Diabetes merupakan salah satu penyakit metabolisme yang prevalensinya tinggi di seluruh dunia, ditandai oleh kadar gula darah sewaktu melebihi 200mg/dL. Pada tahun 2018, di Indonesia, DM menempati peringkat ketujuh di dunia, dengan Provinsi Banten berada di peringkat kesembilan dalam jumlah kasus diabetes melitus yang terjadi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Pada masyarakat jenis diabetes yang paling umum terjadi adalah DM tipe II, dengan obesitas menjadi salah satu faktor risiko yang signifikan. Obesitas merujuk pada penumpukan lemak yang berlebihan atau tidak normal dalam tubuh. Selain obesitas, faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan DM antara lain adalah kurangnya aktivitas fisik, bertambahnya usia, tingginya kadar insulin dalam tubuh, serta distribusi lemak tubuh yang tidak merata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai korelasi antara IMT dengan tingkat gula darah sewaktu pada pasien DM tipe II di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara pada tahun 2022. Penelitian ini menerapkan pendekatan cross-sectional dalam kerangka metodologi kuantitatif melibatkan seluruh pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara yang berjumlah 72 orang sebagai sampel. Hasil analisis statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara pada tahun 2022, dengan nilai p=0,248 dan koefisien korelasi sebesar -0,163. Ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan kadar gula darah sewaktu yang tinggi pada pasien DM II tidak secara signifikan berkaitan dengan IMT yang rendah. Koefisien korelasi yang sangat rendah menunjukkan bahwa IMT bukanlah faktor risiko utama yang berperan dalam meningkatkan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II.