Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

GENEALOGY OF TABUT RITUAL CULTURAL AESTHETICS OF THE SUMATRAN WEST COASTAL COMMUNITY KHANIZAR, KHANIZAR; Wirawan, AA Bagus; Sulistyawati, Sulistyawati; Sukardja, Putu
E-Journal of Cultural Studies Vol 9, No 3 (2016): August 2016
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The tabut ritual is performed in the West Coastal area of Sumatera to commemorate Imam Husein Bin Ali Abi Thalib when he was captured by the soldiers of Yazid Muawiyah in Padang Karbala. It is performed once a year, from the first to the tenth of Muharam, which is counted based on the Hijirah year. This present study is intended to investigate the form, function, and meaning of the genealogy of the tabut ritual which is performed in and as the identity of the West Coastal Area of Sumatera. It tries to (1) discuss and deconstruct the values of such a ritual as the community’s identity which tightens the cultural value of the Sumatran West Coastal community; (2) exploits the tabut ritual as the form of the Sumatran West Coastal community’s identity; (3) apply the function of the ethnical aesthetics; (4) explain the aesthetic meaning in its relation to religion and customs and traditions. Three theories were used to answer the problems of the study; they are the theory of genealogy proposed by Michel Foucault and the postcolonial theory. What could be concluded from the present study are as follows. The genealogical forms of the tabut ritual which is performed in the  West Coastal are of Sumatera reflects the community’s cultural aesthetics and functions to purify the soul; it also reflects religiosity, mystical and aesthetic experience  and the hegemony which exceeds the postcolonial patronage, meaning that such a ritual has the purification function. It also reflects the cosmological aesthetics of the supporting community. It has deconstruction and aesthetical genealogical meaning.
Semangat Erotisme Perempuan Minangkabau dalam Estetika Pertunjukan Saluang Bagurau di Sumatera Barat KHANIZAR, KHANIZAR
Jurnal Penelitian Budaya Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.544 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v4i2.9042

Abstract

Otoritas’, maupun ‘kapabilitas’ perempuan Minangkabau, dipandangsebagai limpapeh rumah gadang, ambun puro pegangan kunci dan bundokanduang, di lain hal, berprofesi sebagai pagurau. Fenomena ini disebabkan olehperubahan di dalam dunia kesenian tradisi pertunjukan saluang dendang sifatnyabagurau dari etika ke estetika sebagai persoalan dan konfigurasi budayaMinangkabau di Sumatera Barat. Estetika pertunjukan bagurau relatif tidak bebasdari nilai kolektifitas dan eksistensi “perempuan Minangkabau” itu sendiri danakan membentuk otoritas tentang kesetaraan, dengan berbagai alasan danpertanggungjawaban yang berbeda-beda melalui proses sosialisasi, penguatan dankonstruksi sosial; kultural, keagamaan dan terpenting adalah melalui studi tentangsemangat erotisme perempuan Minangkabau melalui kesadaran budaya yangdilatarbelakangi oleh kesadaran adat dalam etika, estetika hingga membingkaimasyarakat pendukungnya itu sendiri. Dengan demikian, komunitas perempuanpagurau mestinya juga merupakan suatu ruang kebudayaan Minangkabau yangsiap memberikan studi yang luas bagi pengkaji bahasa, sastra dan budayaMinangkabau itu sendiri.Kata Kunci: Perempuan Minangkabau, Estetika, Saluang Bagurau, Erotisme
SENI PERTUNJUKAN NUSANTARA DALAM VIRTUAL (Basijobang di Ranah 50 Koto) Khanizar, Khanizar
Jurnal Penelitian Budaya Vol 7, No 2 (2022):
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpeb.v7i2.35428

Abstract

Bagi perkuliahan secara daring pada ruang tempat berlangsungnya apa yang di sebut Felix Guattari sebagai revolusi hasrat (desiring revolution). Revolusi hasrat, sebagaimana dijelaskan Guattari, adalah sebuah pergerakan dalam menghancurkan segala bentuk penekanan dan setiap model normalitas (normality) yang ada di dalam kegiatan. Dengan “menggalang sebuah politik hasrat radikal,yang dibebaskan dari segala bentuk sistem perkuliahan dan hasrat mencair setiap model dengan cara menggalang kekuatan-kekuatan secara etnomusikologis. Tentu saja dalam pertunjukan tradisi basijobang yang ada di Kabupaten 50 Kota tepatnya pada daerah Sago Halaban membiarkan mengalir secara bebas aliran hasrat dengan ke segala arah, dan tanpa menghancurkan kode-kode sosial yang menghalanginya. Pada pertunjukan Basijobang oleh seniman (tukang Sijobang) membebaskan estetikanya dari konsep diri dan identitas diri yang tetap dan pasti. Mahasiswa dalam sebuah ruang tempat hasrat mengalir ke segala arah tanpa ada pengendalian (social, agama moral). Hasrat tak ubahnya seperti mutan, yang selalu berwujud, berubah bentuk, berubah tanda, berubah kode, dan makna yang di biarkan terpancang pada sebuah titik yang tetap dan pasti-semuanya harus bergerak, berpindah,berganti tempat layaknya seorang nomad. Lewat kecairan seperti itu, skizofrenia menjadi sebuah wacana produksi harsat yangsangat produktif dan kreatif, tanpa perlu terikat oleh kedalaman makna dan intensitas bentuk. Kata kunci: Ruang virtual, Etnomusikologi, field work, Basijobang