelitian urutan konsentrasi Hg dalam ikan diurutkan dari yang terbesar, yaitu Red Devil > Mas > Nila. Konsentrasi Hg terbesar berdasarkan organ yang diteliti adalah insang > daging > kulit. Konsentrasi Hg dalam ikan tergolong sangat kecil jauh dari batas nilai 0,5 mg/kg yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan POM no. HK.00.06.1.524011. Walaupun konsentrasi Hg kecil, tetap harus diwaspadai karena sifatnya yang sulit tereliminasi. Konsentrasi logam dalam ikan biasanya menggambarkan besarnya konsentrasi Hg pada perairan tempat ikan berada. Hal ini sesuai karena konsentrasi rata-rata Hg dalam air pun sangat kecil ±1,79.10-6 mg/l yang nilainya jauh dari baku mutu yang ditetapkan PP RI no.82 tahun 2001 kelas III untuk perikanan, yaitu sebesar 0,002 mg/l. Dengan kondisi demikian maka ikan yang dibudidayakan di KJA dan ikan liar di Waduk Jatiluhur dianggap masih aman untuk dikonsumsi.Kata kunci: Akumulasi, keramba jaring apung, merkuri, Waduk Jatiluhur Abstract : Jatiluhur fish production have been suspected to contain dangerous chemicals because the water in reservoir allegedly contaminated by industrial waste and fish food itself, besides contamination from Citarum River?s and Cilalawi River?s pollution. This research was conducted to determine the mercury heavy metal contamination in water, fish cultured on cage aquaculture, and wild fish at Jatiluhur Reservoir. The species of fish samples were selected based on fish that mostly cultured at Jatiluhur Reservoir, such as Tilapia, Common Carp and Red Devil. From the examination it was known that the average Hg content in Red Devil, Common Carp, and Tilapia were 1.38.10-6; 1.74.10-6; 3.61.10-6 mg/kg, respectively. From those three species of fish that used for research, Hg concentrations from the highest were Red Devil > Common Carp > Tilapia. The highest concentration of Hg based on the organ sorted from the largest were gill > muscle > skin. Hg concentrations in fish were very small from standard quality 0.5 mg/kg defined by Head Regulation of Badan POM no. HK.00.006.1.524011. Even Hg concentrations were small, but its existence still had to be concern because Hg is difficult to be eliminated. Hg concenctrations in fish usually show Hg concencrations in water where fish lived. That was in accordance with the average concentration of Hg in water ±1.79.10-6 mg /l (very small) which value was far from the standard quality defined by PP R no.82 year 2001, class III for fisheries which was 0.002 mg/l. Under these conditions fish that cultured on cage aquaculture and wild fish at Jatilhur Reservoir were still safe for consumption.  Key words: Accumulation, cage aquaculture, mercury, Jatiluhur Reservoir
KANDUNGAN MERKURI PADA URIN DAN RAMBUT SEBAGAI INDIKASI PAPARAN MERKURI TERHADAP PEKERJA TAMBANG EMAS TANPA IZIN (PETI) DI DESA PASAR TERUSAN KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI – JAMBI Zaharani, Fairuz; S. Salami, Indah Rachmatiah
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 2 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.926 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.2.7

Abstract

Abstrak: Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang terdapat di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian diketahui telah berlangsung sejak tahun 1980-an. Kegiatan penambangan berlangsung di DAS Batanghari hingga berpotensi menyebabkan penurunan kualitas lingkungan serta gangguan kesehatan terhadap penambang maupun masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pajanan merkuri pada penambang. Desain studi yang digunakan adalah Cross Sectional dengan pendekatan obesrvasional analitik dan kuantitatif yang kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kadar merkuri dalam urin dan rambut penambang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui karateristik responden. Pengambilan sampel urin dan rambut dilakukan terhadap penambang yang kontak secara langsung maupun yang tidak kontak secara langsung dengan merkuri. Sampel urin dan rambut diuji Total Merkuri (T-Hg) dengan menggunakan metode CV-AAS dan kreatinin urin (U-Kreatinin) diuji dengan metode Jaffe Reaction. Pekerja tambang yang kontak langsung dengan merkuri diketahui memiliki rata-rata kadar merkuri pada rambut sebesar 3,57±4,134 µg/g  dan urin 24,08±46,322 µgHg/g-kreatinin. Sedangkan kadar rambut pada pekerja non-amalgamasi diketahui 6,37±11,951 µg/g dan urin 19,72±38,542 µgHg/g-kreatinin. Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95%  terdapat 1 faktor yang secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan kadar merkuri pada rambut penambang yaitu jam kerja pekerja non-amalgamasi terhadap kadar merkuri rambut (p=0,0302) (OR=1,250). Sedangkan hasil uji Chi-Square terhadap faktor lainnya diketahui tidak ada yang menyatakan hubungan yang signifikan antar variabel uji dengan kadar merkuri pada urin dan rambut pekerja amalgamasi maupun pekerja non-amalgamasi. Kata kunci: DAS Batanghari; PETI; Paparan Merkuri; Urin; Rambut. Abstract : Artisanal Small-Scale Gold Mining (ASGM) in Desa Pasar Terusan, Kecamatan Muara Bulian has been ongoing since the 1980?s. The mining activities that took place in DAS Batanghari lead to environmental degradation and health problems for the workers and people residing the mining areas. This research aims to find out the factors influencing the mercury exposure in gold miners. Methode we conducted a Cross-Sectional study, with a quantitative and observational analytical approaches that aiming to determine the relationship the factors that influencing mercury levels in urin and hair of the miners. Interviews were conducted to determine the characteristics of respondents. Urine and hair sampling is conducted on miners who are directly and indirectly exposed to mercury. Total Mercury in urine and hair (T-Hg) is examined using CV-AAS method and Creatinine Urine (U-Creatinine) is analysed using Jaffe Reaction method. Mine workers with  direct contact to the mercury found having average mercury levels in the hair of 3.57± 4.134 µg/g  and urine 24.08± 46.322 ?gHg /g-creatinine. While urine level in non-amalgamation workers known to 19.72± 38.542 ?gHg/ g creatinine and hair 6.37±11.951  µg /g. Based on Chi-Square test with a confidence level of 95%, statistikally there is only work hour variable has a significant relationship with the mercury levels in the hair of non-amalgamation worker against to hair mercury levels with (p=0.0302) (OR=1.250) On the other hand Chi-Square test statically showed there is no significant relationship between variables with mercury levels in urine and hair of amalgamation workers as well as non-amalgamation workers. Key words: DAS Batanghari; PETI; Mercury Exposure; Urine-Mercury; Hair-Mercury.